Share

OTW jadi Nyonya BOSS!
OTW jadi Nyonya BOSS!
Author: Alvin Subeki

Om Tampan

“Kak Audrey, ini nilai ujian matematikaku,” terdengar suara Gea, salah satu murid les privatku. Dengan bangga gadis 12 tahun itu menunjukkan nilai matematika yang dia dapat.

“Good job, Ge!" pujiku seraya mengacungkan kedua jempolku.

Melihatku memuji Gea, Luna juga tidak mau kalah dari sang kakak. Dia segera menunjukkan score B+ yang dia dapat.

“Well done, Luna!” pujiku seraya mengusap puncak kepala gadis 7 tahun itu dengan lembut. Gadis itupun membalas dengan sebuah pelukan hangat.

Sudah dua tahun terakhir aku menjadi guru les privat dua nona muda keluarga Adinata, Gea dan Luna. Sepulang kuliah, aku selalu menuju rumah mewah keluarga Adinata untuk mengajar mereka berdua.

"Terima kasih sudah membantu cucu-cucu Oma belajar, Audrey. Oma sangat puas dengan nilai mereka semester ini," ucap Oma Elma.

Akhir pekan ini, Oma Elma berencana mengajakku ke butik langganannya. Dia memintaku memilih pakaian manapun yang aku suka sebagai bonus karena sukses mengajar Gea dan Luna.

Akupun menolak permintaan tersebut dengan sopan. Menurutku, memastikan nilai ujian Gea dan Luna selalu memuaskan adalah tugasku sebagai guru les privat mereka berdua. Jadi aku rasa tidak pantas aku menerima bonus itu.

Namun Oma Elma tetap memaksa. Menurutnya, tentu tidak masalah sesekali aku menerima bonus semacam ini.

"We will pick you up this weekend. Kita lunch bertiga, setelah itu ke butik langganan Oma," titah nyonya besar keluarga Adinata itu.

"Bertiga? Bertiga dengan siapa Oma?" tanyaku penasaran. Seingatku akhir minggu ini Gea, Luna, dan orang tua mereka akan ke pergi ke Bali. Lalu dengan siapa bertiga yang dimaksud Oma Elma?

"Gibran," jawab Oma Elma.

What? Pak Gibran?

"Oma juga mau membelikan dia beberapa baju untuk perjalanan bisnisnya ke London minggu depan."

Astaga! Menatap wajah tampan Pak Gibran sekilas saja sudah membuat jantungku berdetak tak karuan, apalagi harus jalan bertiga bersama Oma Elma dan Pak Gibran.

Sudah bukan rahasia, Oma Elma sangat gemar menghabiskan waktu cukup lama setiap berbelanja, artinya akhir pekan ini aku akan menghabiskan waktu berjam-jam bersama Oma Elma dan Pak Gibran, maka berjam-jam pula aku bisa menatap wajah tampan anak bungsu Oma Elma itu.

Wuih, bisa-bisa aku terkena serangan jantung, hehehe.

"Tidak ada penolakan, Audrey!" imbuh Oma Elma.

Okeh, sepertinya aku memang harus benar-benar menyiapkan jantungku akhir pekan ini.

Jantung, tolong ya jangan norak nanti ketika harus berjam-jam menatap wajah Pak Gibran!

Oma Elma dan Almarhum Bapak Galih Adinata hanya memiliki dua orang anak yaitu Livy Diandra Kiswoyo dan sang adik, Gibran Maharsa Adinata. Bu Livy menikah dengan putra sulung keluarga Kiswoyo, Nathan Kiswoyo. Dari pernikahan itu hadirlah dua gadis cantik yang kini menjadi murid les privatku, Gea Liberty Kiswoyo dan Luna Elvania Kiswoyo.

Keluarga Adinata masuk dalam jajaran 15 besar keluarga terkaya di Indonesia versi forb*s. Bisnis mereka menggurita di berbagai bidang usaha dengan Adinata Group sebagai induk bisnisnya. 

Saat ini Pak Gibran menjabat sebagai CEO Adinata Group. Aku sebenarnya cukup sering bertemu pria tampan itu. Dia cukup dekat dengan kedua keponakan cantiknya. Tak jarang ketika Gea dan Luna sedang belajar denganku, Pak Gibran menghampiri dua keponakan cantiknya itu. Wajah betonnya seketika berubah  menjadi sangat manis ketika berhadapan dengan Gea dan Luna.

Seperti pada hari ini, sesaat setelah percakapan singkatku bersama Oma Elma, aku memulai sesi belajarku bersama Gea. Gadis cantik itu meminta sesi belajar hari ini dilakukan di teras belakang rumah mewah ini. Dia bosan jika harus di kamar atau di ruang belajarnya.

Bersamaan dengan itu tampak Pak Gibran yang baru saja pulang dari kantor. Dengan kemeja navy lengan panjang yang dia lipat hingga sikunya, dia berjalan ke arahku dan Gea untuk menyapa keponakan cantiknya.

Ya Tuhan, ganteng banget sih CEO satu ini! Jantung apa kabar jantung? Tolong dikondisikan detaknya, ya!

"Mana yang katanya nilainya tertinggi di kelas?" terdengar suara bariton Pak Gibran.

Astaga, suaranya sexy banget!

Seketika fantasi nakal berkeliaran di pikiranku. Membayangkan betapa merdunya suara bariton Pak Gibran jika membisikkan kata-kata sensual di telingaku, apalagi jika suara itu perlahan berubah menjadi desahan kenikmatan. Haduh ... pasti sangat menggoda!

"Hadiahnya mana?" rengek Gea ke Pak Gibran.

"Kamu mau apa?" tanya Pak Gibran seraya membelai rambut Gea. Sontak otakku kembali mengerang ketika melihat jemari-jemari besar Pak Gibran membelai rambut keponakannya itu. Membayangkan bagaimana sensasi rasa ketika jemari-jemari itu membelai area sensitif di tubuhku. Membelai kedua benda kenyal di area dadaku, meremasnya dengan lembut dan ...

Shit! Kenapa fantasi nakal semacam ini sering muncul di benakku setiap bertemu Pak Gibran?

"Setelah Aku pulang dari Bali, Kita makan ice cream bersama Luna di kedai Ice Cream Bobby ya, Om!" pinta Gea sebagai hadiah untuk nilai ujiannya yang memuaskan.

"Siap, laksanakan!" balas Pak Gibran yang kemudian meninggalkan kami kembali berdua saja di teras belakang rumah mewah ini, membiarkan Gea kembali fokus belajar bersamaku.

CEO Adinata Group itu berjalan ke arah gazebo yang berada di taman belakang rumah mewah ini. Tentu dari posisiku saat ini, aku bisa dengan leluasa memandangi wajah tampannya. Wajah yang sering membuat jantungku berdegup tak karuan. Tampannya gak kaleng-kaleng, cuy!

Mataku sedari tadi mengekor kepergiannya dari tempatku dan Gea belajar. Rasanya tidak rela berpaling dari wajah tampan pria 30 tahun itu.

"Kenapa Kak Audrey memandangi Om Gibran terus dari tadi?" tanya Gea.

"Tampan!" tanpa aku sadari keluar kata itu dari mulutku. Mataku masih menatap ke arah Pak Gibran, pikiranku juga masih melayang di atas awan.

"Tampan? Siapa? Om Gibran?" Gea tampak memastikan.

"Yes He is. Om Tampan!" aku kembali bergumam. Pikiranku masih berkelana menelusuri garis wajah Pak Gibran. Akupun belum menyadari kebodohan yang sudah aku lakukan di depan Gea, bergumam tentang sesuatu yang pastinya akan membuatku kehilangan muka di depan gadis cantik itu.

"WHAT? OM TAMPAN?" terdengar suara cempreng Gea yang menggelegar. Sontak hal tersebut membuat pikiranku seketika kembali sepenuhnya ke dunia nyata.

Akupun panik, apalagi Pak Gibran yang sebelumnya tampak sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba menatap ke arah kami. Ya ampun, apa Pak Gibran mendengar saat Gea menyebutkan Om tampan?

Aku semakin salah tingkah. Akupun memutar otak untuk mengelak dari ledekan Gea yang bertubi-tubi meluncur dari bibirnya.

"Ti-tidak begitu, Ge! Bu-bukan begitu!" elakku.

"Apanya yang tidak begitu? Apanya yang bukan begitu? Dih, Kenapa Kak Audrey jadi gelagapan gitu?" ledek Gea.

"Maksud Kak Audrey, tamannya jika malam tampan. Bukan Om Gibran yang tampan," elakku lagi.

"Taman kok tampan! Jelas-jelas Kak Audrey tadi bilang Om Gibran itu OM TAMPAN!" protes Gea dengan suara cemprengnya yang menggelegar.

"GEA! Sssttt!" seruku seraya menempelkan jari telunjuk di depan bibir.

Ya Tuhan, jangan sampai Pak Gibran mendengar percakapanku dan Gea. Semoga Gea juga tidak menceritakan kebodohanku ini pada anggota keluarganya yang lain. Tengsin aku 'kan!

"Dih, kenapa pipi Kak Audrey jadi merah merona? Kak Audrey malu ya ketauan memandang penuh damba ke Om Gibran?" goda Gea.

What? Memandang penuh damba? Allohurobbi, dari mana bocah 12 tahun ini bisa memiliki kosa kata itu?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yanti Indriati
kak audrey gagal fokus
goodnovel comment avatar
Tukang nulis
kak Audrey kebanyakan nonton film biru.
goodnovel comment avatar
Potato Peach
kok Audrey kyknya udah biasa yg berhubungan sm laki2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status