“Kita uda lama gak ketemu ya? Aku sempat ke rumah kamu, tapi rumah itu ternyata sudah dijual,” ujar Naomi memulai perbincangannya dengan Cindy. Cindy tersenyum lalu mengangguk.
“Iya, suamiku yang menjual.” Cindy sedikit menunduk kala menyebutkan hal tersebut. Kening Naomi mengernyit saat mendengar. Ia meraba tangan Cindy lalu menggenggamnya. Cindy pun menaikkan pandangannya dan tersenyum getir. Memang ada masalah yang terjadi pada Cindy.
“Apa kamu mau menceritakan apa yang terjadi, Cin? Kamu keliatan pucat seperti sedang sakit. Apa kamu sedang sakit?” tanya Naomi pada Cindy dengan suara yang lembut.
“Aku baru saja sembuh sakit, Nao. Tapi ... apa aku boleh menginap di sini sementara waktu?” tanya Cindy lagi. Ia tengah mencari tempat yang bisa ia percayai. Mungkin Naomi-lah orangnya.
“Tentu boleh, cuma ya, harap maklum ya. Kamarku kecil.” Naomi sedikit meringis. Cindy tersenyum lalu menggeleng.
“Lacak ponselnya!” perintah Sebastian pada Elfrant yang duduk di sebelahnya. Elfrant mengangguk dan masih sibuk mencari melalui ponsel. Titiknya belum berubah dan masih tertinggal di kantor Moulson. Itu berarti ponsel Cindy sudah mati.Elfrant menarik napas panjang dan menoleh pada Sebastian yang tampak sangat resah. Sebastian mengepalkan tangan mengetuk-ngetukkan ujungnya pada ujung bibirnya.“Mungkin dia pulang ke tempat orang tuanya,” celetuk Elfrant. Sebastian mendengus lalu menoleh.“Bukannya rumahnya sudah dijual?” Elfrant mengangguk dan kembali sibuk melacak ponsel Cindy.“Dia belum menyalakan ponselnya. Apa dia tahu kalau ponselnya disadap?” Elfrant kembali menyeletuk. Sebastian makin mendengus resah dan cemas. Jika Cindy kembali hilang, maka ia bisa makin mengamuk.“Ah, brengsek!” gerutu Sebastian begitu kesal. Ia tidak peduli dengan kebakaran yang menimpa rumah Melvin dan Cindy.
“Cindy! Cindy!”Sayup-sayup Cindy mendengar suara dari seseorang. Ia mengernyit lalu membuka matanya perlahan. Yang semula kabur lalu makin terang dan Cindy pun tersentak kaget. Ia bangun dan langsung duduk.“Oh, Tuhan! Kebakaran! Kebakaran!”Cindy terengah dan kedua bahunya langsung dipegang oleh Naomi. Naomi bernapas lega saat melihat Cindy sudah sadar setelah dibawa ke salah satu klinik.“Akhirnya kamu sadar. Aku takut banget, aku pikir kamu gak napas lagi.” Naomi berujar dengan raut kecemasan dan kemudian langsung memeluk Cindy. Cindy masih bingung terperangah. Ia diam saja seperti orang kebingungan saat dipeluk dan dilepaskan oleh Naomi.“Apa yang terjadi? Kenapa aku di sini? Bukannya kita ....”“Iya. Kamu pingsan di jalan. Aku aja sampe kaget saat liat kamu tiba-tiba jatuh. Untung gak sampe kelindes mobil,” sahut Naomi dengan mata berkaca-kaca.“Harusnya aku gak b
Sebastian Arson tidak peduli dengan kehebohan kebakaran yang sedang menjadi berita utama hari ini. Sebuah rumah mewah milik seorang pengusaha kaya sudah terbakar habis. Polisi sudah turun tangan dan Melvin akan dimintai keterangan. Namun, Sebastian tidak mencemaskan itu sama sekali. “Dia masih hidup. Sekarang di rumah sakit dengan patah kaki. Rupanya dia melompat dari balkon lantai atas.” Lefrant memberikan laporannya pada Sebastian yang sudah kembali ke ruangannya semula. Ia baru saja memeriksa ruang rahasia yang ditinggalkan oleh Cindy begitu saja. Sebastian ingin mencari jejak Cindy jika wanita itu mungkin bisa ditemukan. “Aku gak peduli kalau dia mau mati atau hidup. Apa Cindy sudah ketemu?” hardik Sebastian dengan kesal. Lefrant menggelengkan kepalanya. “Gak. Aku belum bisa melacak sinyal ponselnya. Masih mati.” “Ah, sialan!” Sebastian terus mondar-mandir mencoba berpikir lebih cepat tentang apa yang harus ia lakukan sekarang. Jika Cindy tidak bisa ditemukan dan malah berhas
Melvin malah membentak Cindy serta menimpakan seluruh kesalahan pada istrinya tersebut. Cindy terperangah dan kebingungan mendengar tudingan seperti itu. Ia memang kabur dari Moulson, tapi bukankah seharusnya Melvin membelanya? “Mas, kenapa kamu malah menyalahkan aku?” sahut Cindy masih dengan suara lebih rendah. Rasa sedih dan pilu langsung menyergap hatinya. Suami yang sangat ia cintai malah menjual dan mengandaikan tubuhnya demi melunasi utang. Dan kini ia ikut disalahkan karena menyelamatkan diri. “Ya jelas dong, kamu yang salah. Ngapain kamu kabur?” hardik Melvin melotot pada Cindy. “Mas, dia menyekap aku selama tiga hari. Kamu gak nyariin aku apa?” sahut Cindy masih membela diri. “Dia bukan menyekap kamu. Gak mungkin dia melakukan itu, untuk apa? Dia ingin kamu menyelesaikan pekerjaan sampai selesai. Kok kamu gitu saja gak ngerti sih? Kamu kan tahu kalau pekerjaan yang belum selesai itu harus diselesaikan meski sampai lembur!” Melvin kem
Secepat kilat, Elfrant keluar dan mencari Cindy. Sedangkan Edward tetap berada di kamar Melvin untuk menjaga sekaligus memberikannya pelajaran.“Kenapa lo gak tahan dia, hah!” bentak Edward usai menghajar Melvin sekali lalu menekan dada dengan sebelah tangannya. Edward adalah salah satu orang kepercayaan Elfrant dan Sebastian. Ia sangat setia. Jika Sebastian ingin dirinya mematahkan satu kaki seseorang, maka ia akan melakukannya tanpa ragu.“Gue uda tahan, uda! Ah! lepas!aahk!” Edward kembali memukul perut Melvin di atas tempat tidur. Melvin yang masih menahan sakit karena kakinya kembali harus merasa kesakitan.Elfrant kembali tak lama kemudian dan menggeleng pada Edward tanda jika Cindy tak ditemukan. Edward pun dengan cepat menarik kerah kaos yang dikenakan Melvin lalu mencekal leher dengan sebelah tangannya.“Sama siapa dia ke sini?” tanya Edward menyelidiki.“Gak tahu. Sumpah gak tahu. Kayaknya sendiri
Sebastian melempar stik golf sampai menghancurkan sebuah cermin besar yang merupakan jam dinding di hotel milik Moulson. Ia belum menemukan keberadaan Cindy sama sekali. Bahkan saat Edward dan Lefrant membawakan berita soal Cindy yang datang ke rumah sakit dan kabur lagi, Sebastian makin marah.“Brengsek! Ke mana dia pergi!” rutuk Sebastian sambil berkacak pinggang. Lefrant dan Edward hanya bisa diam membiarkan Sebastian mengamuk. Pria itu bisa menghancurkan apa saja yang ia inginkan untuk melampiaskan kemarahannya.“Mungkin dia akan kembali lagi ke rumah sakit menjenguk Melvin,” ujar Lefrant memberikan pendapatnya. Sebastian langsung berbalik memberikan delikan pada Lefrant.“Apa menurut kamu dia sebodoh itu? Cindy memang polos tapi dia gak bodoh,” sahut Sebastian dengan napas tersengal marah. Ia sangat menyesal karena tidak langsung menyusul ke rumah sakit. Sebastian lupa jika Cindy masih menjadi istri Melvin dan mungkin mencintai pria itu.“Kita hanya harus bersabar, Pak. Nona Cind
Saat Cindy masuk ke dalam kamar perawatan Melvin, ia melihat suaminya masih tidur. Namun tak lama matanya menangkap kedua mertuanya sudah datang lebih dulu darinya.“Berani-beraninya kamu malah pulang! kamu gak jagain suami kamu?” bentak Meisya menyemprot menantunya itu. Cindy langsung kaget dan jantungnya jadi berdegup kencang. Ia tidak pernah menyangka jika sang mertua bisa datang pag-pagi sekali.“Itu ... Mas Melvin gak mau diganggu, Ma.” Cindy berujar dengan sikap agak takut.“Cih, itu cuma alasan kamu doang! Kamu gak tahu diri banget, Cindy! Melvin itu menikahi kamu karena dia cinta sama kamu. Kamu kira kami suka sama menantu kayak kamu yang bahkan gak bisa ngasih kami cucu?”Segala bentakan itu keluar lagi. Tidak ada yang baru sesungguhnya. Ketidaksukaan Meisya dan Pratama pada Cindy yang hanya bisa menyusahkannya semakin ia tumpahkan pada menantunya itu. Seperti biasa, Cindy hanya diam saja.“Uda, Ma
“Kamu bener-bener gak bisa ditinggal sebentar langsung pergi keluyuran ke luar. menantu macam apa sih kamu?!” Meisya mengomeli Cindy sambil menoyor kepala. Cindy tidak sanggup menjawab, ia gemetar dan mulai bernapas dengan berat. Dihina dan direndahkan, hanya itulah yang diterima oleh Cindy berkali-kali dari mertuanya.“Yang ada diotak kamu cuma makan aja! kamu gak bisa tahan sebentar sampai kami kembali atau operasi Melvin selesai? Dasar anak pembantu!” sahut Pratama makin menambah keruwetan situasi.“Tapi, Pa. Aku gak ....” Pratama menyambar bungkusan makanan yang dibawa oleh Cindy lalu menjambak rambut Cindy dan menunjukkan bungkusan itu ke hadapan wajahnya.“Ini apa? ini mesen dari luar dan kamu masih gak mau ngaku. Kamu gak bisa dikasih hati!”“Ahh, lepas, Pa!” Cindy mencoba melawan karena rambutnya dijambak tapi ia malah dihempaskan ke lantai oleh Pratama. Meisya hanya melihat saja pe