Share

Obsesi Kebahagiaan Anastasya
Obsesi Kebahagiaan Anastasya
Penulis: Rifat Nabilah

Bab 1. Pulangnya Alesha

Penulis: Rifat Nabilah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-23 00:48:53

"Sam!"

Di hadapan mereka berdirilah Alesha, wajahnya tegang penuh amarah, tubuh yang masih mengenakan pakaian pasien berdiri tegap meski baru saja sembuh dari sakit panjang selama dua tahun.

Samuel melangkah maju mendekati sosok yang sangat dikenalnya, matanya sulit percaya dengan apa yang dilihatnya. Istrinya yang koma selama dua tahun kini berdiri di depannya, "Alesha ... apakah itu benar-benar kamu?" tanyanya, suaranya nyaris bergetar.

Alesha hanya diam beberapa detik sebelum menatap Samuel tajam. Air mata mulai bergulir bebas di pipinya, namun sorot matanya tidak mengendur sedikit pun, "Ini aku, Sam, apa kamu sudah melupakan aku?"

Samuel menggeleng perlahan, wajahnya menampilkan kebingungan yang tidak bisa ia sembunyikan, "Tapi ini ... mustahil! Baru pagi tadi aku masih berada di sisimu, menjagamu di kamar rumah sakit, kamu masih terbaring tidak sadarkan diri, dan sekarang ... kamu berdiri di sini? Aku ... aku tak mengerti, apa aku sedang bermimpi?"

"Tidak! Ini nyata," jawab Alesha dengan suara yang tiba-tiba menguat.

Sementara Samuel masih bergulat dengan benang-benang pikirannya sendiri, Alesha melayangkan pandangannya ke seorang wanita yang berada tepat di belakang suaminya. Sosok itu jelas menarik perhatian. Wajahnya sama persis seperti dirinya sedang bercermin, meskipun dengan gaya berpakaian yang berbeda. Dia terlihat anggun dalam gaun panjang yang longgar, dengan rambut lurus sebahu. Alesha mencoba mendekatinya, ternyata saat dilihat dari dekat, matanya melihat dengan jelas perut wanita itu cukup besar.

Suara Alesha mengeras, "Siapa dia?" tanyanya, isi kepalanya penuh pertanyaan.

Tanpa ragu sedikit pun, wanita itu yang menjawab dengan tenang, "Aku Anastasya, aku adalah istri Samuel."

Ekspresi Alesha berubah, tetapi ia masih memperhalus tatapannya kembali kepada Samuel.

"Apa itu benar? Kenapa kamu melakukan ini? Kamu berselingkuh, Sam!"

Alesha ingin mendapatkan jawaban dari suaminya untuk meringankan beban hatinya. Namun Samuel hanya berdiri diam, belum tahu harus memulai dari mana. Sementara Anastasya tetap berdiri tenang tanpa menunjukkan rasa takut atau bersalah. Raut wajahnya bahkan seperti menyiratkan keyakinan bahwa kehadiran Alesha tidak akan mengguncang posisinya.

"Tenanglah Alesha, aku ... aku tidak mungkin mengkhianati kamu, Alesha, tidak pernah terlintas dalam pikiranku, tetapi ... semuanya tidak berjalan seperti yang aku inginkan," kata Samuel akhirnya, suaranya terdengar putus asa dan kebingungan.

Namun ketika matanya bertemu dengan tatapan Alesha, Samuel menyadari bahwa tidak ada penjelasan sederhana yang dapat memperbaiki kehancuran yang telah terjadi di pernikahannya bersama Alesha.

"Tenang? Katamu, aku harus tenang, Sam!Tapi nyatanya kamu berkhianat! Kamu tega, kamu menghancurkan pernikahan kita, Kenapa kamu menikah dengan wanita itu? Bahkan dia hamil! Apa salahku, Sam? Apa salahku?"

Dengan penuh penyesalan, Samuel memegang tangan Alesha lembut, mencoba menghapus air mata di pipi istri pertamanya.

"Maafkan aku, Alesha, itu bukan salahmu, kamu tidak pernah salah di mataku, semua salahku, tapi aku lega karena kamu ada di sini sekarang, kamu sudah sembuh seperti dulu lagi, kamu tidak tahu betapa senangnya aku melihatmu berdiri sehat di depan mataku hari ini."

Pelukan itu terjadi begitu saja. Samuel mendekap Alesha erat, cinta yang tak pernah berubah untuknya meski badai dalam pernikahan mereka begitu besar. Pernikahan kedua yang dilakukan Samuel hanya bertujuan agar tetap menjaga pernikahannya bersama Alesha.

Dalam pelukan itu, Anastasya hanya mampu berdiri mematung dengan air mata yang akhirnya mengalir begitu saja. Hatinya terasa tercerai-berai melihat Samuel bersama Alesha, adegan yang menjadi mimpi buruk terbesar bagi dirinya selama ini.

"Samuel," panggil Anastasya pelan.

Tangan Samuel memegang pergelangan tangan Anastasya, sementara sorot matanya, berbicara tanpa kata, membuat Anastasya memilih tetap bertahan di tempat itu meski harus merasakan rasa sakit melihat mereka berpelukan.

Tiba-tiba, Alesha melepaskan pelukan suaminya dengan gerakan kasar. Raut wajahnya memancarkan kemarahan saat melihat Samuel, suaminya, sedang memegang tangan Anastasya.

"Wanita perebut suami orang!" pekik Alesha dengan kemarahan yang meledak-ledak.

Kata-kata itu menusuk hati Anastasya, membuat dadanya sesak. Meskipun ia sadar dirinya memang bersalah telah masuk ke dalam rumah tangga saudari kembarnya sendiri, namun Anastasya ingin mendapatkan keadilan dari keluarga kandungnya, dan alasan lainnya untuk menyelamatkan mental Samuel agar tak hancur di masa terpuruknya.

"Jaga ucapan kamu, Alesha!"

Anastasya tidak terima dirinya di cap perebut suami orang, karena selama ini Anastasya sudah berusaha merawat Samuel sampai pria itu sembuh dari masalah mentalnya.

"Lalu apa? Sudah jelas kamu menikah dengan suami orang, padahal kamu tahu aku sedang koma di rumah sakit, apa kamu tidak memiliki rasa malu? Oh, atau kamu memang ingin mendapatkan suami orang kaya, jadi kamu merebut Sam dari aku?"

Sungguh Alesha terus menerus membuat Anastasya seperti wanita tidak terhormat yang mengambil kebahagiaan orang lain.

"Tutup mulutmu, Alesha! Kamu tidak pantas bicara seperti itu padaku, karena sekarang aku juga istri Samuel," balas Anastasya membela dirinya dan memperkuat statusnya yang mana sudah menikah dengan Samuel secara sah.

Kembali Alesha melirik ke arah Samuel, "Ceraikan dia, Sam!"

Samuel mematung tidak menjawabnya, namun ia mencoba mencerna kekecewaan Alesha yang sekarang sedang dihadapi.

"Samuel, jangan lakukan itu, jangan ceraikan aku, apalagi aku sedang mengandung anakmu," pinta Anastasya.

Samuel yang diam seketika teringat perjuangan Anastasya menemaninya di masa terpuruk, hanya ada Anastasya yang disampingnya mau menerimanya dalam kondisi yang mungkin Alesha tidak akan mau ada di posisinya.

"Tenanglah, Anastasya, aku tidak mungkin menceraikan kamu atau meninggalkan calon anak kita," jawab Samuel seraya menenangkan istrinya.

Sambil berkata demikian, ia menyentuh perut besar Anastasya yang sudah memasuki bulan kedelapan. Gerakan lembut janin di dalam seolah merespons sentuhan ayahnya.

"Terima kasih, Samuel, aku mencintaimu, juga anak kita," ucap Anastasya dengan suara lembut.

Wajahnya yang basah oleh linangan air mata menunjukkan betapa ia bersyukur, sebab Samuel tidak tunduk pada tuntutan Alesha. Namun di sisi lain, hati Alesha teramat pedih melihat kebersamaan mereka, menyadari dirinya hanya memiliki kenangan masa lalu setelah terbaring lama di rumah sakit.

"Kembali kasih Anastasya, aku pun mencintaimu dan calon anak kita," balas Samuel membuat Anastasya terbang dan melupakan keberadaan Alesha di antara mereka.

Namun Alesha yang sudah dikuasai amarah dan cemburu, justru melayangkan tamparan keras di wajah Anastasya. Tak cukup sampai di situ, ia juga menampar Samuel tanpa ragu sedikit pun.

"Kalian benar-benar tidak tahu malu! Dan kamu, Anastasya, beraninya mencoba merebut suamiku dengan menggunakan kehamilanmu, anak itu jelas bukan anak Sam, berapa banyak pria yang sudah jatuh ke dalam perangkap mu, Anastasya? Jangan kira aku bodoh menghadapi wanita seperti dirimu!"

Tanpa ragu, tangan Anastasya langsung melayang ke wajah Alesha, membalas dengan tamparan yang jauh lebih keras.

"Itu pantas untukmu, Alesha! Jangan rendahkan ku lagi, lihat dirimu sendiri, baru sembuh, tapi langsung menuduh orang lain atas semua kesalahan ini, apa kamu sadar kalau selama dua tahun kamu tidak sadarkan diri? Samuel menghadapi semuanya sendirian! Dan apa kamu tahu bahwa dialah yang memohon kepada dokter agar mereka tidak mencabut alat-alat medis yang membuatmu tetap hidup?"

Anastasya tidak ingin menunjukkan kelemahan di hadapan Alesha. Ia telah berjanji untuk mempertahankan pernikahannya dengan Samuel, terutama setelah mendapat dukungan dari mertuanya. Apalagi Alesha sudah berkali-kali merendahkannya. Tentu saja Anastasya tidak akan membiarkan dirinya diam begitu saja. Ia berharap kata-katanya dapat menyadarkan Alesha untuk bersikap lebih baik, meski tatapan penuh amarah dari wanita di hadapannya justru semakin memanas.

Tiba-tiba Alesha mencengkeram leher Anastasya dengan penuh emosi, "Diam! Kamu sudah terlalu banyak bicara, jangan lupa satu hal, kamulah perusak rumah tanggaku dengan Sam!"

"Alesha, lepaskan!" teriak Samuel dengan panik.

"Sam, jangan mencoba membela wanita ini, aku tidak akan melepaskannya sebelum dia pergi dari rumah ini," sahut Alesha masih dengan kemarahannya.

Anastasya semakin kesulitan untuk bergerak maupun bernapas. Tekanan di lehernya terasa begitu menyiksa, seolah ingin putus akibat cekikan kuat dari Alesha yang dipenuhi oleh amarah yang meluap-luap.

"Lihatlah, suamiku sudah diam saja, itu berarti dia setuju kamu pergi, jangan berani bicara lagi, pergi sekarang, atau aku juga akan memastikan calon anakmu merasakan penderitaan," bisik Alesha mengancam.

Pernyataan itu menyalakan tekad Anastasya. Dia tidak ingin calon anaknya menjadi korban beringasnya Alesha. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berusaha menendang kaki Alesha hingga akhirnya berhasil melepaskan dirinya.

Tanpa banyak pikir panjang, Anastasya berlari menuju pintu utama untuk keluar dari rumah. Dalam benaknya, kabur adalah satu-satunya jalan agar ia bisa menyelamatkan anaknya dari ancaman wanita yang seolah kehilangan rasa kemanusiaan.

"Aku harus pergi supaya anakku tidak disakiti oleh Alesha," ucapnya pelan sembari meninggalkan Alesha dan Samuel yang hanya diam mematung tanpa melakukan tindakan apa pun.

Namun keinginannya untuk kabur terhentikan. Alesha mengejar dan kembali berhasil menangkapnya. Situasi Anastasya yang tidak bisa berlari kencang karena kondisi hamil membuatnya mudah dijangkau.

"Mau ke mana kamu, Anastasya? Aku belum selesai bicara! Kamu ketakutan, ya?" ujar Alesha sambil mencengkeram rambut Anastasya dengan brutal.

Tindakan itu membuat Anastasya semakin meringis kesakitan. Dia hanya bisa memohon agar dilepaskan, tetapi Alesha tidak menunjukkan sedikitpun rasa belas kasihan.

"Wanita tak tahu diri sepertimu memang pantas diperlakukan seperti ini, apakah kamu pikir aku rela dimadu secara diam-diam? Ingat, ini rumah suamiku, dan kamu hanyalah pengganti sementara! Jadi pergilah setelah aku melepaskanmu, aku tak akan membiarkanmu mengganggu kehidupan kami lagi," tegas Alesha dengan kebenciannya yang memuncak.

Anastasya merasa tubuhnya semakin tak berdaya. Meskipun begitu, dia enggan menunjukkan kelemahan lebih jauh di hadapan Alesha. Dengan suara yang tetap stabil, dia mencoba berbicara.

"Alesha, lepaskan aku, aku bisa pergi sementara waktu agar kamu punya kesempatan untuk berpikir jernih mengenai keberadaan ku di sini, tapi ingat, aku tidak akan pernah meninggalkan Samuel, apa pun yang terjadi, aku tak peduli apakah kamu merestui hubungan ini atau tidak," ucap Anastasya dengan penuh keyakinan.

Ucapan itu membuat kemarahan Alesha kian meluap. Kebencian pada Anastasya semakin membakar hatinya. Tanpa banyak kata, dia menarik rambut Anastasya dengan paksa dan menyeretnya menuju pagar rumah. Begitu sampai di sana, Alesha dengan kasar melepaskan cengkeramannya hingga tubuh Anastasya terlempar ke luar pagar.

Masih berada di luar pagar, Anastasya memandang ke arah Samuel dengan penuh rasa kecewa. Suaminya tak melakukan apa pun untuk mencegah tindakan Alesha, seolah apa yang terjadi bukanlah sebuah masalah yang perlu dipermasalahkan.

Saat tatapan Alesha masih tertuju pada Samuel, ia memutuskan untuk mendekati suaminya yang tengah berdiri di depan teras rumah.

"Masuk sekarang, Sam! Aku tidak mau kamu peduli lagi sama dia," ucap Alesha sambil berusaha menarik lengan Samuel.

Namun, Samuel menolak dengan ekspresi serius, "Maaf, Alesha, aku tidak bisa begitu saja mengusir Anastasya, dia akan tetap tinggal di sini bersama kita, ini bukan salahnya, tapi salahku dan Papa, jadi aku tidak punya alasan untuk menyuruhnya pergi," jawab Samuel sebelum melangkah menuju Anastasya yang masih berdiri di luar pagar.

Anastasya tersenyum lirih, merasa lega karena Samuel tidak membiarkannya pergi. Saat Samuel mendekatinya untuk mengajaknya masuk kembali, Alesha mendadak berdiri di hadapan mereka berdua dengan sorot mata penuh emosi.

"Sam! Kamu benar-benar menguji kesabaranku! Kamu bahkan memakai alasan Papa sebagai pembenaran, aku bukan orang bodoh, Sam! Sekarang kamu harus memilih antara aku, istri pertamamu, atau Anastasya, istri keduamu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 5. Semuanya Milikku

    "Ya," kata Anastasya menjawab sambil menoleh, penasaran siapa yang memanggilnya."Apakah ada yang kamu cari?" Anastasya menggenggam tangan seseorang yang kini berada di hadapannya, ternyata benar suaminya yang datang. Awalnya, ia merasa terkejut dan cemas tentang apa yang Samuel mungkin ketahui mengenai percakapannya bersama Alesha. Namun, dari pertanyaannya, sepertinya memang Samuel tidak mengetahuinya. "Ya, Samuel, aku sedang mencari makanan, tadi perutku lapar," ungkap Anastasya, berusaha mengalihkan kecurigaannya agar Samuel tidak menebak yang lain."Begitu, jika itu yang terjadi, aku akan mengambilnya untuk kamu, tapi sekarang, kamu masuk ke dalam kamar, tadi aku terbangun dan kamu tidak ada di tempat tidur, Papa menghubungiku untuk menanyakan tentang kamu, dan mungkin Papa akan segera datang ke sini, Papa selalu rindu dengan kamu dan calon cucunya," kata Samuel menjelaskan.Anastasya mengangguk, "Aku masuk sekarang, sepertinya aku tidak mau makan lagi, kita bisa langsung kemba

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 4. Kepribadian Asli

    "Iya, Anastasya?" Samuel menjawab singkat, responsnya tidak memberikan kelegaan pada Anastasya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana mata suaminya menghindari tatapannya, seolah-olah takut terlalu lama berhadapan."Samuel, aku rasa kamu belum siap menjawab," kata Anastasya dengan suara yang terdengar kecewa. Samuel mengalihkan pandangannya, mencari alasan untuk tidak melanjutkan pembahasan. Ia masih terjebak dalam kebimbangan, hatinya terpecah antara Anastasya dan Alesha."Maaf, Anastasya, aku pikir lebih baik kita istirahat," ucap Samuel, mencoba menghindari topik yang membuatnya gelisah.Anastasya mengangguk pelan, memilih menahan perasaan daripada memperpanjang masalah di hadapan Samuel. Namun di dalam hati, ia tahu bahwa lawannya sangat berat, istri sah dari suaminya sendiri.Mereka berbaring untuk beristirahat di dalam kamar, tetapi pikiran Anastasya terus berkecamuk. Ia belum bisa menerima jika cintanya harus dibagi untuk Alesha. Tidurnya terganggu, matanya menolak terpejam

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 3. Kembar

    Alesha berdiri tegap, dengan amarah yang memenuhi dadanya. Dia berteriak, "Ya, aku yakin! Aku adalah keturunan Christopher satu-satunya, dengar Anastasya, kamu tidak akan mendapatkan Sam! Dia masih sangat mencintai aku, buktinya dia mempertahankan aku di depanmu, jadi seharusnya kamu malu sebagai istri pengganti."Namun, ucapan Alesha tidak dibiarkan begitu saja. Anastasya membalas dengan kemarahan yang terpendam lama. Ia menarik rambut Alesha dengan kasar sembari menggunakan tangan lainnya untuk mencekik lehernya. Itu adalah pembalasan atas apa yang sebelumnya dilakukan Alesha padanya.Dengan suara yang tegas, Anastasya mengucapkan kalimat yang menjatuhkan harga diri Alesha."Perhatikan baik-baik kata-kata ini, Alesha! Melawan aku adalah hal yang mustahil, kamu hanyalah masalah kecil untukku, semua yang kamu miliki akan jatuh ke tanganku, termasuk Samuel."Sesak napas dan lemah karena cekikan Anastasya, Alesha berteriak meminta dilepaskan. Namun Anastasya tetap tak bergeming, terus m

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 2. Dua Pilihan

    "Aku serius! Papa adalah orang yang meminta Anastasya untuk menikah denganku, dan aku setuju, jadi, jika kamu ingin menyalahkan seseorang atas pernikahan ini, maka seharusnya kamu menyalahkan aku, satu hal lagi, Alesha, jangan memaksaku untuk memilih, karena itu sangat sulit bagiku," balas Samuel.Amarah meluap dari Alesha, tangannya berkali-kali memukul Samuel karena tidak mendapatkan jawaban yang semestinya. Namun, sebelum Alesha semakin tak terkendali, Anastasya menghentikan tangan Alesha, Anastasya tidak ingin ada yang melukai Samuel, sekalipun pelakunya adalah istri pertama dari suaminya sendiri."Jauhkan tanganmu dari suamiku!"Anastasya dengan penuh keberanian berdiri untuk melindungi suaminya. Tatapan Alesha sekarang sangat menakutkan, bahkan seolah-olah dia memberi tanda bahwa akan ada sesuatu yang besar dan berbahaya terjadi pada Anastasya yang dia lihat karena kebenciannya. "Suamimu? Dia masih suamiku! Pernikahanmu dengan Sam hanya sebagai penggantiku, tapi lihat diriku s

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 1. Pulangnya Alesha

    "Sam!" Di hadapan mereka berdirilah Alesha, wajahnya tegang penuh amarah, tubuh yang masih mengenakan pakaian pasien berdiri tegap meski baru saja sembuh dari sakit panjang selama dua tahun. Samuel melangkah maju mendekati sosok yang sangat dikenalnya, matanya sulit percaya dengan apa yang dilihatnya. Istrinya yang koma selama dua tahun kini berdiri di depannya, "Alesha ... apakah itu benar-benar kamu?" tanyanya, suaranya nyaris bergetar. Alesha hanya diam beberapa detik sebelum menatap Samuel tajam. Air mata mulai bergulir bebas di pipinya, namun sorot matanya tidak mengendur sedikit pun, "Ini aku, Sam, apa kamu sudah melupakan aku?" Samuel menggeleng perlahan, wajahnya menampilkan kebingungan yang tidak bisa ia sembunyikan, "Tapi ini ... mustahil! Baru pagi tadi aku masih berada di sisimu, menjagamu di kamar rumah sakit, kamu masih terbaring tidak sadarkan diri, dan sekarang ... kamu berdiri di sini? Aku ... aku tak mengerti, apa aku sedang bermimpi?" "Tidak! Ini nyata,"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status