공유

Bab 4

작가: Nurja
last update 최신 업데이트: 2022-04-15 23:13:55

Bab 4

Pintu ruangan terbuka, saat itu juga muncul sesosok pria berjas hitam yang tergopoh mendekatiku dan Mama mertua.

Keynan, baru saja dia ada dipikiranku. Malah sekarang pria es kutub ini sudah ada di hadapan. Sumpah, pusing banget aku. Gimana caranya ngejelasin semua ini sama dia kalau aku hamil. 

Lagian, bisa-bisanya aku hamil secepat itu. Kayak mustahil, tapi kok ya nyata adanya. Argh! Semoga Keynan nggak terlalu marah.

"Akhirnya kamu datang, Nak," ucap Mama antusias. Senyum wanita paruh baya itu terus saja merekah seperti bunga jam sembilan. Itu karena memang jam dinding di sana menunjukkan pukul tepat sembilan pagi.

Aku berpikir, kalau Mama yang kasih tahu Keynan kalau aku di bawa ke rumah sakit.

"Tiara sakit apa Ma? Kamu nggak pa-pa 'kan" tanya Keynan padaku juga Mama.

Aku hanya menatapnya kaku sambil menggelengkan kepala.

"Tiara nggak lagi sakit kok, justru ini kabar bahagia buat kamu juga buat keluarga kita. Tiara hamil. Selamat ya Key, sebentar lagi kamu akan jadi Papi." Mama menerangkan.

Kulihat Keynan melotot sambil menepuk jidatnya dan ia langsung terjerembab pingsan di lantai.

"Enggak, Key!" Aku berteriak dengan mata terpejam. 

"Heh, Tiara! Kamu kenapa, Sayang?!" Sebuah guncangan mendarat di pundakku berkali-kali.

"Dia ini lagi halusinasi apa gimana ya?" Saat kudengar suara pria yang tak asing. Akhirnya aku membuka mata kembali.

Dua orang beda umur itu langsung menatapku tajam. 

Aku kira tadi Keynan pingsan setelah mendengar berita kehamilan ini. Ternyata tadi itu hanya bayanganku saja. Astaga, pasti setelah ini Keynan bakalan menuduh aku gila karena tadi berteriak nggak jelas.

"Kamu tadi nggak pingsan 'kan Key? Eh maksud aku Mas Keynan." Aku masih bertanya lebih detail. Meski bibir ini acap kali tergagap, otak pun kadang berasa entah. Tapi aku hanya ingin tahu kebenarannya.

"Enggak. Siapa yang pingsan. Udah saatnya pulang, kamu mau masih berapa lama berbaring di situ?" Keynan nyeletuk. Wajahnya biasa saja, tidak memperlihatkan aura kemarahan. Agak bernapas lega aku, siapa tahu dia memang tidak terlalu kaget. 

"Key … kamu jangan gitu dong sama Istri kamu. Dia ini lagi hamil, jangan dikasarinlah. Kasihan." Mama membantuku bangkit dan turun dari bangsal dengan pelan.

"Udah, ayo aku anterin pulang." Keynan melangkah lebih dulu, meninggalkan aku dan Mama di belakangnya.

"Mama tadi ke sini sama supir, Key. Kamu balik ke kantor aja ya, biar Mama pulang sama Tiara," kata Mama agak menambah volume suaranya. Karena jarak Keynan dan kami agak jauh.

"Oh, oke, ide bagus." Seketika Keynan membalik badan. "kalau gitu Key ke kantor lagi ya," lanjutnya langsung ngeloyor pergi. 

Agak nelangsa sebenarnya. Kehamilan ini sepertinya tak akan merubah apa pun dipernikahanku dan Keynan. Berita bahagia yang harusnya dinanti banyak pasangan halal di muka bumi ini pun nyatanya itu sama sekali tak membuat gurat bahagia terpancar dari wajah Keynan. Entah gimana nanti nasibku setelah aku dan Keynan berada di satu ruangan. Pasti dia akan mececarku dengan beragam tuduhan juga pertanyaan.

"Sabar ya, Keynan emang suka cuek anaknya. Tapi aslinya dia perhatian kok. Ini kesempatan kamu buat semakin dekat dengan dia." 

Aku langsung menatap lekat Mama yang bicara di sela langkah kami.

"Kesempatan apa, Ma?" tanyaku yang memang tak paham.

"Sebagai seorang wanita, kamu harus pintar-pintar merebut hati suami. Dan ini kesempatan emas buat kamu Tiara, sekarang kamu lagi hamil. Manfaatin momen ini buat meluluhkan hati Keynan. Pepet dia, jangan sampai lepas. Mama dukung kamu. Dulu Mama juga begitu." 

"Begitu gimana Ma?" Aku makin penasaran dengan setiap ucapan Mama. 

"Mama sama Papa dulu juga dijodohkan. Jadi tahulah rasanya kayak gimana. Menikah tanpa cinta itu rasanya hampa, Tiara! Sampai-sampai berbulan-bulan Mama sama Papa nggak tidur seranjang. Ya karena masing-masing memang nggak saling suka. Eh, tapi lama-lama, waktu yang terus menggerogoti, akhirnya kami saling jatuh cinta dan awet sampai sekarang. Terlebih saat punya anak, wah … pokoknya papanya Keynan makin lengket sama Mama." Panjang kali lebar kali tinggi Mama bercerita dengan ceria.

Baru aku tahu sekarang, kalau mertuaku ini dulunya juga dijodohkan. Makanya anaknya juga dijodohkan. Ternyata buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Tapi kalau buahnya jatuh di tebing. Apa iya nggak bakalan jauh. Seperti aku dan Keynan, meski sama-sama lewat perjodohan. Nyatanya Keynan tak sama, ia sudah memiliki tambatan hati. 

"Iya, Ma, ikut senang aku, semoga Papa sama Mama bahagia terus ya," ucapku lalu merengkuh pundak Mama. 

"Jelas Mama sama Papa bahagialah, Tiara. Apalagi Mama mau punya cucu, nggak kebayang nanti gimana senangnya Papa kalau dikasih tahu kabar ini. Pasti dia juga senang banget." 

Melihat wajah Mama juga senyumnya yang indah terukir. Membuat aku pun ikut mengulum senyum, binar bahagia jelas terpancar saat tahu bahwa di rahim ini ada calon cucunya. 

Yang jadi masalah cuma satu, akankah pria bergelar suami itu akan juga senang seperti Mama? Jadi deg degan kalau nanti ketemu sama Keynan.

***

Sudah malam Keynan juga tak kunjung pulang. Aku terus menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Belum ada tanda-tanda kalau Keyan pulang. Biasanya mobil dia selalu terparkir di garasi yang terlihat dari kaca kamar ini. Dan di situ masih kosong.

Berkali-kali aku menghela napas gusar serta tak karuan. Jantung pun degupnya ugal-ugalan seperti balapan motor di Mandalika. Ah, jadi pengen ke sana. Tapi sama siapa? Orang naik pesawat aja belum pernah, biasanya yang sering hanya naik delman sama odong-odong.

Aku jadi punya ide yang bagus. Lebih baik aku tidur saja mumpung Keynan belum pulang. Kurasa … saat ini menghindar adalah tindakan yang tepat.

Gegas kututup semua gorden yang tadi tersibak karena aku melihat ke arah depan rumah terus. Dan segera naik ke ranjang lalu menarik selimut hingga menutupi semua badan ini termasuk wajahku.

Yuk, tidur, yuk. Aku memejamkan mata meski tak ada rasa kantuk sama sekali.

Sudah beberapa menit berlalu, mata ini nggak mau diajak menyelam ke alam baka. Astaghfirullah, alam mimpi kali. Nggak hanya bibir yang sering salah sebut, batin pun sama sering keliru.

Belum juga terdengar suara Keynan pulang dari tadi. Akhirnya aku membuka pintu selimut yang menutupi wajah.

"Astaga!" Aku reflek terjingkat kaget saat selimut ini terbuka. Ternyata Keynan sudah berdiri sambil menatapku tak berkedip. Dia itu suka banget bikin jantungan.

"Ke-Key-Yi, eh, maksud aku Keynan." Ya ampun, pakai salah sebut nama pula aku. Malah nyebut nama selebgram yang itu, lagunya sering diputar di odong-odong, yang judulnya aku bukan jelangkung. Eh aku bukan boneka.

"Belum tidur?" tanyanya. Tiba-tiba Keynan malah duduk di bibir ranjang. Tepat di sampingku.

"Belum," jawabku sekenanya. 

"Bangun," titahnya. Aku lantas menata posisi duduk sambil menarik selimut yang sempat melorot.

"Kok bisa kamu hamil?" Aku cengo mendengar pertanyaan Keynan yang entahlah ini.

"Lah, 'kan kita bikinnya berdua. Ya mana aku tahu, Key!" Aku menyahut dengan suara kencang.

"Udah berapa bulan?" tanyanya lagi. Wajah Keynan masih juga datar ekspresinya.

"Nggak tahu. Tanya Mama aja, tadi aku nggak nyimak penjelasan Dokter." 

"Gimana sih kamu! Kalau gitu mana hasil USG-nya?!"

"Tuh ada di laci." Jariku menunjuk ke arah laci yang ada di samping ranjang. 

Keynan mengambil hasil USG tersebut lalu menatap lekat-lekat gambar yang berwarna hitam itu.

"Ini apaan hitam-hitam semua? Dedek bayinya yang di sebelah mana sih?" Keynan bersungut. Kedua alis tebalnya saling bertaut. "ya ampun, pelit amat sih Mama. Jaman sekarang 'kan udah ada USG yang canggih, dan gambarnya bukan kayak dunia lain begini. Ini apa yang mau dilihat, gelap semua kayak langit tanpa bulan." 

Entah harus bagaimana aku menyimpulkan ocehan Keynan. Tapi sejak tadi dia nggak ada marah sih sama aku. 

"Terus gimana dong, ini anak kamu Key," ucapku pelan. Kertas yang dipegang Keynan aku ambil alih lalu menunjukan titik kecil padanya. "ini janinnya," tambahku.

"Oh, ini, ya ampun, kecil banget ya, sebesar biji selasih ini mah kayaknya." Lagi, Keynan terus membeo. "Tiara …." Ia memanggil namaku. Dengan tatapan mata yang intens.

"Ya, Key, kenapa? Aku minta tolong ya, jangan pernah kamu nyuruh aku buat ngegugurin anak ini, meskipun kamu nggak suka sama dia." Itulah beberapa kata yang sebenarnya memang sudah kupendam dalam hati. Sebelum Keynan mengutarakannya, lebih baik aku mendahuluinya.

"Kamu ngomong apa Ra? Siapa yang nyuruh kamu buat ngegugurin dia? Aku cuma …."

"Cuma apa?" Aku memangkas ucapan Keynan.

"Cuma ingin menyentuh perut kamu Ra. Dia udah bisa nendang belum ya?"

"Hah, apa?!" Dia sendiri yang bilang kecil mirip biji selasih, ya kali janin bisa nendang. Ibunya ini yang bisa nendang. 

Tapi, apa itu pertanda kalau Keynan. Nggak marah? Ah, kalau iya, aku senanglah pasti. Jadi teringat kata-kata Mama, kalau ada anak ini, semua harta juga bakalan jatuh ke ….

***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Teringat pada mama
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku   TAMAT

    Bab 29POV AuthorKeynan hanya menelan Saliva susah payah. Apa yang dikatakan Tiara sukses membungkamnya.Lama-lama merasa malu, Tiara memilih mengakhiri tingkahnya yang kadang diluar nalar.Keynan membiarkan Tiara saat wanita itu bangkit dan memilih duduk sembari menyugar rambut.'Asem! Kenapa ini mulut nggak bisa dijaga banget sih! Pasti Keynan ngira aku perempuan berpikiran mesum," batin Tiara merutuk menyesali apa yang telah ia katakan perihal burung tadi."Kenapa? Ternyata gini ya kelakuan kamu! Nggak mau tanggung jawab!" Keynan protes. Ia pun ikut duduk namun di belakang Tiara.Lantas mendelik tajam mata Tiara. Ia melirik Keynan dengan ekor mata."Tanggung jawab apa? Aku 'kan nggak ngelakuin kesalahan apa-apa." "Udah lupain aja. Perempuan emang selalu benar kok. Meski kamu nggak peka, aku memahaminya. Nanti lama-lama kamu juga akan yang sering minta duluan." Keynan berdiri seraya menepuk pundak Tiara pelan.Celingukan sendiri Tiara. Otaknya berpikir apa arti yang Keynan bicarak

  • Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku   Bab 28

    Bab 28POV Author'Oh Tidak!' batin Tiara berteriak. "Hei, kenapa diam? Ayo pijitin!" Keynan berseru lagi. Ia melirik Tiara dengan posisi tengkurap."Tapi aku nggak bisa pijit Key, jadi mendingan aku panggilin kamu tukang pijit beneran ya, kebetulan aku juga punya kenalan." Tiara pelan-pelan beranjak dari atas kasur. Tak kuat bila ia lama-lama melihat Keynan bertelanjang dada begitu. "Nggak! Aku maunya dipijitin sama kamu. Titik!" Keynan ngotot. Bahkan tangannya cekatan menarik Tiara hingga kembali terduduk paksa."Tapi aku nggak bisa!" Lagi, Tiara mencoba menghindari."Tadi katanya kamu mau pijitin aku. Berarti bisa pijit dong?" Kerlingan serta senyum miring terus Keynan sunggingkan. Hatinya tertawa geli melihat tingkah sang istri yang gelisah seperti cacing kepanasan."Iya, tapi kamu pakai baju ya?" Jemari Tiara merambat pelan hendak mengambil baju Keynan yang tergeletak di sana."Nggak!" Ditolak mentah-mentah oleh Keynan. Seketika baju tersebut langsung dilempar ke lantai oleh le

  • Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku   Bab 27

    Bab 27POV Author"Cincin apa, Key?" Tiara berlagak nggak tahu."Jangan kira aku nggak tahu y Ra, kamu tuh kenal 'kan sama Farel? Bahkan kayaknya malah dekat banget." Alis tebal Keynan saling bertaut rapat.Langsung tercelos batin Tiara. Tak habis pikir ia kalau Keynan tadi tahu saat Tiara mengobrol dengan Farel."Mana! Kalau kamu nggak mau ngasih itu barang. Biar aku cari sendiri!" Keynan mengulurkan telapak tangan di depan Tiara."Iya, iya." Dari saku celana, Tiara merogoh benda berbentuk lingkaran tersebut. "ini," lanjutnya. Terpaksa memberikan yang Keynan minta. Lagipun, Tiara juga kini telah memilih Keynan. Dengan arti ia juga harus melupakan semua tentang Farel. 'Cinta itu buta ya, meski nggak buta fisik. Tapi cinta itu buta hati. Saat berkali-kali harus menelan kecewa atas yang Keynan lakukan. Tapi kenyataannya tetap saja aku masih teguh bertahan. Dan … salah besar jika aku bertahan karena harta. Memang niat awalnya begitu, tapi seiring berjalannya waktu … ternyata cinta ini

  • Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku   Bab 26

    Bab 26Kalimat Keynan terpenggal sejenak. Namun Tiara tetap sigap menyimak meski debar dalam dadanya pun berdentang kencang tak karuan."Tapi aku memilih … kamu." Meski pelan Keynan melanjutkan. Kata itu masuk ke gendang telinga Tiara dengan baik.Hampir tak percaya dengan yang didengar. Tiara tersenyum senang campur entah. Rasa itu sungguh kelu untuk diutarakan."Kamu beneran pilih aku 'kan Key?! Aku nggak salah dengar 'kan?!" tegas Tiara lantas menekan kedua lengan Keynan dengan tangannya untuk mengsejajarkn pandangan.Keynan mengangguk pelan. "Iya Ra, aku nggak ingin kalau anak kita lahir dia nggak punya orang tua yang lengkap. Jadi, aku mohon sama kamu Ra, untuk lebih bersabar dengan sikap ini." Begitu dalam netra bening Keynan menatap lawan jenisnya.Walau sudah mendapatkan jawaban yang sesuai keinginan. Tapi ada saja yang masih mengganjal di hati kecil Tiara."Kalau masalah bersabar, jelas aku akan maju paling depan Key. Tapi … bagaimana dengan Nadia jika kamu memilih aku? Kamu

  • Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku   Bab 25

    OBAT PER4NGS4NG YANG DIBERIKAN IBU TIRIKU Bab 25POV Author.Farel tercengang cukup lama sembari terus menatap lekat kedua insan di ujung sana. Adegan Keynan yang tengah menggendong Tiara dengan mesra, memberi cubitan kecil pada hati Farel hingga terasa nyeri di ulu hati.Tubuh ramping Tiara itu seketika cepat sekali terengkuh sempurna dalam dekapan Keynan lalu membawanya masuk ke dalam kamar.Kini, hanya tatapan hampa dari pria beropini mengenai perasaan sepupunya terhadap teman kecilnya tersebut. Farel sulit percaya jika Keynan sama sekali tidak ada rasa terhadap istrinya. Meski acap kali elakan Keynan membantah, tapi perangai dan sorot mata tak bisa berbohong. Sesama seorang pria dan juga mengenal lama. Farel paham betul bagaimana watak adik sepupunya itu, tergolong susah ditebak.Gelengan pelan diiringi kerjapan mata berkali-kali Farel lakoni, ia menepis semua pikiran ranjau yang mengganggu setiap hembusan napasnya. Tangan Farel mengangkat laptop lalu membawanya meninggalkan

  • Obat Yang Diberikan Ibu Tiriku   Bab 24

    Bab 24Keynan langsung melepaskan kedua tangannya yang tadi menyangga di punggung Tiara lalu beralih memegang pipi yang barusan terkena tamparan."Aaa!" Tiara berteriak sesaat sebelum ia perlahan tenggelam karena air kolam itu lebih tinggi dibanding dirinya.Sadar akan hal itu, Keynan cepat membawa Tiara naik ke permukaan kembali. Ia tahu, bahwa istrinya tidak bisa berenang."Mau gampar aku lagi? Tenggelam 'kan jadinya?" Keynan menatap tajam Tiara.Kedua insan itu kini kembali di posisi yang sama seperti tadi sebelum adegan tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Keynan."Kamu sih matanya jelalatan," rutuk Tiara dengan bibir maju beberapa senti. "bawa aku ke pinggir Key, aku mau ke kamar.""Nggak! Kalau mau ke pinggir ya sana kamu berenang sendiri." Keynan tersenyum menyeringai. Melihat wajah istrinya ketakutan kesal Keynan malah semakin senang.Bukannya lekas membawa Tiara ke pinggir. Justru Keynan malah membawa Tiara melangkah semakin ke tengah-tengah kolam dengan lebar enam kali de

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status