Share

Minta Jatah

Author: Dek ita
last update Last Updated: 2025-05-02 12:33:03

Nathan yang baru sadar akan ucapannya itu berusaha menghapus pikiran buruknya tersebut.

“Ah, maaf Letta. Haha, aku hanya bergurau sedikit,” jelas Nathan, sambil tertawa canggung.

‘Apa yang aku pikirkan?! Aku tidak boleh begitu! Bisa-bisanya aku kepikiran begitu pada orang terdekat istriku sendiri!’ batin Nathan.

Letta melirik tajam ke arah lelaki itu. Meski hanya candaan, bagi Letta itu pantas sama sekali. Terlebih harusnya Nathan tak seharusnya bersikap begitu.

“Sebaiknya kamu jangan menyia-nyiakan Jenna, Nathan. Dia sahabatku yang sangat berharga! Awas saja kamu sampai berselingkuh darinya!” tegas Letta.

“Ya Letta, aku tahu,” balas Nathan.

‘Meski sebenarnya aku merasa ragu belakangan ini.’

Setelah Nathan selesai makan, Letta mencuci semua piring kotor terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah Nathan. Tak lupa Letta juga laporan kepada Jenna bahwa ia sudah pergi dari sana agar tidak menimbulkan salah paham.

“Aku pulang dulu, Nathan,” ucap Letta sambil menggendong ransel kecilnya.

Baru saja Letta hendak membuka pintu rumah, Nathan memanggilnya, membuat Letta menghentikan langkahnya. Seketik Letta berbalik badan dan melihat ke arah Nathan.

“Soal tadi…, jangan katakan pada Jenna, ya? Aku sungguh tak serius dengan ucapanku,” pinta Nathan.

Letta menganggukkan kepala. “Baiklah,” balas Letta.

Wanita itu meninggalkan rumah Nathan dengan segera. Nathan menyesalkan ucapan yang ia lontarkan kepada Letta tadi. Ia tidak sadar setelah mengatakan hal tadi. Sambil bersandar pada sofa dan mendongakkan kepal, Nathan merenungkan perbuatannya.

“Ini pasti karena aku sudah lama tak melakukannya dengan Jenna,” gumamnya.

Jenna belakangan terlalu sibuk. Bahkan untuk sekedar bicara berdua di ranjang saja sudah tidak pernah lagi. Nathan merasa haus akan belaian yang ia tidak pernah inginkan sama sekali.

Di malam hari di kepulangan Jenna, Nathan sudah menunggu sang istri. Ini terlalu larut untuk sekedar pulang semata. Apa yang dilakukan Jenna sampai jam segini baru ingat rumah?

Jenna masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kelelahan dan juga tampak masam. Nathan sudah di depan pintu menunggu dengan perasaan yang kesal.

“Apa kamu harus pulang semalam ini juga?!” kesal Nathan.

Jenna yang baru pulang itu langsung menatap tajam suaminya yang menyambut dengan ucapan ketus. “Aku ini sibuk, Nathan!” balas Jenna.

“Sibuk apanya?! Setiap hari kamu pulang larut malam, bahkan sampai tak ingat waktu! Kamu bahkan tak mengabariku kalau kamu akan pulang terlambat!” Nathan tambah kesal.

“Astaga!” Jenna mendelik ke arah Nathan, “aku ini kerja, bukan sedang main! Kamu sendiri yang beri aku izin untuk bekerja! Kenapa malah protes begini?!” Jenna menjawab.

“Aku memang membiarkanmu bekerja. Tapi tidak harus pulang semalam ini,” Nathan mulai melembutkan suaranya.

“Ah sudahlah! Bicara denganmu tidak ada habisnya!” 

Jenna langsung melewati Nathan begitu saja tanpa memberikan kejelasan atau bicara baik-baik pada suaminya. Melihat istrinya yang pergi dalam keadaan marah, membuat Nathan jadi merasa bersalah.

Ia hanya haus perhatian dan juga belaian istrinya. Itu membuatnya sedikit sensitif karena sudah uring-uringan belakangan ini. 

Naik ke lantai dua menuju kamarnya, Nathan melihat sang istri yang sudah mengenakan baju tidur di depan cermin kamar mereka berdua.

‘Dia sudah mandi?’ batin Nathan.

Dengan meluaskan hatinya dan juga rasa sabarnya, Nathan  mendekati Jenna yang masih memasang raut wajah masam. Dari belakang, ia peluk sang istri dan sedikit memberikan kecupan pada pipi Jenna.

“Maaf, sayang. Aku merasa belakangan kamu terlalu fokus dengan pekerjaanmu,” ujar Nathan.

“Aku fokus begini karena mau berkembang, Nathan! Orang-orang mulai meragukan kemampuanku sebagai seorang Designer! Aku ingin membungkam orang-orang itu dan melihat bahwa aku ini berbakat!” Jenna masih dengan amarahnya.

“Iya sayang. Maaf, ya,” Nathan mengalah.

Terdengar Jenna menghela napas pendek. Nathan masih memeluknya dari belakang, dan menyiapkan setiap kata yang ingin ia sampaikan kepada Jenna.

“Sayang,” panggil Nathan.

Jenna tak menjawab, tapi dari cermin, Nathan bisa melihat bahwa sang istri meliriknya dengan lirikan yang tajam.

“Apa malam ini kita bisa melakukannya? Sudah lama sekali kita tidak begitu,” Nathan meminta perlahan.

Rupanya permintaan Nathan tak disambut hangat oleh Jenna. Dengan kasar, Jenna menepis pelukan Nathan dan berbalik badan menghadap Nathan. Entah ini karena dia kelelahan atau sebenarnya sedang marah dengan Nathan, jawaban Jenna sedikit membuat Nathan terkejut.

“Ya ampun, Nathan! Aku ini harus cukup istirahat cukup! Besok aku ada pertemuan dengan designer ternama untuk mengevaluasi karyaku. Apa kamu ingin aku melewatkan momen penting?!” pekik Jenna.

“Bukan begitu, sayang. Aku hanya merasa kita sudah jarang sekali menikmati waktu berdua,” Nathan masih dengan halus menjawab.

“Arghhh! Kamu ini benar-benar tak bisa mengerti aku! Apa susahnya sih memberikan aku istirahat?!”

Jenna mengatakannya sambil melengos melewati Nathan. Istrinya naik ke atas kasur dan langsung menggulung diri dengan selimut, tanpa menyisakan sedikit untuk Nathan. 

Melihat respon itu membuat dada Nathan merasa sakit. Dengan kecewa, Nathan keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Ia membuat segelas susu hangat untuk bisa membuatnya mengantuk. Di meja makan, Nathan hanya bisa termenung.

“Ini sudah lebih dari 3 bulan. Apa dia tak bisa memberikan hanya sekedar 1 hari kepadaku?” Nathan bicara sendirian.

Di dalam dapur yang sepi itu, Nathan mencoba membayangkan kehangatan yang bisa ia rasakan. Tempat yang seharusnya menjadi rumah paling nyaman setelah ia menikah. Harusnya bisa hidup harmonis bersama sang istri.

Namun, dalam bayangnya terlintar sosok Letta yang terlihat melintas tengah membawa wajan di tangannya. Nathan segera menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri.

‘Apa yang kupikirkan?! Sadarlah, Nathan. Letta itu sahabat Jenna! Tak sepantasnya kau begitu!’ 

Nathan berusaha memperingatkan dirinya sendiri.

Tanpa disadari, karena kebanyakan melamun, Nathan tertidur di meja dapur dengan susu yang tersisa setengah gelas. 

***

“Nathan!” Suara itu menusuk ke dua telinga Nathan.

Dengan terkaget Nathan terbangun, dan melihat Jenna yang sudah rapi dengan pakaiannya. Ia yang baru bangun mengusap matanya untuk memastikan apa itu benar istrinya.

“Kamu jorok sekali! Di sana ada sofa ruang tamu, kamu bisa tidur di sana!” Jenna menunjuk ke arah sofa sambil memarahi Nathan.

“Sayang…, kenapa tidak membangunkanku kalau begitu,” lirih Nathan yang belum sadar sepenuhnya.

“Ihhh, kamu sudah besar, Nathan! Jangan manja!”

Nathan segera duduk dengan tegap perlahan, dan melihat Jenna tengah minum air dan langsung sibuk dengan ponselnya lagi. 

“Kamu sudah mau berangkat? Kamu tak mau membuat sarapan untukku?” tanya Nathan.

“Urusanku banyak, Nathan. Kalau kamu bicara denganku hanya untuk merengek. Jangan bicara apapun!”

Jenna langsung melengos pergi tanpa rasa bersalah. Padahal, sejak kemarin Nathan sudah berusaha sebaik mungkin untuk bicara dengan Jenna. Nyatanya, percuma, Jenna tak menanggapinya sama sekali.

Melihat jam yang masih pagi, Nathan hanya bisa menghela napas. Jam kantor pun tak ada yang sepagi Jenna. Ia memilih mandi terlebih dahulu ke atas. Baru saja ia keluar sambil mengenakan kemejanya dan hendak mengambil air untuk melegakan dahaga, Nathan mendapati Letta sudah berada di rumahnya.

“Letta? Apa yang kamu lakukan sepagi ini di sini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Jangan² Jenna selingkuh makanya sudah 3 bulan seperti itu sikapnya sama Nathan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Harus Merasa Apa?

    Letta tak bisa tidur semalaman. Tubuhnya terasa panas. Ia ingin meronta, namun tak bisa. Mulutnya yang ditutup dan kaki serta tangan yang tak bisa bergerak membuat Letta seperti seorang tahanan yang dipaksa tak bergerak.‘Apa obatnya masih belum hilang juga?!’ kesal Letta dalam hatinya.Hingga, ia melihat pria di sebelahnya mulai bangun, lalu memandangi Letta dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya. Ia tersenyum dengan lebar, seorang yang merasa puas melihat sang istri tersiksa semalaman dengan gairah besar tanpa ada yang mengobati.“Morning, Darling. Bagaimana malammu?” tanya Nathan, tanpa rasa bersalah kepada Letta.Letta tak bisa menjawab, mulutnya yang tertutup dengan kain itu membuatnya tak bisa memberikan jawaban.Tangan Nathan keluar dari selimut, lalu memegang paha Letta dan mengelusnya dengan lembut. Letta langsung merasakan setruman yang mebuatnya semakin tak bisa menahan diri.“Hmmm, sepertinya efeknya belum hilang, ya?” tanya Nathan, dengan begitu tenang.Letta menitikka

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Not Your Business

    “Entah, mereka punya jalan masing-masing, dengan pilihan yang mereka inginkan,” sahut Nathan sambil mengaduk kopi.Letta yang sedang duduk di meja makan sambil memegang gelas dengan coklat hangat itu sebenarnya tak percaya apa yang dikatakan oleh Nathan. Meski dia mengatakan dengan ucapan yang meyakinkan, Letta tak yakin Nathan menceritakan semuanya dengan baik.“Memang, kenapa kamu sampai penasaran dengan nasib mereka?” tanya Nathan, yang berjalan berbalik badan menuju ke arah Letta yang duduk di sana.“Hmm, entah. Aku hanya penasaran. Aku kira, mereka akan hidup tenang setelah semua ini.” balas Letta.“Haha, tentu saja tidak,” Nathan tertawa.Pria itu duduk di sebelah Letta, lalu meletakkan tangannya di paha Letta yang mulus, dan terekspos sempurna karena permintaan Nathan.“Tapi, kenapa mereka terdengar mendapatkan hidup untuk memenuhi gaya hidup mereka?” Letta mempertanyakan.“Jelas tidak, Darling. Hidup dengan cara seperti mereka sama saja dengan mempertaruhan hidup mereka sendir

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Jeritan Gairah

    Fredd menciumi bibir Rosie dengan begitu ganas, ia membuat Rosie terlarut dan sempat lupa sejenak dengan apa yang hendak dilakukan mereka.Fredd memegang kedua bokong Rosie, dan membukanya dengan lebar. Merasakan ada benda kenyal yang menyentuh lobang belakangnya, membuat Rosie terkaget dan hendak menghalangi.“Tu- Tunggu!” Rosie menoleh dan mencoba mencegahnya.Ken yang tahu bahwa akan terjadi suatu penolakan, ia segera naik ke atas kasur, berdiri dan menyumpal mulut Rosie dengan miliknya. Ia pegang kepala Rosie dan mulai memompa.Harry yang sudah melihat bahwa kedua temannya mengalihkan perhatian Rosie, segera berusaha memasukkan miliknya ke dalam lubang paling kecil nan sempit itu.“Ukhhh!!” Rosie berusaha mendorong Ken yang masih memompa mulutnya. Namun, semakin ia berusaha melepaskan milik Ken dari mulutnya, Harry sudah berhasil menyusup ke belakang dan membuat bagian belakang Rosie terasa begitu perih. “Haha! Its good! C’mon!” seru Harry.Mereka bertiga secara bersamaan memomp

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Pelampiasan

    Rosie merasa terluka dikatai begitu. Pekerjaan mereka sama, meski uang yang dihasilkan berbeda jauh. Bahkan Andy juga bersedia melayani pria, karena bayarannya bisa jauh 2 sampai 3 kali lipat dari yang biasanya didapatkan.“Padahal dia juga sama!” gerutu Rosie yang merasa kesal.Ia bangun dari kasur dan segera mengambil barang-barangnya. Ia marah dan kesal telah dikatai begitu oleh Andy tanpa pikir panjang lebih jauh. Ia lebih tak senang dikatai hal seperti ini oleh seseorang yang akhirnya menjadi satu-satunya tempat bagi Rosie untuk berpulang.Dengan raut wajah yang tertekuk, Rosie berjalan pergi menuju ke hotel tempat para pria yang sudah menyewanya itu datang.Ia masuk ke dalam ruangan hotel, dan melihat bahwa kasur yang dalam sana berukuran size king. Yang berarti, mereka orang-orang kaya yang punya banyak uang untuk menyewa kamar sekelas ini.Sambil tersenyum miring, Rosie melihat ke sekitar dengan tatapan yang puas.‘Mereka pasti kaya. Tak mungkin mereka takkan memberikanku bonu

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   The Destiny

    Letta hanya tertawa setelah mendengar ucapan Nathan. Ia tahu, bahwa sekarang Nathan bersemangat setelah mendengar Letta menawarkan diri. Melihat sorot mata Nathan yang tampak menggebu, Letta merasa senang.“Apa kamu mau mampir ke mall sebentar?” ajak Nathan.“HA? Untuk apa? Kalau shopping, sepertinya aku tak perlu,” Letta menolak.“Tidak, Darling. Kamu bilang ingin makan donat, kan? Kamu tak ingat?” Nathan mengingatkan dengan senyumannya.Letta baru saja teringat. Ia sendiri bahkan tak sadar pernah meminta itu pada Nathan. Melihat bagaimana Nathan ingat pada apa yang dia inginkan, membuat Letta merasa tersentuh. Karena itu berarti, dirinya berarti bagi Nathan.Setibanya di mall, mereka mulai melangkah masuk, dan Nathan menunjukkan tempat-tempat enak yang dia jelaskan dengan begitu detail.Di tengah penjelasan Nathan yang begitu panjang, Letta baru saja teringat sesuatu. Kalau selama ini Nathan selalu sibuk dengan pekerjaannya, bagaimana mungkin dia bisa tahu soal makanan-makanan enak

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Sweet Nathan

    Nathan yang tadinya hanya menanggapi dengan santai itu menoleh ke arah Letta dengan kedua bola mata yang membesar. Ia tahu betul, bahwa wanita sekarang tengah dilanda rasa cemburu yang membara.“Darling, don’t be jealous of her. Kamu bahkan tak bisa dibandingkan, apalagi oleh wanita yang bahkan orangnya saja tidak terkesan lebih baik.” Nathan memberikan cubitan pelan pada pipinya, untuk menenangkan Letta yang masih terbakar api cemburu. Bohong kalau Letta tak marah. Ia selama ini memang selalu bersama Nathan. Di pagi dan siang hari, bahkan dari sebelum membuka mata dan sebelum menutup mata, Nathan selalu berada di sebelahnya.Namun, tahu bahwa Nathan ternyata juga dicoba didekati oleh wanita lain membuat Letta menyalahkan dirinya sendiri yang tak mengenal baik bagaimana suaminya.“Tapi aku tidak suka, Nathan. Lihat dia barusan. Dia bahkan sengaja bertindak begitu centil, untu menarik perhatianmu!” kesal Letta.“Hahaha. Tenang saja, Darling. Aku tak pernah menyukainya. Mau dia bersik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status