"Apa kamu mencintai Xander, Mischa?" tanya Diana mengulang pertanyaannya tanpa memalingkan tatapannya dari wajah Mischa, sedikit pun.
Mischa mencoba mengalihkan perhatian, dia mengambil sendok yang jatuh di bawah kaki Diana dengan tangan yang gemetar. Bertahan sebentar di sana untuk menetralkan perasaannya yang kian dilanda rasa gugup.
Mischa menarik napas panjang saat dia kembali bangkit dan duduk berhadapan dengan Diana. Mischa tersenyum tipis. "Maaf, sendoknya jatuh Tante, aku cuci ke toilet dulu ya?" ucap Mischa yang langsung bangkit dan berjalan cepat menuju toilet.
Diana masih terus menatap Mischa saat itu.
Mischa yang tak menjawab pertanyaannya.
Sebagai seorang wanita, Diana bisa membaca bahasa tubuh Mischa saat dia mendengar nama Xander disebut. Mischa terlihat begitu gugup.
Persis seperti dirinya dulu, setiap kali mendengar nama Dirga disebut.
Jangan lupa jejaknya...
Xander dan Arsen sudah tiba di rusun saat hari sudah gelap. Tapi Lulu bilang Mischa pergi bersama Aldrian sejak tadi pagi dan belum pulang sampai saat ini. Lulu hanya memberikan kunci serep rusun milik Mischa yang dia simpan pada Xander dan Arsen agar ke dua orang itu bisa menunggu Mischa di dalam rusun Mischa. Xander yang pada awalnya merasa begitu semangat menyiapkan surprise untuk Mischa sebagai tanda permintaan maafnya, merasa moodnya jadi tidak karuan saat lagi dan lagi dirinya harus mendengar nama Aldrian disebut. Ada hubungan apa antara Mischa dengan Aldrian sebenarnya? Apa mereka benar-benar berpacaran? Pertanyaan itu terus menggelayut dikepala Xander sejak tadi. Bahkan saat mereka sudah selesai menata makanan di atas meja makan yang mereka beli di jalan. Selesai menata makanan, dibantu Arsen, X
Mischa dan Aldrian sudah berada di dalam mobil pribadi milik Aldrian. Masih di parkiran gedung rumah sakit. Saat itu, Aldrian tidak langsung menyalakan mesin mobil, dia hanya diam dengan ke dua tangan yang terangkat dan melingkar di atas setir mobilnya. Ke dua matanya menatap arah dashboard, setengah menunduk. Beribu pikiran tentang Mischa dan Xander kian berputar dikepalanya, mengganggunya. "Al? Ada apa?" tanya Mischa yang jadi menoleh dan menatap Aldrian dengan wajah bingung. Aldrian menoleh pelan dan tersenyum tipis. Ditatapnya lekat wajah manis Mischa saat itu. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu Mischa," ucap Aldrian meski hatinya masih diliputi keraguan akan apa yang ingin dia utarakan pada Mischa, namun lagi dan lagi, Aldrian terus dirundung rasa takut, jikalau dirinya kali ini akan kembali menelan kekalahan akibat ulah laki-laki brengsek macam Xander. Xander sudah mencur
Karena Mischa tak kunjung menjawab telepon dan membalas pesan yang Xander kirimkan, jadilah kini Xander dan Arsen terpaksa menunggu kepulangan Mischa di lapangan bawah rusun yang letaknya berdekatan dengan lahan parkir. Xander hanya ingin mencari angin, setelah dia berada di dalam rusun Mischa yang panas dan pengap selama berjam-jam. Saat itu, Xander bergabung dengan beberapa pemuda rusun yang sedang bermain bola basket di lapangan. Kebetulan, sewaktu sekolah dulu, Xander itu pernah masuk menjadi tim basket nasional dan sudah beberapa kali memenangkan perlombaan. "Yeay.. Papah hebat..." teriak Arsen dengan gembira seraya bertepuk tangan saat Xander berhasil memasukkan bola basketnya ke dalam ring. Arsen duduk di sisi lapangan sambil menonton pertandingan sang Papah dan menikmati secup es krim coklat favoritnya. Xander tersenyum lebar ke arah Arsen. Peluh di pelipisnya sudah bercucuran
Mischa turun dengan langkah tergesa saat dirinya melihat dari lantai tiga rusun bahwa Xander dan Aldrian tengah terlibat aksi baku hantam di lapangan parkir rusun. Karena kondisi sudah malam, tak banyak warga rusun yang menyaksikan kejadian itu. Hanya ada beberapa security yang terlihat sedang berusaha untuk melerai perkelahian tersebut. "LO NGGAK AKAN MENDAPAT APAPUN DARI MISCHA BRENGSEK!" umpat Aldrian saat pihak security rusun mencoba untuk menahan aksinya untuk tetap melukai Xander. Sementara Xander yang saat itu berada dalam posisi terkulai di atas aspal parkiran dengan wajahnya yang sudah babak belur hanya terdiam dan berusaha untuk bangkit dengan susah payah. "LEPASIN GUE!" teriak Aldrian lagi. Kedatangan Mischa pun membuat para security itu mengerti titik permasalahannya. Mereka berpikir, dua lelaki itu berkelahi karena memperebutkan satu wanita, dan itu adalah hal yang biasa
Xander masih terduduk di trotoar pinggir jalan yang letaknya tak jauh dari rusun Mischa. Saat itu, Xander hendak menghubungi Jarvis agar menjemputnya ke rusun, namun ternyata saat dia mengecek ponselnya lowbet. Sementara sejak tadi, Xander tak melihat ada satu pun taksi yang lewat. Dan Xander masih di sana. Masih dalam posisinya yang sama. Duduk tepekur di tepi trotoar seperti seorang gelandangan. Kepalanya menunduk menatap ke bawah aspal jalanan. Kepala Xander penuh dengan hal-hal menyedihkam sehingga membuat tubuhnya terasa begitu lemah. Xander masih di sana. Saat tiba-tiba, seseorang menghampirinya.
Malam itu, Xander masih dalam perjalanan menuju kediaman pribadinya bersama Jarvis ketika tiba-tiba Ponsel Jarvis berdering. Jarvis meminta Izin untuk menepikan mobil sesaat. Dia menoleh ke arah Xander dan memberitahukan bahwa saat itu Mendy yang meneleponnya. "Nona Mendy yang menelepon Bos, mungkin dia ingin menelepon Bos, tapi karena ponsel Bos mati, jadi dia meneleponku," beritahu Jarvis. Xander menerima ponsel itu dan menjawab panggilan Mendy. "Halo, Jarvis? Apa kamu sedang bersama Xander?" ucap suara di seberang dengan tidak sabar. "Ini aku Xander, ada apa?" jawab Xander datar. Mendy tertawa kecil. "Maaf sayang, aku pikir tadi Jarvis yang mengangkat teleponku, kamu lagi dimana?" "Dijalan pulang," "Oh, begitu. Apa aku boleh mampir? Kebetulan aku baru selesai syuting, lokasinya tak jauh dari apartemenmu," Mendy
Begitu Aldrian izin pamit untuk pulang, Mischa dan Lulu kembali ke rusun. Mischa langsung melepas rasa rindunya dengan Arsen. Saat Mischa mengajak Arsen pulang, Arsen masih terlihat asik bermain bersama Kiki. Namun dari tatapan sayup dan uapan lebar mulut Arsen, Mischa tahu kalau Arsen sudah sangat mengantuk. Setelah berpamitan pada Lulu dan Dion, Mischa pun kembali ke rusunnya, bersama Arsen. Senyum manis di wajah Mischa terus mengembang. Dan senyum itu seketika sirna, begitu pintu rusun miliknya dia buka. Saat itu, Mischa belum sempat menyalakan lampu, tapi pencahayaan redup dengan kerlap kerlip lampu berwarna-warni menyambut kedatangannya. "Semua ini, Papah yang buat, Mah," ujar Arsen. Tangan mungilnya menarik Mischa masuk ke dalam rusun untuk memperlihatkan hal menarik lainnya. Arsen meminta Mischa untuk menyalakan lampu, dan s
Seperti janjinya pada Arsen kemarin, pagi ini Xander akan menepatinya meski dia tahu apa yang terjadi tidak sesuai harapannya. Malam tadi Jarvis telah menyiapkan segala keperluan yang Xander dan Arsen butuhkan untuk berkemah, termasuk sebuah kendaraan roda empat yang biasa disebut Camper Van. Xander meminta Jarvis untuk menemani perjalanan mereka hari ini yang rencananya akan menjadi sebuah perjalanan panjang dan menyenangkan. Setelah bersiap-siap dari hotel tempatnya menginap, Xander langsung berangkat menuju rusun Mischa untuk menjemput Arsen. Bukan sesuatu hal yang mudah bagi Xander harus kembali bersitatap dengan Mischa setelah apa yang terjadi di antara mereka tadi malam. Setelah Mischa mengungkapkan perasaan kecewanya terhadap Xander melalui luapan amarah dan kebencian yang nyata di balik tatapan sendunya. "A-KU BUKAN PELACUR! A-KU BUKAN WANITA MUR