Share

2 : Patuh

“Kau bisa pergi Elliot,” ucap Joshua pada tangan kanannya itu.

“Baik, Tuan.”

Dengan patuh tuan tangan kanan itu membungkuk lagi lalu pergi dari ruangan meninggalkan Karina bersama dengan Joshua, hanya berdua.

Joshua Rionard Carrington, orang-orang sering memanggilnya tuan Carrington. Dia adalah pemimpin dari organisasi black moon, salah satu organisasi yang paling ditakuti di seluruh negeri. Berkuasa di semua bidang yang ada, menjadi yang terkuat dari semua organisasi.

Joshua memiliki segalanya, semua hal yang ia inginkan bisa ia dapatkan dengan sangat mudah. Layaknya thanos yang hanya perlu menjentikkan jari tangan, ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Apa lagi kalau hanya sebatas seorang wanita, ia bisa mendapatkan lebih-lebih dari ini.

“Habislah aku.”

Perasaan Karina mulai acak-acakan, ia tidak bisa mengendalikan degup jantung yang hampir membunuhnya itu.

“Kemarilah, Nona!” Titah Joshua

Karina dengan perasaan takutnya perlahan mendekati Joshua, berdiri di hadapan pria itu dengan kepala yang masih menunduk.

Joshua melihat raut wajah ketakutan Karina. Ia mengulurkan tangan, menyentuh tangan kanan Karina lalu mengusapnya pelan.

“Kau cantik, tapi make-up mu terlalu tebal. Saya tidak terlalu suka.” Joshua mengamati wajah Karina dengan teliti.

Tubuh Karina tersentak kaget, ia mundur beberapa langkah dari hadapan Joshua. Ia sungguh takut sekarang, walau yang ia hadapi bukanlah kakek-kakek tua seperti yang ia bayangkan.

“Ck, jual mahal, hmm?” Joshua berbisik.

Rahang Joshua sedikit mengeras, ia tidak terlalu suka dengan wanita penakut dan polos seperti Karina. Ia mendesah pelan lalu menarik lengan Karina cukup kasar.

“Dengar nona, kau sudah menjadi milik saya. Kau harus patuh dengan semua perintah saya, saya tidak akan menerima sikap sok polos yang kau miliki ini, mengerti?!” Nada suara Joshua terdengar sangat dingin dan menusuk, tatapan dingin itu seolah seperti ingin membunuh Karina.

“M-M-Maafkan saya tuan.” Karina mengigil ketakutan, ia bahkan nyaris menangis.

“Saya bukan tipe orang yang gampang untuk memaafkan.” Joshua berdiri dari kursinya, tangannya mencengkram bahu Karina dengan kedua tangannya.

 Matanya yang tajam terus menatap mata Karina. Pria itu kemudian mendorong tubuh Karina sampai gadis itu terduduk di sofa single yang ada di sudut ruangannya.

“Permainan ini akan sangat seru, bukan begitu, Nona Elizabeth?” Lalu tangannya yang kekar itu menjambak rambut Karina sampai wajah Karina terangkat ke atas dan melihat betapa bengisnya tuannya ini.

“Argh, sakit.” Karina meringis.

“Lihatlah wajah polos itu. Kau membuat saya geram, Nona.”

Joshua tersenyum puas melihat betapa ketakutannya Karina saat ini, ia senang melihat Karina merasa menderita di bawah kuasanya.

“Jangan pernah membantah perintah saya,” ucap Joshua.

Tangannya yang satu mencengkram dagu Karina, menekannya kuat sampai Karina merasa dagunya akan lepas.

“Argh, sakit, Tuan.” Karina meringis kesakitan.

“Jika kau tidak ingin terluka, patuhi semua perintahku, Nona. Kalau tidak, aku akan menghukummu sangat berat. Kau mengerti?” Joshua mengancam Karina, nada suara yang teramat dingin di telinga, Karina sungguh merinding di buatnya.

“B-B-Baik, Tuan.” Karina yang takut langsung mengangguk, air matanya menetes begitu saja.

“Baik,” ucapnya lagi, tangannya bergetar, matanya terus menatap betapa bengisnya manusia yang ada di hadapannya saat ini.

“Good kitten.” Joshua mengusap kepala Karina lembut.

“Aku bisa sangat baik padamu kalau kau menurut.” Joshua menyeringai, sentuhan yang Karina rasa sangat lembut namun memiliki kesan mengintimidasi di dalamnya.

Usapan tangan yang lembut itu kemudian berlabuh kembali ke dagu Karina. Joshua kembali mencengkram dagu Karina kuat, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Karina dan berkata, “Then, you can do your job, now.”

Joshua melepas cengkramannya dan mulai membuka sabuk dengan mata logam miliknya. Ia masih terus menatap Karina dengan tatapan menindas, tidak ada sedetik pun Joshua memalingkan wajah, sementara tangannya masih sibuk menurunkan celana berbahan kain berwana hitam miliknya.

“Mungkin ini akan sakit. Tapi, aku tidak akan memberi kelonggaran sama sekali, Nona.” Joshua menyeringai lebar, merasa sangat puas dengan ekspresi ketakutan yang Karina miliki.

“Ampuni aku, Tuan.” Karina mengusap kedua telapak tangannya di hadapan Joshua.

Joshua berdecak sebal, “Tidak ada yang namanya pengampunan, lakukan tugasmu atau aku akan menghukummu.”

Karina tidak ada pilihan lain. Ia melakukan apa yang tuannya perintahkan. Ia memuaskan tuannya itu dengan penuh tekanan di dalam dirinya.

“Kau akan berterima kasih padaku nanti, karena sudah menyelamatkanmu.” Joshua mengigit bibir bawahnya, merasakan kenikmatan dari sentuhan Karina.

Mata Joshua menggelap seketika. Ia dikuasai oleh hawa nafsu yang benar-benar tinggi.

“Argh, terlalu lama.”

Joshua mengerang, ia tidak sabaran. Ia langsung menarik Karina dan mendorongnya ke sofa. Baju Karina dilucuti begitu saja. Ia ingin melakukannya dengan cepat karena sudah tidak sabar menunggu pergerakan Karina yang lambat.

“Indah sekali, aku sangat suka.” Mata Joshua berbinar ketika melihat betapa indahnya tubuh wanita yang ada di hadapannya saat ini.

“Baiklah, Nona, apa kau siap?”

Joshua menyeringai, ia kembali menyiksa tubuh Karina, ia mencekik leher Karina dan terus menggempurnya tampa ada kata ampun. Karena ia adalah orang yang kejam dan tidak mengenal rasa kasihan.

“Sakit sekali.”

Karina menangis, ia tidak kuat menahan sakit di bagian intimnya. Ia menutup mata, mengigit bibir bawahnya, dan mencengkram sisi kanan kiri sofa.

“Arrghh.” Joshua berhasil mendapatkan puncak fantasi yang ia inginkan.

Tubuh Karina di lempar begitu saja ketika Joshua sudah sampai pada titik nikmatnya. Ia menyeburkan cairannya di atas perut Karina. Ia tersenyum puas melihat hasil mahakaryanya yang terkulai lemah tidak berdaya di bawahnya.

“Baru segitu saja sudah lemas.” Joshua menatap penuh merendahkan dan mencemooh Karina dengan seringaian di bibir.

Joshua berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruangan, ia mengambil sebuah kemeja berwarna putih lalu melemparkannya kasar ke wajah Karina.

“Pakai ini dan keluar dari ruangan saya.” Joshua berucap dingin, ia membersihkan miliknya yang penuh cairan sperma dengan tisu lalu kembali memakai pakaiannya dengan rapi.

Sementara Karina mengambil kemeja itu dan memakainya. Ia merapikan dirinya yanga acak-acakan itu kemudian berdiri dengan susah payah. Bagian bawahnya masih terasa sangat sakit tetapi ia berusaha untuk tetap berjalan dengan baik.

“Kita akan membicarakan hal lain setelah saya selesai. Kau tunggu saja di kamarmu, minta tunjukan maid di mana kamarmu berada.”

“Baik, Tuan,” ucap Karina sambil mengangguk lalu ia keluar dari ruangan Joshua.

Benar saja, sudah ada dua orang maid yang menunggunya di luar. Karina merasa sangat canggung dengan para maid itu.

“Mari, kami antar.” Salah satu dari maid itu membungkuk sopan pada Karina.

 Dan kedua maid itu menuntun Karina untuk pergi menuju kamanya yang berada di gedung lain. Ternyata kamarnya berada di bangunan belakang, ia melewati dua bangunan lainnya sebelum sampai ke tempat yang dimaksud.

Sesampainya di sana, ia langsung disambut oleh beberapa maid yang siap untuk melayaninya. Mereka memberikan Karina handuk untuk mandi. Wanita itu dituntun ke dalam sebuah ruangan oleh salah satu maid.

“Silahkan beristirahat, Nona, rilekskan tubuh anda.”

Karina di buat terkejut dengan isi ruangan yang teramat mewah. Ada kolam air panas berukuran sedang di sana yang sudah diisi air hangat dan ada taburan bunga mawar merah di atasnya.

“Indah sekali.”

Lilin-lilin aroma terapi juga terdapat menghiasi meja yang ada di sisi-sisi ruangan. Pemandangan yang Karina lihat langsung mengarah ke kolam renang berukuran besar yang ada di belakang mansion.

“Kami undur diri dulu, Nona, jika membutuhkan seuatu bisa panggil kami.”

Maid itu membungkuk lalu berjalan mundur, keluar dari ruangan itu.

“T-T-Terima,” ucapan terima kasih yang menggantung karena para maid itu sudah pergi meninggalkannya.

Karina di tinggal sendirian oleh sang maid. Ia pun membuka kemeja Joshua dan mulai merendam dirinya di  dalam kolam air hangat yang nyaman.

“Nyaman.”

Karina memejamkan mata perlahan, mencoba untuk membuat tubuhnya merasa nyaman dan tenang dengan berendam di air hangat. Menghirup aroma ruangan yang sangat khas, Karina menyukainya. Walau tidak di pungkiri seluruh tubuhnya sakit semua karena perlakuan Joshua.

“Aku harus melupakan kejadian tadi, aku harus melupakan—argh, tidak bisa!” Karina memukul dahinya, merasa kotor karena apa yang barusan ia lakukan.

“Bagaimana ini?” Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Mengingat kejadian tadi membuat Karina merasa sedih, ia menangis. Tangisannya terdengar pelan, ia merasa tubuhnya sudah tidak suci lagi. Ia juga kembali mengingat fakta pahit yaitu ia sudah di jual oleh tantennya untuk menjadi budak seks pria itu.

“Mama, Karina rindu mama. Karina nggak kuat kalau harus begini Ma. Tante Soraya jahat banget sama Karina.”

Ia terus menangis sampai tidak sadar kalau seseorang sudah berada di belakangnya. Joshua membuka bathrobnya dan berjalan masuk ke dalam kolam air hangat, ia bergabung dengan Karina.

“Tidak ada yang perlu kau sesali, semua sudah terjadi!”

Tubuh Karina terlonjak kaget, ia segera menoleh ke arah kanannya. Ia mendapati Joshua sedang menatap dingin ke arahnya. Bola mata hitam itu menggelap dan bibirnya menyeringai sempurna.

“T-T-T-Tuan.” Karina terkejut.

“Tidak Ada yang perlu kau tangisi, semua sudah terjadi dan kau sudah menjadi milik saya.” Joshua kembali menyeringai.

“Maaf, Tuan.” Karina menunduk takut.

Tatapan mendominasi milik Joshua terus menekan rasa percaya diri di dalamnya hancur berantakan. Ia juga tidak tau bagaimana cara untuk melarikan diri dari tempat ini. Pun Karina tidak memiliki sifat pemberontak, jadi ini akan menjadi semakin rumit.

“Tenanglah, kau akan aman bersama dengan saya, tidak ada yang perlu di takutkan, hnm.” Joshua berkata dengan suara lembut dan kembali mendekati Karina.

 Jemarinya menyentuh pipi Karina. Ia belum sempat mengamati wajah Karina karena terlalu disibukkan dengan gairah dan emosi di dalam tubuhnya.

“Cantik sekali.”

Ibu jarinya mulai bergerak ke bibir Karina, ia mengusap lipstik merah yang menempel pada permukaan bibir Karina, ia mengacak-acak lipstik itu sampai terlihat sangat berantakan.

“Kau milikku, Karina Elizabeth.”

Ibu jari itu Joshua masukkan ke dalam mulut Karina, mata wanita itu langsung terpejam. Joshua suka dengan kepatuhan yang wanita itu berikan. Ia juga suka melihat tubuh telanjang Karina yang tidak tertutup sehelai benangpun.

“Bagaimana kalau kita lanjut berkenalannya, Nona.” Joshua menyeringai, wajah licik itu akan Karina ingat sepanjang hidupnya.

“Tuan.” Suara Karina terdengar seperti rintihan menyedihkan di telinga Joshua.

“Rintihan yang sangat indah, lakukan itu terus, Nona.”

Tanpa basa basi lagi, Joshua langsung mencium bibir Karina. Ia juga tidak sempat mencicipi bibir wanita itu tadi. Ia menciumnya penuh dengan gairah.

 Karina yang mendapat serangan ciuman mendadak tiba-tiba membeku. Ia bisa merasakan liarnya bibir Joshua bergerak, ia juga bisa rasakan tangan Joshua yang meraba tubuhnya.

Mungkin ini akan menjadi ronde dua yang tak Karina inginkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status