Share

2 : Patuh

Penulis: Galery Gia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-24 15:07:55

“Kau bisa pergi Elliot,” ucap Joshua pada tangan kanannya itu.

“Baik, Tuan.”

Dengan patuh tuan tangan kanan itu membungkuk lagi lalu pergi dari ruangan meninggalkan Karina bersama dengan Joshua, hanya berdua.

Joshua Rionard Carrington, orang-orang sering memanggilnya tuan Carrington. Dia adalah pemimpin dari organisasi black moon, salah satu organisasi yang paling ditakuti di seluruh negeri. Berkuasa di semua bidang yang ada, menjadi yang terkuat dari semua organisasi.

Joshua memiliki segalanya, semua hal yang ia inginkan bisa ia dapatkan dengan sangat mudah. Layaknya thanos yang hanya perlu menjentikkan jari tangan, ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Apa lagi kalau hanya sebatas seorang wanita, ia bisa mendapatkan lebih-lebih dari ini.

“Habislah aku.”

Perasaan Karina mulai acak-acakan, ia tidak bisa mengendalikan degup jantung yang hampir membunuhnya itu.

“Kemarilah, Nona!” Titah Joshua

Karina dengan perasaan takutnya perlahan mendekati Joshua, berdiri di hadapan pria itu dengan kepala yang masih menunduk.

Joshua melihat raut wajah ketakutan Karina. Ia mengulurkan tangan, menyentuh tangan kanan Karina lalu mengusapnya pelan.

“Kau cantik, tapi make-up mu terlalu tebal. Saya tidak terlalu suka.” Joshua mengamati wajah Karina dengan teliti.

Tubuh Karina tersentak kaget, ia mundur beberapa langkah dari hadapan Joshua. Ia sungguh takut sekarang, walau yang ia hadapi bukanlah kakek-kakek tua seperti yang ia bayangkan.

“Ck, jual mahal, hmm?” Joshua berbisik.

Rahang Joshua sedikit mengeras, ia tidak terlalu suka dengan wanita penakut dan polos seperti Karina. Ia mendesah pelan lalu menarik lengan Karina cukup kasar.

“Dengar nona, kau sudah menjadi milik saya. Kau harus patuh dengan semua perintah saya, saya tidak akan menerima sikap sok polos yang kau miliki ini, mengerti?!” Nada suara Joshua terdengar sangat dingin dan menusuk, tatapan dingin itu seolah seperti ingin membunuh Karina.

“M-M-Maafkan saya tuan.” Karina mengigil ketakutan, ia bahkan nyaris menangis.

“Saya bukan tipe orang yang gampang untuk memaafkan.” Joshua berdiri dari kursinya, tangannya mencengkram bahu Karina dengan kedua tangannya.

 Matanya yang tajam terus menatap mata Karina. Pria itu kemudian mendorong tubuh Karina sampai gadis itu terduduk di sofa single yang ada di sudut ruangannya.

“Permainan ini akan sangat seru, bukan begitu, Nona Elizabeth?” Lalu tangannya yang kekar itu menjambak rambut Karina sampai wajah Karina terangkat ke atas dan melihat betapa bengisnya tuannya ini.

“Argh, sakit.” Karina meringis.

“Lihatlah wajah polos itu. Kau membuat saya geram, Nona.”

Joshua tersenyum puas melihat betapa ketakutannya Karina saat ini, ia senang melihat Karina merasa menderita di bawah kuasanya.

“Jangan pernah membantah perintah saya,” ucap Joshua.

Tangannya yang satu mencengkram dagu Karina, menekannya kuat sampai Karina merasa dagunya akan lepas.

“Argh, sakit, Tuan.” Karina meringis kesakitan.

“Jika kau tidak ingin terluka, patuhi semua perintahku, Nona. Kalau tidak, aku akan menghukummu sangat berat. Kau mengerti?” Joshua mengancam Karina, nada suara yang teramat dingin di telinga, Karina sungguh merinding di buatnya.

“B-B-Baik, Tuan.” Karina yang takut langsung mengangguk, air matanya menetes begitu saja.

“Baik,” ucapnya lagi, tangannya bergetar, matanya terus menatap betapa bengisnya manusia yang ada di hadapannya saat ini.

“Good kitten.” Joshua mengusap kepala Karina lembut.

“Aku bisa sangat baik padamu kalau kau menurut.” Joshua menyeringai, sentuhan yang Karina rasa sangat lembut namun memiliki kesan mengintimidasi di dalamnya.

Usapan tangan yang lembut itu kemudian berlabuh kembali ke dagu Karina. Joshua kembali mencengkram dagu Karina kuat, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Karina dan berkata, “Then, you can do your job, now.”

Joshua melepas cengkramannya dan mulai membuka sabuk dengan mata logam miliknya. Ia masih terus menatap Karina dengan tatapan menindas, tidak ada sedetik pun Joshua memalingkan wajah, sementara tangannya masih sibuk menurunkan celana berbahan kain berwana hitam miliknya.

“Mungkin ini akan sakit. Tapi, aku tidak akan memberi kelonggaran sama sekali, Nona.” Joshua menyeringai lebar, merasa sangat puas dengan ekspresi ketakutan yang Karina miliki.

“Ampuni aku, Tuan.” Karina mengusap kedua telapak tangannya di hadapan Joshua.

Joshua berdecak sebal, “Tidak ada yang namanya pengampunan, lakukan tugasmu atau aku akan menghukummu.”

Karina tidak ada pilihan lain. Ia melakukan apa yang tuannya perintahkan. Ia memuaskan tuannya itu dengan penuh tekanan di dalam dirinya.

“Kau akan berterima kasih padaku nanti, karena sudah menyelamatkanmu.” Joshua mengigit bibir bawahnya, merasakan kenikmatan dari sentuhan Karina.

Mata Joshua menggelap seketika. Ia dikuasai oleh hawa nafsu yang benar-benar tinggi.

“Argh, terlalu lama.”

Joshua mengerang, ia tidak sabaran. Ia langsung menarik Karina dan mendorongnya ke sofa. Baju Karina dilucuti begitu saja. Ia ingin melakukannya dengan cepat karena sudah tidak sabar menunggu pergerakan Karina yang lambat.

“Indah sekali, aku sangat suka.” Mata Joshua berbinar ketika melihat betapa indahnya tubuh wanita yang ada di hadapannya saat ini.

“Baiklah, Nona, apa kau siap?”

Joshua menyeringai, ia kembali menyiksa tubuh Karina, ia mencekik leher Karina dan terus menggempurnya tampa ada kata ampun. Karena ia adalah orang yang kejam dan tidak mengenal rasa kasihan.

“Sakit sekali.”

Karina menangis, ia tidak kuat menahan sakit di bagian intimnya. Ia menutup mata, mengigit bibir bawahnya, dan mencengkram sisi kanan kiri sofa.

“Arrghh.” Joshua berhasil mendapatkan puncak fantasi yang ia inginkan.

Tubuh Karina di lempar begitu saja ketika Joshua sudah sampai pada titik nikmatnya. Ia menyeburkan cairannya di atas perut Karina. Ia tersenyum puas melihat hasil mahakaryanya yang terkulai lemah tidak berdaya di bawahnya.

“Baru segitu saja sudah lemas.” Joshua menatap penuh merendahkan dan mencemooh Karina dengan seringaian di bibir.

Joshua berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruangan, ia mengambil sebuah kemeja berwarna putih lalu melemparkannya kasar ke wajah Karina.

“Pakai ini dan keluar dari ruangan saya.” Joshua berucap dingin, ia membersihkan miliknya yang penuh cairan sperma dengan tisu lalu kembali memakai pakaiannya dengan rapi.

Sementara Karina mengambil kemeja itu dan memakainya. Ia merapikan dirinya yanga acak-acakan itu kemudian berdiri dengan susah payah. Bagian bawahnya masih terasa sangat sakit tetapi ia berusaha untuk tetap berjalan dengan baik.

“Kita akan membicarakan hal lain setelah saya selesai. Kau tunggu saja di kamarmu, minta tunjukan maid di mana kamarmu berada.”

“Baik, Tuan,” ucap Karina sambil mengangguk lalu ia keluar dari ruangan Joshua.

Benar saja, sudah ada dua orang maid yang menunggunya di luar. Karina merasa sangat canggung dengan para maid itu.

“Mari, kami antar.” Salah satu dari maid itu membungkuk sopan pada Karina.

 Dan kedua maid itu menuntun Karina untuk pergi menuju kamanya yang berada di gedung lain. Ternyata kamarnya berada di bangunan belakang, ia melewati dua bangunan lainnya sebelum sampai ke tempat yang dimaksud.

Sesampainya di sana, ia langsung disambut oleh beberapa maid yang siap untuk melayaninya. Mereka memberikan Karina handuk untuk mandi. Wanita itu dituntun ke dalam sebuah ruangan oleh salah satu maid.

“Silahkan beristirahat, Nona, rilekskan tubuh anda.”

Karina di buat terkejut dengan isi ruangan yang teramat mewah. Ada kolam air panas berukuran sedang di sana yang sudah diisi air hangat dan ada taburan bunga mawar merah di atasnya.

“Indah sekali.”

Lilin-lilin aroma terapi juga terdapat menghiasi meja yang ada di sisi-sisi ruangan. Pemandangan yang Karina lihat langsung mengarah ke kolam renang berukuran besar yang ada di belakang mansion.

“Kami undur diri dulu, Nona, jika membutuhkan seuatu bisa panggil kami.”

Maid itu membungkuk lalu berjalan mundur, keluar dari ruangan itu.

“T-T-Terima,” ucapan terima kasih yang menggantung karena para maid itu sudah pergi meninggalkannya.

Karina di tinggal sendirian oleh sang maid. Ia pun membuka kemeja Joshua dan mulai merendam dirinya di  dalam kolam air hangat yang nyaman.

“Nyaman.”

Karina memejamkan mata perlahan, mencoba untuk membuat tubuhnya merasa nyaman dan tenang dengan berendam di air hangat. Menghirup aroma ruangan yang sangat khas, Karina menyukainya. Walau tidak di pungkiri seluruh tubuhnya sakit semua karena perlakuan Joshua.

“Aku harus melupakan kejadian tadi, aku harus melupakan—argh, tidak bisa!” Karina memukul dahinya, merasa kotor karena apa yang barusan ia lakukan.

“Bagaimana ini?” Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Mengingat kejadian tadi membuat Karina merasa sedih, ia menangis. Tangisannya terdengar pelan, ia merasa tubuhnya sudah tidak suci lagi. Ia juga kembali mengingat fakta pahit yaitu ia sudah di jual oleh tantennya untuk menjadi budak seks pria itu.

“Mama, Karina rindu mama. Karina nggak kuat kalau harus begini Ma. Tante Soraya jahat banget sama Karina.”

Ia terus menangis sampai tidak sadar kalau seseorang sudah berada di belakangnya. Joshua membuka bathrobnya dan berjalan masuk ke dalam kolam air hangat, ia bergabung dengan Karina.

“Tidak ada yang perlu kau sesali, semua sudah terjadi!”

Tubuh Karina terlonjak kaget, ia segera menoleh ke arah kanannya. Ia mendapati Joshua sedang menatap dingin ke arahnya. Bola mata hitam itu menggelap dan bibirnya menyeringai sempurna.

“T-T-T-Tuan.” Karina terkejut.

“Tidak Ada yang perlu kau tangisi, semua sudah terjadi dan kau sudah menjadi milik saya.” Joshua kembali menyeringai.

“Maaf, Tuan.” Karina menunduk takut.

Tatapan mendominasi milik Joshua terus menekan rasa percaya diri di dalamnya hancur berantakan. Ia juga tidak tau bagaimana cara untuk melarikan diri dari tempat ini. Pun Karina tidak memiliki sifat pemberontak, jadi ini akan menjadi semakin rumit.

“Tenanglah, kau akan aman bersama dengan saya, tidak ada yang perlu di takutkan, hnm.” Joshua berkata dengan suara lembut dan kembali mendekati Karina.

 Jemarinya menyentuh pipi Karina. Ia belum sempat mengamati wajah Karina karena terlalu disibukkan dengan gairah dan emosi di dalam tubuhnya.

“Cantik sekali.”

Ibu jarinya mulai bergerak ke bibir Karina, ia mengusap lipstik merah yang menempel pada permukaan bibir Karina, ia mengacak-acak lipstik itu sampai terlihat sangat berantakan.

“Kau milikku, Karina Elizabeth.”

Ibu jari itu Joshua masukkan ke dalam mulut Karina, mata wanita itu langsung terpejam. Joshua suka dengan kepatuhan yang wanita itu berikan. Ia juga suka melihat tubuh telanjang Karina yang tidak tertutup sehelai benangpun.

“Bagaimana kalau kita lanjut berkenalannya, Nona.” Joshua menyeringai, wajah licik itu akan Karina ingat sepanjang hidupnya.

“Tuan.” Suara Karina terdengar seperti rintihan menyedihkan di telinga Joshua.

“Rintihan yang sangat indah, lakukan itu terus, Nona.”

Tanpa basa basi lagi, Joshua langsung mencium bibir Karina. Ia juga tidak sempat mencicipi bibir wanita itu tadi. Ia menciumnya penuh dengan gairah.

 Karina yang mendapat serangan ciuman mendadak tiba-tiba membeku. Ia bisa merasakan liarnya bibir Joshua bergerak, ia juga bisa rasakan tangan Joshua yang meraba tubuhnya.

Mungkin ini akan menjadi ronde dua yang tak Karina inginkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   81 : Akhir

    Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   80 : Berkunjung

    Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   79 : Perpisahan Yang Memilukan

    Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   78 : Final Battle

    “Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   77 : Fierce Battle

    Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama

  • Obsesi Bos Mafia Kejam   76 : Kembali Anakku

    “Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status