Share

Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun
Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun
Author: Atiek S

Fakta Mengejutkan

Author: Atiek S
last update Last Updated: 2024-01-25 07:06:20

"Maaf kalau Om harus menyampaikan hal ini, Maya. Tapi hasil lab memang mengatakan demikian. Memang ada racun dalam obat yang kamu konsumsi selama ini," jelas Dokter Wira setelah menerima hasil uji lab obat yang dikonsumsi Maya.

Dokter Wira adalah dokter keluarga Maya sekaligus sahabat almarhum papanya.

"Tapi siapa, Om? Siapa orang yang tega melakukan hal ini?" Maya berkata lemah. Saat ini Maya tengah berada di ruang Dokter Wira, menunggu dijemput untuk pulang setelah tiga hari dirawat di rumah sakit.

Butiran air mata nampak meleleh di kedua pipinya. Maya tak menyangka ada orang yang tega meracuni dirinya. Disaat dia berjuang melawan penyakit autoimun yang dideritanya, justru dia dihadapkan pada kenyataan pahit. Ada orang yang menginginkan dia mati.

Maya coba mengingat siapa kira-kira yang tega berbuat jahat kepadanya. Obat itu diantarkan suaminya ke kamar setiap pagi. Ditaruh dalam sebuah piring kecil dan diletakkan di meja dekat jendela kamarnya. Tidak mungkin rasanya kalau Mas Bram yang menaruh racun itu. Suaminya itu adalah orang yang paling menginginkan kesembuhan Maya. Dia sangat menyayangi Maya. Selalu bersikap lembut dan tak pernah sekalipun marah.

Mama Widya? Rasanya juga tidak mungkin. Meskipun hanya seorang ibu tiri, Mama Widya sangat menyayangi Maya. Dia sudah menganggap Maya sebagai anak kandungnya sendiri.

Apakah Andini? Adik tirinya itu? Hubungannya dengan Maya memang kurang harmonis dan Andini bukanlah orang yang peduli dengan kehidupan Maya. Bahkan Andini tidak tahu kalau Maya sakit. Andini hanya peduli dengan penampilan dan sibuk jalan-jalan saja.

Ataukah Bi Munah? Asisten rumah tangganya itu sama sekali tidak bisa dicurigai. Dia sangat mengenal Bi Munah luar dalam. Perempuan separuh baya itu sudah seperti Ibu bagi Maya. 

Atau ah entah lah. Maya tidak dapat menebak. Karena semua orang yang ada dalam rumahnya tidak ada yang mencurigakan. Kehidupan di rumah besar itu juga berjalan sebagaimana mestinya. Semua baik dan sangat menyayangi Maya.

"Maya, kamu baik-baik saja?" tanya Dokter Wira menyadarkan Maya dari lamunan.

"Oh iya Om, maaf. Aku hanya kaget dengan kabar ini," ucap Maya sambil menghapus air matanya.

"Ada fakta lain yang Om temukan."

"Apa itu, Om?"

"Racun itu bersifat adiktif."

"Adiktif? Maksudnya, Om? Aku belum mengerti."

"Racun itu bersifat adiktif artinya orang yang mengkonsumsi akan ketergantungan. Sama seperti mengkonsumsi narkotika."

"Jadi aku akan kecanduan dengan racun ini, Om?"

"Ya ... tepat sekali. Dan ada fakta satu lagi yang tak kalah mengejutkan. Selain adiktif racun ini juga bersifat sistematik. Perlahan namun pasti, racun ini menggerogoti organ tubuhmu, Maya."

Ya Tuhan ... Maya syok, dia sampai menutup mulut saking terkejutnya. Sekejam itukah orang yang menaruh racun itu? Air mata semakin deras mengalir.

"Dan ... menurut perhitungan Om, puncak kerja racun ini adalah tiga bulan. Orang ini sangat pintar Maya. Dia bisa mengatur dosisnya sedemikian rupa, hingga tepat tiga bulan nanti kamu akan meninggal karena racun ini."

Maya menangis sesenggukan. Dia menengok kiri dan kanan mencari squishy bintangnya. Dia mengambil clutch dan mencarinya di sana. Ah sayang sekali tidak ada, entah dimana dia menaruh benda kecil itu. Dia lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Sungguh Maya masih tidak percaya ada orang sekejam itu yang menghendaki kematiannya. Dokter Wira membiarkan Maya menenangkan dirinya. Dia tahu Maya tidak baik-baik saja setelah mendengar kabar mengejutkan ini.

Maya menarik nafas dalam. Setelah agak tenang, gadis cantik dengan rambut panjang itu menghela nafas perlahan dan menghapus sisa air mata.

"Om tadi bilang tiga bulan? Jadi orang ini menghendaki aku mati dalam jangka waktu tiga bulan?"

Dokter Wira hanya mengangguk. Tunggu ... sepertinya Maya menemukan fakta baru. Jika benar orang ini menghendaki Maya mati dalam waktu tiga bulan, itu artinya bertepatan dengan agenda besar yang akan diadakan di perusahaannya. 

Tiba-tiba Maya seperti menemukan kekuatan baru. 'Aku tidak boleh lemah, aku harus kuat. Aku harus melawan mereka yang menginginkan kematianku. Baiklah ... aku tahu tujuanmu apa, aku akan ikuti permainanmu. Kita lihat tiga bulan nanti, saat agenda besar itu diadakan aku akan berikan kejutan yang jauh lebih besar untukmu,' tekad Maya dalam hati.

"Om, saya boleh minta tolong?"

"Tentu saja, Maya. Kalau Om bisa bantu, Om akan lakukan."

"Tolong rahasiakan semua ini dari siapapun, Om. Termasuk sama Mas Bram dan Mama."

Dalam situasi seperti ini Maya tidak boleh mempercayai semua orang. Bisa saja orang yang menaruh racun itu adalah orang terdekatnya sendiri.

"Baik, Om janji. Om akan rahasiakan semua ini."

"Terima kasih, Om."

Maya sedikit lega meski hatinya masih sakit. Kata-kata Dokter Wira lumayan membuat hatinya sedikit tenang.

Situasi hening. Baik Maya maupun Dokter Wira sama-sama melayani pikiran masing-masing. 

Dokter Wira tampak sedikit tidak tenang. Raut wajahnya menyiratkan sesuatu yang tidak bisa diterjemahkan.

Sedang Maya masih berfikir keras menebak kira-kira siapa orang yang menaruh racun ke dalam obatnya.

"Tapi, Om. Saya mengkonsumsi obat ini sudah dua minggu semenjak saya divonis menderita autoimun. Apakah tidak bahaya, Om? Separah apa keadaan saya sekarang?"

"Racun itu tetap ada efeknya dalam tubuh kamu. Pusing, mual, rasa haus yang parah dan perasaan seperti melayang itu adalah reaksi kecil dari racun itu. Sedang reaksi besarnya adalah kamu bisa pingsan. Orang ini membuat gejalanya halus sehingga siapapun mengira efek ini karena penyakit kamu."

Maya berfikir lagi. Pintar sekali orang ini. Dia bisa mengatur dosisnya sedemikian rupa sehingga orang tidak akan tahu kalau sebenarnya yang Maya alami adalah efek dari racun yang ditambahkan ke dalam obatnya.

" O iya saya baru ingat. Kenapa Om Wira tiba-tiba melakukan uji lab pada obat saya?"

"Ada seseorang yang meminta saya melakukannya untukmu, Maya."

"Siapa? Siapa orang itu, Om?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Neny nina
kira kira siapa ya, orang baik yang meminta pemeriksaan lab itu...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Fix, Maya Cemburu

    Maya memalingkan muka. Omaigot malu sekali rasanya. Reynand memergokinya menangis karena alasan yang konyol. Entah harus sedih atau bahagia dia kali ini. Yang jelas dia malu pada Reynand karena mendapati keadaanya kacau seperti ini.Ah sudah terlanjur ketahuan, biar sajalah. Namun Maya masih bingung harus berkata apa. Reynand memgambil kursi dan duduk di hadapannya saat ini."Berhenti nangisnya, kita ke butik kalau memang kamu mau ke butik. Aku antar, tapi janji nggak nangis kayak gini."Ah manis sekali sih sikap Reynand ini. Membuat Maya membuncah di dalam hati. Entah kemana larinya semua kosakata yang ada di otaknya, sehingga Maya tidak bisa menyusun kalimat yang tepat untuk dikatakan saat ini.Reynand mendekat untuk menghapus air mata dengan tisu yang masih dipegangnya. Pipi Maya memerah mendapat perhatian yang manis seperti itu."Aku bisa sendiri," katanya meraih tisu dari tangan Reynand. Dia tidak mau Reynand menyadari pipinya yang semakin merona karena malu."Kita sarapan dulu s

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Buku Jadi Sasaran Amarah

    Reynand sengaja bangun lebih pagi dan berkutat di dapur. Dia membuat bubur untuk Maya. Mudah-mudahan hari ini keadaanya sudah membaik. Beruntung hari ini adalah hari Minggu sehingga dia tidak diburu pekerjaan.Berbeda dari biasanya, kali ini Reynand membuatkan bubur sumsum. Yaitu bubur khas Jawa Tengah yang dibuat dari tepung beras dengan kuah yang terbuat dari rebusan gula jawa dan daun pandan sebagai pewangi.Masakan simpel itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Setelah siap Reynand membawa bubur itu ke kamar Maya.Reynand mengetuk pintu meskipun kamar Maya terlihat terbuka. Dilihatnya gadis cantik itu tengah memilih-milih buku. Maya memang mewarisi hobi ayahnya yang suka membaca. Berbagai buku dari mulai filosofi, fiksi, hukum, dan motivasi berjajar rapi dalam rak sudut di pojok kamarnya.Tok ... tok ... tokMaya menoleh untuk melihat siapa yang datang. "Masuk, Rey." Maya memasukkan kembali buku seri dari Chicken Soup For The Soul ke dalam rak karena tahu Reynand memba

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Sakit Karena Cemburu

    Reynand panik begitu mendapat telfon dari Mang Darto. Rasa bersalah tiba-tiba menguasai hatinya. Tapi tadi pagi nonanya itu baik-baik saja. Sakit apakah? Apakah racunnya menyerang lagi? Apakah Maya lupa meminum obat penetralisir racun pagi tadi? Wah ... bahaya kalau memang situasinya seperti itu. Meskipun efeknya halus tapi tetap saja membahayakan keselamatannya. Itulah makanya dia selalu menjaga Maya selama ini. Karena jiwa gadis itu terancam. Bukan cuma dari musuh-musuh bisnisnya tapi juga dari racun yang ada di dalam rubuhnya."Loh, memang nona sakit apa Mang? Tadi baik-baik saja. Bukannya nona masih di kantor? Kok sudah sama Mang Darto? Memang sekarang nona di mana Mang?" Reynand memberondong dengan banyak pertanyaan.[Mamang nggak tau, Den. Tadi tuh nona telpon Mamang minta diantar ke butik. Suruh jemput di lobi kantor. Tapi begitu Mamang datang Nona nangis, kepalanya sakit katanya. Terus minta pulang saja. Den Reynand di mana ini? Sebaiknya segera pulang, Den]"Saya masih di ka

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Ambisi Aruni

    "Nona, Anda baik-baik saja?" Mang Darto tiba-tiba sudah berdiri di belakang Maya. Dia menepuk pundak nona mudanya itu sangat pelan agar tidak mengejutkannya.Maya buru-buru menghapus air matanya tanpa menoleh ke arah Mang Darto. Dia malu kalau sampai Mang Darto memergokinya menangis tanpa alasan yang jelas.Kemudian dia menarik nafas dalam untuk menetralisir sesak di dadanya. Sambil tersenyum dia menoleh."Ah iya, Mang. Sa-saya hanya pu-pusing sedikit. Iya ... pusing, Mang. Hehe ...."Ah pasti jelek sekali mimik mukanya saat ini. Mudah-mudahan Mang Darto tidak menyadari kalau tadi dia menangis."Loooh ... pusing kok malah minta diantar ke butik? Nona sudah makan? Atau Mamang antar pergi makan dulu saja?"Soal perhatian Mang Darto dan Bik Munah jagonya. Perasaan sayang mereka ke Maya juga tulus. Maya sungguh bersyukur memiliki dua orang itu. Kalau saja tidak sedang berada di lobi pasti air matanya makin tumpah saat itu j

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Tespack Di Tangan Aruni

    "Selamat pagi, Bu Maya," sapa Pak Johan ramah.Lelaki berumur sekitar 45 tahun itu memang selalu murah senyum. Pelayanannya yang cepat dan baik hati membuat Maya nyaman bekerja sama dengannya."O iya, selamat pagi juga, Pak Johan. Mari silahkan. Kita duduk di kursi sebelah sana saja ya."Maya mempersilahkan Pak Johan duduk di ruang khusus untuk menerima tamu. Tak lama berselang datang Karin membawakan dua cangkir kopi latte dengan sedikit kue untuk cemilan."Mari silahkan kopinya, Pak. Kita ngobrol santai saja ya.""Iya, terima kasih, Bu Maya."Pak Johan mengeluarkan berkas perceraian Maya dengan Bram. Ada beberapa lembar yang perlu ditanda tangani."Maaf, Pak. Ini saya terima jadi saja loh ya. Untuk biaya saya ngikut aja. Maaf karena jadwal saya padat, jadi saya mohon kerja samanya.""Bu Maya tenang saja. Setelah proses penandatangan ini, surat cerai akan segera kami proses dan kami kirim ke alamat ibu. Setelah itu selesai. Silahkan Bu Maya tanda tangan di sini."Pak Johan menunjukka

  • Obat Yang Diberikan Suamiku Ternyata Racun   Pacar Baru Reynand?

    Setelah lebih dari tiga hari istirahat di rumah, hari ini akhirnya Maya datang ke kantor. Selain ada temu janji dengan pengacaranya yaitu Pak Johan, ada beberapa hal yang harus dia kerjakan. Termasuk koordinasi dengan EO yang menangani pelaksanaan Gathering Perusahaan sebentar lagi.Maya tampak anggun melangkah memasuki kantor. Gadis cantik itu mengenakan kemeja putih dengan hiasan syal kecil untuk mempermanis penampilannya. Celana kulot berwarna coklat mocca dengan blazer warna senada membuat penampilannya semakin mempesona. Rambutnya yang panjang dia buat agak curly agar kelihatan lebih feminim.Di belakangnya tanpak Reynand yang selalu setia mendampingi orang nomor satu di Wijaya Corp itu. Setelan jas berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja tanpa dasi berwarna putih membuat penampilannya hari ini tampak memukau. Wajah tampan khas asli orang Indonesia tak membuatnya kalah dengan wajah-wajah blasteran Indo. Reynand memang memiliki khar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status