Share

Terlihat Menarik

Penulis: Dek ita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 12:33:54

Letta yang sedang menata piring itu sedikit melirik ke arah Nathan. “Tentu saja memasak. Jenna sudah menghubungiku untuk memasak untukmu. Untung kemarin aku siapkan beberapa lauk yang sudah siap masak,” sahut Letta.

Ia yang hendak mengambil air itu berbelok arah menuju meja makan. Di sana, Letta sudah menyiapkan segala lauk di atas piringnya. Melihat ayam dan dan juga adanya sayur sop membuat Nathan sedikit terenyuh.

‘Letta bahkan lebih tahu makanan kesukaanku,’ batin Nathan.

Sembari makan, Nathan sempat beberapa kali curi pandang ke arah Letta yang masih sibuk di dekat kompor. Dia lebih telaten untuk urusan dapur, dan juga sangat cekatan apabila diminta apapun.

‘Kalau di ranjang, dia sehebat apa?’ batinnya.

Pikiran sekilas itu membuat makanan yang tengah Nathan kunyah tersedak dalam tenggorokannya. Dengan rasa perih ia terbatuk-batuk sampai harus memukul dadanya karena ayam yang tersangkut di sana.

“Kamu tak apa, Nathan?” 

Letta menoleh dan melihat Nathan kesulitan. Ia segera mengambil teko air beserta gelas yang ada. Baru saja ia menyerahkan segelas air kepada Nathan, tanpa sengaja Letta menyenggol teko dan tumpah ke baju sampai celananya.

“Astaga!” Letta kaget.

Nathan yang baru saja menelan air itu juga kaget melihat Letta yang basah akibat salahnya tersebut. Sontak dia berdiri dan hendak mendekati Letta. Namun, Letta langsung menjaga jarak, waspada kepada Nathan.

Langkahnya yang berhenti, menyadari bahwa dia tak seharusnya bertindak lebih jauh. “Aku coba cari baju Jenna yang tak terpakai. Sepertinya ada beberapa di gudang,” ujar Nathan.

Sedikit tergesa, Nathan yang sampai gudang memilihkan baju kepada Letta. Ia yang sudah memegang celana panjang Jenna itu berhenti, saat melihat ada rok lama Jenna yang sempat ia belikan, namun tak pernah dipakai oleh Jenna.

Hati Nathan terasa sakit lagi. Ia memegang rok itu, dan terdiam selama beberapa saat. Sambil mengepal rok itu, Nathan dengan dirinya yang uring-uringan membawanya dan meninggalkan celana panjang tadi.

Dengan cepat ia menyodorkan pakaian tersebut kepada Letta, dan memberikan handuk lama yang juga sudah dipakai oleh Jenna.

“Ganti bajumu. Nanti kamu kedinginan,” ucap Nathan.

“Terima kasih, Nathan. Maaf merepotkanmu,” ujar Letta.

Wanita itu berjalan menuju kamar mandi yang ada di lantai satu. Nathan awalnya memperhatikan, tetapi ia segera mengalihkan pandangan dengan lanjut menyantap makanan yang ada.

‘Bagaimana penampilan Letta memakai pakaian Jenna?’ batinnya.

Tak berselang lama, Letta keluar dengan pakaian gantinya. Tetapi, ia tampak menutupi bagian depannya dengan pakaiannya yang sudah dilipat karena basah tersebut. 

Nathan tertegun. Baju Jenna sangat ketat di badan Letta. Bahkan rok itu membentuk indah pinggul wanita yang ada di depannya. Ia sampai berhenti mengunyah dan hanya bisa terdiam selama beberapa saat.

“Cantik sekali,” gumam Nathan.

“Nathan. Apa kamu tak punya baju lain? Aku rasa ini kekecilan,” pinta Letta.

Nathan yang masih terpaku memandangi Letta itu membuat Letta merasa sedikit tidak nyaman.

“Nathan!” Dengan suara agak tinggi, Letta memanggil.

Terkejut Nathan mendengar panggilan Letta. Ia melihat ekspresi wajah Letta yang tampak risih tersebut.

“Tak ada baju lain selain ini?” Letta kembali melontarkan pertanyaan.

“Oh, tidak. Kamu pakai itu saja. Kamu cocok dengan baju itu,” Nathan menjawab.

Letta awalnya hanya melirik dengan tatapan tak percaya. Namun, tampaknya dia langsung abai dengan segera. Letta meletakkan pakaian basahnya di dekat ransel, dan kembali mengurusi masakannya yang baru setengah matang.

Dari belakang, Nathan menatapi tubuh Letta yang terbentuk bak gitar spanyol. Wanita yang biasanya berpakaian seadanya dan bahkan terkesan sangat kebesaran, kali ini bisa ia lihat berpenampilan cuku feminim. Ini membuat Nathan terpesona.

‘Dengan tubuh seindah itu, akan seperti apa rasa Letta?’ batin Nathan.

Lagi-lagi, pikiran buruk yang muncul itu membuat Nathan terkesiab. Ia menampar wajahnya dengan keras sampai bunyinya membuat Letta berbalik badan. PLAKHHH.

“Nathan? Kamu kenapa?” kejut Letta.

Dengan tergagap, Nathan memandang ke arah Letta, “Tidak, Letta, tidak ada,” sahut Nathan.

Awalnya Letta khawatir, tapi, dia langsung mengabaikannya. Nathan merasa malu pada dirinya sendiri. Ia berkali-kali berpikiran hal buruk pada sahabat istrinya sendiri.

Ponsel Nathan berdering, ia segera menjawab panggilan yang dimana itu adalah istrinya sendiri.

(“Sayang…..”) Suara Jenna membuat Nathan membeku.

“Iya?” balasnya.

(“Hari ini kan aku ada acara penting. Nah, aku perlu dana kamu.”) Suara Jenna terdengar semakin manis.

Nathan terdiam. Pikirannya berlari ke hari-hari sebelumnya setiap kali Jenna berbicara dengan nada manis begini. Ada yang dia inginkan, dengan daya tarik suaranya yang biasanya selalu berhasil membuat Nathan luluh.

(“Sedikit saja. Hanya 3 M. Aku perlu untuk keperluan bahan. Katanya kalau aku beli sekarang, aku dapat harga member.”)

Dugaan Nathan sangat tepat. Ia sekarang mengerti. Jenna menghubunginya duluan, bahkan bicara dengan suara yang tidak biasanya hanya karena ada maunya saja. Jenna terlalu memanfaatkan dirinya.

“Apa dengan aku memberikan dana, kamu bisa memberikan aku waktu lebih banyak?” Nada suara Nathan yang kini berubah.

(“Apa? Waktu apa, sayang? Aku selalu bersamamu,”) Jenna makin mencoba memelas.

“Seminggu kedepan, luangkan waktumu. Aku ingin bersamamu seminggu penuh,” pinta Nathan.

(“Apa?! Kamu gila? Aku ada meeting luar kota yang tidak bisa aku tinggalkan!”) Jenna berubah seketika setelah Nathan meminta sekedar waktu kepadanya.

Nathan diam sejenak. Ia mengepalkan tangan menahan emosinya. Selama ini ia juga marah, tetapi selalu ditahan karena berusaha mengerti posisi sang istri.

“Kalo begitu, aku tidak bisa,” sahut Nathan.

(“Arghh. Nathan! Jangan bermain-main, aku ini perlu uang sekarang! Apa kamu tidak bisa mengerti posisiku sekarang ini?!”)

Jenna sudah marah-marah di seberang sana. Nathan tak lagi luluh dan tak lagi mengalah dengan perilaku Jenna. Ia sudah merasa diinjak selama ini. Bahkan suara Jenna yang marah itu terdengar oleh Letta yang ada di satu ruangan yang sama dengan Nathan.

Setelah selesai marah, Jenna mengatakan satu kalimat yang membuat Letta terkejut.

(“Kalau begitu, aku takkan pulang selama seminggu kalau kamu tak mengirimikanku uang itu!”) tegasnya, dan panggilan berakhir begitu saja.

Letta yang sedang mengelap tangannya setelah dicuci itu hanya bisa melotot mendengar rengekan Jenna.

‘Padahal Nathan hanya minta waktu saja. Dimana lagi bisa dapat 3 M hanya dengan memberi waktu? Kalau itu aku, sebulan pun akan kuberikan.’ 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Mengatur Segalanya

    Letta hanya melirik sebentar, dan langsung mengalihkan pandangannya. Nathan memang tersenyum ramah, hanya saja, Letta tak terbiasa dengan senyumannya yang seperti barusan. “Oke, sekarang ikut aku dulu,” ajak Nathan. Belum sempat ia menjawab, Nathan sudah bangun dari tempatnya dan berjalan meninggalkan tempat. Letta buru-buru mengikuti dan naik mobil yang dimana Nathan sudah naik duluan. Pria itu menyelahkan tablet kepada Letta. Awalnya Letta ragu mengambilnya, tapi, akhirnya dia menerima dan melihat di atas layar tertera beberapa gambar dari sebuah apartemen. “Sekarang, kamu harus pindah dulu. Sulit kalau kamu masih tinggal di kosmu yang jauh itu,” ujar Nathan. “Apa? Tapi, aku tidak ada u-“ “Jangan pikirkan soal uang. Karena kamu asistenku, kamu harus siap dipanggil 24 jam dalam jarak yang dekat. Aku tak suka menunggu, Letta,” sela Nathan. Pertama kalinya Letta melihat Nathan dalam mode serius. Pria itu memancarkan kharisma yang tidak pernah Letta lihat sebelumnya. Ia menggeser

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Jenna Berselingkuh

    Letta hanya berani berucap pada hatinya semata. Sementara Nathan kelihatan sedikit frustrasi setelah Jenna merespon demikian. Letta yang sudah selesai dengan urusannya, segera mengambil perlengkapannya.“Aku pulang dulu, Nathan. Ada beberapa lauk yang aku taruh di kulkas. Kalau lapar, hangatkan saja,” ujar Letta.Nathan yang sudah menatap kosong itu mendongakkan sedikit kepalanya. Matanya masih tertuju pada tubuh Letta yang terlihat press dengan baju Jenna. Sampai-sampai Nathan jadi sedikit hilang fokus.“Nathan? Kamu kenapa?” Letta beberapa kali melambaikan tangan di depan wajah Nathan yang melamun.Tersentak Nathan seketika. Ia langsung menggelengkan kepala sambil tertawa kecil.“Haha, tidak. Hanya saja, kamu terlihat cantik dengan balutan baju Jenna,” puji Nathan.Pujian tidak biasa itu malah membingungkan Letta. Selama ia mengenal Nathan, pria itu tak pernah memuji wanita lain selain Jenna itu sendiri. Dan ia bingung harus merespon bagaimana.“Terima…, kasih?” Letta menjawab, ragu

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Terlihat Menarik

    Letta yang sedang menata piring itu sedikit melirik ke arah Nathan. “Tentu saja memasak. Jenna sudah menghubungiku untuk memasak untukmu. Untung kemarin aku siapkan beberapa lauk yang sudah siap masak,” sahut Letta.Ia yang hendak mengambil air itu berbelok arah menuju meja makan. Di sana, Letta sudah menyiapkan segala lauk di atas piringnya. Melihat ayam dan dan juga adanya sayur sop membuat Nathan sedikit terenyuh.‘Letta bahkan lebih tahu makanan kesukaanku,’ batin Nathan.Sembari makan, Nathan sempat beberapa kali curi pandang ke arah Letta yang masih sibuk di dekat kompor. Dia lebih telaten untuk urusan dapur, dan juga sangat cekatan apabila diminta apapun.‘Kalau di ranjang, dia sehebat apa?’ batinnya.Pikiran sekilas itu membuat makanan yang tengah Nathan kunyah tersedak dalam tenggorokannya. Dengan rasa perih ia terbatuk-batuk sampai harus memukul dadanya karena ayam yang tersangkut di sana.“Kamu tak apa, Nathan?” Letta menoleh dan melihat Nathan kesulitan. Ia segera mengamb

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Minta Jatah

    Nathan yang baru sadar akan ucapannya itu berusaha menghapus pikiran buruknya tersebut.“Ah, maaf Letta. Haha, aku hanya bergurau sedikit,” jelas Nathan, sambil tertawa canggung.‘Apa yang aku pikirkan?! Aku tidak boleh begitu! Bisa-bisanya aku kepikiran begitu pada orang terdekat istriku sendiri!’ batin Nathan.Letta melirik tajam ke arah lelaki itu. Meski hanya candaan, bagi Letta itu pantas sama sekali. Terlebih harusnya Nathan tak seharusnya bersikap begitu.“Sebaiknya kamu jangan menyia-nyiakan Jenna, Nathan. Dia sahabatku yang sangat berharga! Awas saja kamu sampai berselingkuh darinya!” tegas Letta.“Ya Letta, aku tahu,” balas Nathan.‘Meski sebenarnya aku merasa ragu belakangan ini.’Setelah Nathan selesai makan, Letta mencuci semua piring kotor terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah Nathan. Tak lupa Letta juga laporan kepada Jenna bahwa ia sudah pergi dari sana agar tidak menimbulkan salah paham.“Aku pulang dulu, Nathan,” ucap Letta sambil menggendong ransel kecilnya.Ba

  • Obsesi Gila Suami Sahabatku   Pinjaman Uang

    “Nathan, kenapa melihatku seperti itu?” ucap Letta lirih.Saat ini, Letta tengah terperangkap di kediaman sang sahabat, Jenna. Niatnya, siang ini dia ingin meminjam uang pada Jenna untuk membayar hutang keluarganya pada rentenir. Namun sialnya, begitu sampai di rumah Jenna, wanita itu justru tidak ada di rumah. Padahal, sebelumnya Jenna mengatakan ia ada di rumah.Lebih sial lagi, Letta justru dihadapkan dengan Nathan, suami Jenna, yang kali ini bersikap cukup aneh padanya.Sejak Letta datang, pria itu sudah menatapnya dengan aneh. Bahkan, terlihat seperti ingin memangsa Letta. Padahal, biasanya tidak pernah seperti itu.Pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Letta, dan terus menatapnya dengan aneh.“Nathan, kira-kira Jenna akan pulang pukul berapa?” tanya Letta lagi.Nathan tampak menghela napas ringan, lalu menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu, Letta. Dia pergi sejak pagi dan tidak ada kabar lagi.”Letta terdiam sejenak, lalu berkata, “Begitu ya? Kalau gitu aku pamit saj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status