Share

Obsesi Sang Pangeran
Obsesi Sang Pangeran
Author: Cyra Arluna

1. Anak Yang Memutar Waktu

"Baginda! Kumohon, ampuni dia demi putramu ini!"

Pria itu bersujud dengan mukanya sampai ke lantai, memohon ampun pada sosok penuh wibawa yang kini berdiri di depannya dengan diliputi amarah.

Sudah sejak beberapa menit yang lalu dia berada di posisi seperti ini. Membuang semua harga dirinya yang tersisa dan mengemis meminta ampunan demi orang yang dicintainya.

"Beraninya kau melawanku hanya untuk wanita itu?!" Kaisar berteriak dengan wajahnya yang memerah dan urat-urat yang menonjol. "Sebagai seorang Putra Mahkota, kau harusnya malu! Kedua saudaramu kehilangan ibu mereka karena perbuatan bengis gadis iblis itu, dan kau masih ingin membelanya?!"

"Tolong maafkan Aruna untuk kali ini saja, Ayah...." Arxen mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap kaisar yang diliputi amarah.

Pria itu menelan ludah. Keringat membasahi pelipisnya dan menetes hingga ke dagunya. Sorot matanya yang memelas dan penuh dengan permohonan serta rasa takut membuatnya yang berstatus sebagai Putra Mahkota kini jadi terlihat sangat menyedihkan.

Arxen membuang semua harga dirinya untuk bersujud dan merendahkan dirinya sendiri demi gadis cantik yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.

Aruna Evanthe, gadis cantik yang merupakan tunangan yang sangat dicintai oleh Arxen. Pria itu mencintai Aruna melebihi nyawanya sendiri. Demi Aruna, dia rela melakukan apa pun.

Arxen lalu melirik sekilas ke beberapa meter di samping raja. Di sana terdapat mayat seorang wanita yang bersimbah darah dan ditemani dua orang putranya yang menangisi kematiannya.

Selir ayahnya itu, dibunuh oleh Aruna beberapa waktu yang lalu.

Dari laporan yang Arxen dengar, Aruna tiba-tiba mengamuk dan membunuh sang selir saat gadis itu tidak sengaja mendengar percakapan sang selir dengan putra tertuanya. Selir bilang pada putranya bahwa selir sebenarnya ingin putra tertuanya itu yang menjadi raja, bukan Arxen. Aruna yang tidak terima dengan itu langsung menyerang dan membunuh selir dengan sangat cepat menggunakan sihirnya sebelum orang-orang sempat bereaksi.

Selir langsung mati di tempat, tidak bisa terselamatkan lagi. Raja yang mendengar hal tersebut langsung naik pitam dan hendak mengeksekusi Aruna sekarang.

Karena itu, Arxen sedang memohon dan mencoba yang terbaik agar Aruna bisa selamat. Dia akan merelakan segalanya jika itu untuk Aruna. Arxen akan melakukan segala yang bisa dia lakukan hanya demi menyelamatkan gadis yang sangat dia cintai itu.

Arxen mengepalkan tangannya dengan erat. Dia menunduk dan berucap lirih, "a-aku ... aku akan merelakan posisiku pada kakak. Aku akan membawa Aruna dan pergi dari Kekaisaran ini ... selamanya."

"Jangan mengorbankan dirimu hanya untuk melindungiku."

Arxen tertegun saat suara seorang wanita yang sangat dia kenali itu terdengar berbisik lembut di telinganya.

Aruna ... menggunakan sihirnya untuk berbicara pada Arxen tanpa bisa terdengar oleh orang lain.

"Aku tidak menyesal sudah membunuhnya. Wanita rendahan itu memang pantas mati." Suara Aruna kembali terdengar. "Aku akan membiarkan mereka membunuhku jika itu yang mereka inginkan. Jangan korbankan dirimu untukku, Arxen."

Arxen menggertakkan giginya. Seluruh tubuhnya tiba-tiba menggigil begitu mendengar ucapan Aruna.

Mana mungkin dia akan membiarkan mereka membunuh Aruna?

Mana bisa Arxen hanya diam saja dan membiarkan Aruna mati?

Selamanya ... Arxen tidak akan pernah bisa melakukannya.

"Kakak." Arxen memanggil putra sulung selir, Damon, dengan nada memohon. Pandangannya benar-benar meminta dikasihani oleh pria itu. "Tolong ingatlah persaudaraan kita dan maafkan Aruna untuk kali ini saja, kakak. Bahkan jika kau ingin, aku bisa menjadi budakmu untuk selamanya. Hanya ... tolong biarkan Aruna hidup."

Arxen hanya memiliki Damon sebagai satu-satunya harapan sekarang. Berbeda dengan Arxen, Damon adalah seorang pangeran baik hati yang tidak akan membalas kematian dengan kematian. Arxen akan memberikan segalanya pada pria itu jika dia mau melepaskan Aruna untuk sekali ini saja.

Senyum di wajah Arxen mulai mengembang saat Damon akhirnya mau melihat wajahnya. Namun tidak lama sampai senyum itu membeku.

Bukannya melepaskan belas kasihan, Damon malah memalingkan wajahnya dari Arxen.

Pria itu bahkan membuka mulutnya dan berucap pada raja sambil memegang tangan ibunya yang mulai dingin. "Tolong berikanlah keadilan untuk Ibu, Ayah."

Wajah Arxen langsung menggelap saat mendengar ucapan Damon. Ah, ternyata Damon yang dia kira baik hati pun tidak mau melepaskan Aruna, ya.

"Mari kita selesaikan sampai di sini, Arxen." Kaisar menghembuskan napas. "Kau sudah membuatku kecewa, jadi aku akan menurunkan statusmu setelah aku memenggal wanita itu di depan semua rakyat."

Kaisar menarik napas. Dia melihat Aruna dengan pandangan bengisnya, lalu berteriak memberi perintah, "Prajurit! Tangkap gadis iblis itu sekarang juga! Potong tangan yang telah merenggut nyawa itu, lalu seret dia ke penjara terbawah! Pedang siapa pun yang mengenai gadis itu, aku akan memberikan hadiah yang setimpal!"

"Kami menerima perintah Anda, Baginda!"

Para prajurit istana langsung bersiaga dan bersiap menyerang Aruna yang hanya diam dan menatap dengan datar tanpa ekspresi apa pun di wajahnya.

Semua prajurit di sana maju dan mengepung Aruna. Pedang dan tombak mereka todongkan ke leher gadis itu.

Hanya beberapa saat, karena mereka semua langsung terlempar dan menabrak dinding dengan sangat kuat sampai mengakibatkan dinding tersebut retak dan diwarnai oleh warna merah darah mereka yang langsung mati.

Semua yang ada terkejut. Semua tatapan seketika tertuju pada Arxen yang kini sudah ada di depan Aruna, melindungi gadis itu di belakang punggungnya sambil menyorot bengis.

"Siapa pun yang ingin menyakiti Aruna...," Arxen mendesis. Matanya berkilat menyeramkan saat dia melanjutkan, "akan kubunuh."

"Kau akan menyesali ini, Arxen." Kaisar menggeram marah. Dia langsung memerintahkan para ksatria dan penyihir yang baru tiba untuk segera melumpuhkan Arxen dan membunuh Aruna di tempat.

Arxen membalikkan badannya. Matanya berubah lembut saat dia melihat Aruna yang justru memberinya sorot rumit. Pria itu tersenyum hangat dan berbisik, "aku akan mengalahkan mereka dan membuat celah untuk kita kabur. Bunuhlah jika ada yang mendekatimu. Kau mengerti, kan?"

Arxen kemudian langsung pergi ke arah belakang Aruna, ke tempat para ksatria dan penyihir yang mencoba masuk ke dalam ruangan. Dia melawan mereka dengan sekuat tenaga.

Aruna yang ditinggal hanya berdiri diam di tempatnya. Dia ... tidak mengerti.

Kenapa Arxen mau melakukan segalanya bahkan mengorbankan dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkan Aruna?

Mereka memang bertunangan. Aruna juga tahu bahwa Arxen mencintainya. Tapi Aruna sama sekali tidak paham.

Kenapa ... Arxen berjuang sekeras ini hanya untuk Aruna?

Aruna membalikkan badannya. Setidaknya, dia ingin bertarung bersama Arxen.

Aruna membuka mulutnya, "Ar--"

Semua ... terjadi dengan tiba-tiba.

Tepat setelah Aruna membalikkan badan, Kaisar menggunakan sihirnya dan menebas leher Aruna dengan sangat cepat. Tepat saat Arxen menoleh setelah mendengar suara gadis itu.

Mata Arxen langsung terbelalak. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat kepala Aruna yang putus terpisah dari badannya dan jatuh ke lantai, mulai membentuk genangan darah yang mengotori lantai.

Gadis itu dieksekusi dengan sangat menyakitkan.

"Dia gadis yang sangat kejam! Dia bahkan membunuh keluarganya sendiri!"

"Dia membunuh pangeran! Dia harus dibunuh!"

"Katanya, Nona itu diserang dalam perjalanan?"

"Dia harus mati!"

Gadis itu tersenyum bengis. Kekejaman memenuhi wajah cantiknya.

"Anda itu tidak layak." Gadis itu merendahkannya.

"Pangeran."

"Arxen, aku hanya memilikimu."

Gadis itu kini tersenyum manis padanya sehingga membuat Arxen tertegun. "Arxen, aku..."

Semua cuplikan itu kembali lewat dengan sangat cepat. Semua memori menyakitkan yang membuat kepalanya terasa akan pecah kembali hadir. Suara dengungan memenuhi kepalanya membuat kepalanya terasa sangat sakit.

Trauma dan rasa sakit yang menyesakkan itu kembali muncul kala matanya menangkap adegan saat tubuh Aruna yang tanpa kepala tersungkur jatuh ke lantai.

"ARUNAAA!!!"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status