Share

Chapter 8 : Diskusi

"Oke oke, jadi gimana? langsung kita mulai aja?"

Aku keluar dari kamar.

Semua orang sudah berkumpul di rumahku. Setidaknya sampai adikku juga ikut bergabung dalam diskusi ini. Semua orang tampak serius. Belum juga dimulai, aku sudah mempunya prasangka buruk tentang dua teman Zulfa ini. Kenapa mereka yang awalnya mendukung Zulfa mendadak ikut dengan diskusi ini yang sudah jelas jelas akan membicarakan sahabatnya itu. Apakah sebelumnya mereka berdua tidak diberitahu oleh yang lain tentang apa yang akan kita bahas sekarang?.

"Eh iya, kalian temannya Zulfa kan? Nama kalian siapa?" Aku memulai percakapan.

"Namaku Zahra, dan dia Alika. Rumah kami berdekatan, jadi kami selalu berangkat sekolah bersama-sama" Ujar salah satu dari mereka.

"Lalu kalian mulai kenal Zulfa dari kapan?" Tanya Hana.

"Sekitar tiga tahun lalu, pas baru pertama kali kita masuk SMK. Awalnya aku sama Zahra yang udah temenan dari kecil suka pulang bareng. Pas baru nyampe rumah, ada tetangga pindahan yang seumuran sama kita yaitu Zulfa" Jelas Alika.

"Lalu udah itu gim-".

"Eh udahlah jangan banyak basa-basi, langsung aja ke inti diskusinya" Teman Ze memotong perkataan Erin.

"Eh ngomong-ngomong kalian berdua siapa sih? dari kemarin ngikut mulu kenal kagak" Sambung Hana.

"JJ, nama panggilanku. Dia DD".

"Wah keren juga nama anak buahmu Ze, emang kepanjangannya apa?" Tanya Erin.

"Jajang sama Dadang".

"Pffttt... Bwuahahaha" Kita bertiga tertawa.

"Lah kukira JJ itu singkatan kayak Jhona jamesons atau apa gitu.. Hahaha" Erin menahan tawa.

Kita semua tertawa seakan sudah lupa tujuan awal kita berkumpul disini adalah untuk membiacarakan tentang masalah Zulfa kemarin. Tapi dengan melihat mereka tertawa seperti ini, menurutku tidak terlalu buruk.

Hari yang biasanya terlihat abu abu, sekarang sedikit berwarna. Setidaknya sekarang aku bisa mulai untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Oh iya... Kita kan mau ngomongin kasus Zulfa kemarin" Ujar Ze.

"Nah iya, bukannya Erika mau nanya sesuatu ke mereka berdua?" Sambung Jajang.

"Lah mana ada? kan kalian yang bawa mereka. Aku mau nanya nya ke Ze sama kalian berdua doang" Aku mengelak.

"Terus emang mau nanya apaan? bukannya kemarin udah kita jawab semua?" Ujar Dadang.

"Nah itu, aku mau tanya kenapa Zulfa bisa punya luka lebam padahal kalian gak mukul sama sekali?" Sambungku.

"Ya mana kita tau, kemarin kita udah jawab kan? coba tanya sama mereka berdua" Ujar Ze sambil menunjuk Zahra dan Alika.

"Sebenarnya kami juga gak tau, seminggu ini Zulfa jarang banget bareng sama kita. Cuman pas kemarin kita gak sengaja lihat Zulfa nangis di depan kelas, kita langsung samperin dia. Hari ini juga dia gak sekolah ya kan Ze?" Alika mulai menjelaskan.

"Nah, mereka juga tau kan kita gak ngapa-ngapain si Zulfa" Sambung Ze.

"Argh! Makin pusing aja..." Hana mulai merebahkan badannya ke sofa.

"Eh iya Erin?! Kamu kemarin kan nelfon kita malem-malem ngomongin Zulfa sambil teriak terus tiba-tiba keputus. Itu kenapa?!" Aku baru mengingatnya.

"Ah iya, kemarin kan aku pulang telat karena masih ngerjain tugas. Terus sekitar jam setengah enam aku ngelihat Zulfa jalan bareng dua cowok. Mereka pergi ke taman belakang sekolah" Erin menjelaskan.

"Bentar dulu... Kamu kok bisa yakin kalo itu Zulfa?" Tanya Zahra.

"Aku lihat tasnya, warna merah kan?" Jawab Erin.

"Iya... Jangan jangan bener kalo itu Zulfa?" Ze menambahkan.

"Kalian yakin? di sekolah ini yang punya tas merah bukan Zulfa doang loh..." Ujar Alika.

"Ya tapi dari postur tubuh juga aku bisa tau kalo itu Zulfa?" Erin terus membantah.

"Kalo untuk postur tubuh, postur tubuh aku sama Zulfa juga sama. Jangan asal nuduh dulu" Alika kembali mendebat Erin.

"Lah aku gak nuduh, aku cuman berteori kalo yang kulihat ini dia atau bukan...".

Zahra memasang wajah gelisah.

"Ya jelas bukan! Orang aku lihat Zulfa pulangnya jam lima sore. Rumah dia sama rumah kita juga deketan kok".

"Rumah kalian dimana emangnya?" Hana mulai angkat bicara.

"Di Perumahan pondok indah, deket kok dari sini"  Jawab Alika.

Keadaan semakin memanas, membuatku kembali tak bersemangat untuk menyelesaikan masalah ini. Perdebatan antara dua sahabat Zulfa yang terkesan membela karna tentu Zulfa adalah sahabatanya dengan Erin yang terus yakin dengan teorinya bahwa orang yang dilihat nya adalah Zulfa.

Salahku sendiri yang mulai membesarkan masalah sepele seperti ini. Coba saja kemarin aku tak terlalu egois dengan sok-sokan menjadi pahlawan konyol pembela kebenaran yang bahkan dia sendiri tidak tau tindakannya benar atau tidak.

"Bukan Zulfa...".

Alih-alih Erin sedang berdebat. Adikku, Reiza tiba tiba mulai angkat bicara.

"Apa maksudmu bukan Zulfa?" Erin membentak Reiza.

"Tenang dulu Erin. Jangan bicara dengan nada seperti itu pada adikku. Biarkan dulu dia bicara" Aku menenangkan Erin.

"Kalau kak Erin bilang jam setengah enam adalah waktu yang telat untuk pulang. Maka setengah jam sebelumnya adalah waktu umum untuk jam pulang sekolah kalian" Jelas Adikku.

"Jadi?" Aku mengerutkan dahi.

"Jadi, jika rumah Zulfa dekat dengan rumah Kak Alika dan Kak Zahra yang ada di perumahan gak jauh disini, berarti seharusnya Zulfa akan melewati rumah ini saat pulang" Sambungnya.

"Lah kok bisa Zulfa melewatari rumah ini?" Ze mulai bertanya.

"Rumah kita ini ada di depan gerbang desa, gak ada jalan lain untuk masuk ke perumahan selain jalan ini" Aku menjawab pertanyaan Ze.

"Dan juga soalnya jarak perumahan dan sekolah kakakku itu jauh. Kalau Kak Zahra ngelihat Zulfa sampai dirumahnya jam Lima sore, maka jika berjalan kaki, kemungkinan Zulfa pulang jam setengah Lima sore dari sekolah dan sampai dirumahnya jam lima sore" Adikku menjelaskan dengan rinci.

"Kalau begitu Seharusnya Aku sama Icha juga ngelihat dong? soalnya kita pulang jam setengah lima juga." Tanya Hana.

"Kok kamu bisa tau dari SMA kita ke perumahan memakan waktu setengah jam kalau berjalan kaki?" Jajang memotong perkataan Hana.

"Sekolah kalian dan sekolahku itu jaraknya hampir Dekat beberapa meter. Waktu tempuh sekolah dan rumahku itu sekitar 20 menit, kalau jarak perumahan dari sini gak begitu jauh, maka dengan berjalan kaki akan menambah waktu lagi sekitar 10 menit sehingga hasilnya adalah 30 menit" Jawab Adikku.

"Sebab kenapa kak Hana sama Kakakku gak ngelihat zulfa saat pulang adalah karena kalian memakai sepeda. Walau kalian pulang dengan waktu yang bersamaan dengan Zulfa. Kalian sampai terlebih dahulu dan juga hari kemarin Kak Icha nginep dirumah Hana yang letaknya bersebelahan dengan kita. Ditambah aku juga ngelihat perempuan pake tas merah lewat rumah kemarin" Sambungnya.

Aku tak menyangka. Reiza yang dulu selalu kujahili bersama Hana, sekarang sudah tumbuh menjadi orang yang lebih dewasa di umurnya yang baru menyentuh umur belasan tahun.

Sesaat aku ingin menangis, bola mataku seperti ingin keluar, namun Hana mengerti dan mulai menatapku dengan senyumnya.

"Jadi kalau yang kulihat bukan Zulfa, terus siapa?" Tanya Erin.

Kami pun saling menatap, menaruh kecurigaan masing masing. Mungkin saja salah satu dari yang Erin lihat kemarin ada disini, tanpa terkecuali...



BERSAMBUNG...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status