Obsesi Sang Pangeran

Obsesi Sang Pangeran

Oleh:  Cyra Arluna  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
60Bab
714Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sejak pertemuan pertama dengan Aruna, Arxen merasakan cinta yang mendalam untuk gadis itu. Namun, hubungan mereka selalu terhalang oleh sifat keras Aruna dan kekuatan sihirnya yang sangat kuat. Setiap kali Arxen mencoba mendekati Aruna, yang ia terima hanyalah penghinaan dari gadis itu. Arxen tidak menyerah. Dia tidak berhenti mencintai Aruna, bahkan meski cintanya tidak berbalas. Suatu hari, Aruna dengan gegabah menggunakan sihirnya untuk menyerang keluarga kekaisaran. Kaisar yang geram kemudian mengadili Aruna, tetapi Aruna menggila dan memberontak, siap menyerang Kaisar. Aruna langsung dieksekusi. Arxen, yang saat itu masih sangat lemah hanya bisa melihat Aruna mati tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia merasa sangat putus asa dan berharap bisa membantu Aruna. Lalu, keajaiban seolah memihak padanya. Ketika Arxen melihat tubuh bersimbah darah Aruna, ia diberi kesempatan oleh sosok dewa agung untuk mengubah takdir yang telah ditentukan. Tanpa ragu, Arxen menerima tawaran tersebut dan memulai perjalanan kembali ke masa lalu. Arxen berjuang keras untuk Aruna. Terus mengulang waktu tanpa henti setiap kali dia gagal menyelamatkan gadis itu. Hanya untuk Aruna, Arxen rela meski harus mengorbankan dirinya sendiri. Pada akhirnya, jiwa Arxen telah mencapai batasnya. Dia hanya memiliki satu kesempatan terakhir untuk bisa bersama Aruna. Dan di putaran terakhir ini, Arxen tidak akan ragu oleh apa pun lagi. Dia akan melakukan segalanya untuk bisa bersama Aruna ... termasuk membunuh semua yang menghalanginya.

Lihat lebih banyak
Obsesi Sang Pangeran Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
60 Bab
1. Anak Yang Memutar Waktu
"Baginda! Kumohon, ampuni dia demi putramu ini!" Pria itu bersujud dengan mukanya sampai ke lantai, memohon ampun pada sosok penuh wibawa yang kini berdiri di depannya dengan diliputi amarah. Sudah sejak beberapa menit yang lalu dia berada di posisi seperti ini. Membuang semua harga dirinya yang tersisa dan mengemis meminta ampunan demi orang yang dicintainya. "Beraninya kau melawanku hanya untuk wanita itu?!" Kaisar berteriak dengan wajahnya yang memerah dan urat-urat yang menonjol. "Sebagai seorang Putra Mahkota, kau harusnya malu! Kedua saudaramu kehilangan ibu mereka karena perbuatan bengis gadis iblis itu, dan kau masih ingin membelanya?!" "Tolong maafkan Aruna untuk kali ini saja, Ayah...." Arxen mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap kaisar yang diliputi amarah. Pria itu menelan ludah. Keringat membasahi pelipisnya dan menetes hingga ke dagunya. Sorot matanya yang memelas dan penuh dengan permohonan serta rasa takut membuatnya yang berstatus sebagai Putra Mahkot
Baca selengkapnya
2. Kegagalan Yang Terulang
"Kali ini gagal lagi, ya."Arxen jatuh berlutut dengan tubuh yang gemetar hebat dan tangan yang menutupi telinganya, berharap suara-suara yang terus bermunculan di otaknya segera menghilang saat itu juga. Peluh membasahi seluruh tubuh pria itu dan menetes turun seperti bulir darah. Mata hazel terangnya yang terbuka lebar--setengah melotot--terlihat memerah dan bergetar. Di depan Arxen telah berdiri sosok pria misterius yang tubuhnya terlihat bersinar dengan cahaya tipis yang menyelimuti. Rambut seputih salju yang dimiliki pria itu panjangnya nyaris mencapai mata kaki, dilengkapi dengan mata abu-abu yang menatap Arxen tanpa riak apa pun. "Aruna ... mati lagi." Suara serak Arxen terdengar pelan bahkan nyaris seperti bisikan. "Aku ... gagal menyelamatkannya lagi." "Sejak awal, ini memang tidak mudah." Pria di depan Arxen menghela napas pelan. Kedua tangannya dia lipat di depan dada saat kepalanya menunduk sedikit pada Arxen yang terlihat berantakan. "Apalagi, kepribadian aslimu terlal
Baca selengkapnya
3. Titik Awal Yang Sama
Pelan-pelan, kelopak mata itu mulai terbuka hingga menampilkan iris hazel terang yang indah. Mengangkat wajah dari buku yang menjadi bantal tidurnya, seorang anak laki-laki dengan rambut marigold itu mengerjap berkali-kali untuk memfokuskan pandangannya yang masih mengabur. Butuh beberapa detik agar kesadarannya bisa kembali pulih seutuhnya. Menoleh ke kanan-kiri, terlihat bahwa sekelilingnya penuh dengan rak-rak raksasa berisi ratusan bahkan mungkin ribuan buku dengan berbagai jenisnya masing-masing. Kembali meluruskan pandangan, dia mendapati berbagai jenis buku yang terbuka dan memenuhi meja di depannya. Mulai dari buku strategi perang, ilmu politik, sejarah terbentuknya kekaisaran, hingga buku usang yang sempat dijadikan bantal tidurnya tadi. Sebuah buku arkais berjudul "Sejarah Kerajaan Kuno Ellverho". Sudah dipastikan kalau dia sekarang tengah berada di sebuah perpustakaan besar nan megah. Lalu karena suasana di sekitarnya sepi dan tak seorang pun dapat dilihat oleh mata hazel
Baca selengkapnya
4. Ujian Dari Sang Permaisuri
"Kalau begitu, harapanmu itu pasti berkaitan dengan hal yang Ibu inginkan darimu." Bellanca menebak tepat sasaran. Di sisi lain, diamnya Arxen membuat Bellanca jadi lebih yakin bahwa harapan yang dibilang putranya itu pasti berkaitan erat dengan keinginan Bellanca, atau setidaknya, harapan Arxen bisa dengan mudah diraih putranya saat dia berhasil memenuhi keinginan Bellanca.Bellanca sangat mengenal Arxen. Bagaimana pun, Bellanca sendiri yang merawat dan membesarkan Arxen, jadi dia tahu semua isi pikiran anak itu. Selama ini Arxen sering menolak keinginan Bellanca karena anak itu merasa apa yang diinginkan ibunya tidak sesuai dengan harapannya. Jadi Arxen tidak akan mungkin mengubah pikirannya hanya dalam semalam, jika tidak ada hal kuat yang mendasarinya. "Baiklah!" Bellanca bertepuk tangan sekali. Arxen jadi kembali fokus. "Ibu akan mengajukan pertanyaan padamu lagi, seperti kemarin.""Silakan tanyakan apa saja, Ibu." Arxen tersenyum percaya diri. "Aku pasti akan bisa menjawab se
Baca selengkapnya
5. Kisah Usang Yang Tragis
Kerajaan Kuno Ellverho. Sebuah kerajaan yang berdiri hampir seribu tahun lalu, tepatnya saat sebelum Kekaisaran Hillario yang sekarang terbentuk. Dikisahkan bahwa kerajaan itu ada pada masa di mana sihir berada pada puncaknya, dan masa di mana berkat langsung dari para dewa dan dewi tidak lepas dari kehidupan sehari-hari manusia pada zaman itu. Berdasarkan hal itu, dikatakan juga bahwa diantara keturunan keluarga Kerajaan Ellverho, pasti akan ada satu orang yang menerima berkat dari sang dewa perang. Masa saat kerajaan itu berdiri sangat berbeda dengan sekarang. Semua hal yang dianggap biasa di masa itu, sekarang menjadi sesuatu yang langka, atau juga mustahil untuk didapatkan. Itu juga salah satu alasan kenapa Arxen awalnya menganggap Kerajaan Kuno Ellverho sebenarnya hanyalah dongeng buatan seseorang. Karena semua yang menyangkut Kerajaan tersebut sangatlah misterius dan luar biasa. Tidak bisa dipahami dan dijelaskan dengan hal yang ada sekarang.Tapi semakin terang sebuah cahaya
Baca selengkapnya
6. Pertemuan Pertama Mereka
"Bangsawan Evanthe memberi salam pada Yang Mulia Permaisuri, dan sang bintang Kekaisaran, Yang Mulia Pangeran." Sekelompok orang menunduk memberi hormat dengan serentak. Dipimpin oleh seorang pria yang usianya sudah tidak muda lagi, dan diikuti oleh anggota keluarganya dan beberapa pelayan yang mengikut mereka untuk menyambut sang bulan dan bintang Kekaisaran."Tegakkan badan kalian." Bellanca memberi senyuman formalnya setelah orang-orang di depannya melakukan seperti yang dia perintahkan. Dia lalu mulai berucap lagi, "aku ingin berterima kasih karena kau menyetujui kunjunganku ini, Grand Duke. Kalian pasti telah melewati waktu yang sibuk karena kunjunganku dan putraku ke mari.""Itu tidak benar, Yang Mulia. Justru keluarga Evanthelah yang beruntung karena Anda berdua mau datang ke kediaman kami. " Pria tua itu menjawab dengan rendah hati. "Tentu sudah sepatutnya kami melakukan yang terbaik untuk menyambut Anda dan Yang Mulia Pangeran." Pria tua itu bersikap dengan sangat baik dan
Baca selengkapnya
7. Arxen dan Aruna
"Perbuatan tidak sopan macam apa ini, Aruna?!" Teriakan murka Beroz membuat sang putri yang masih kecil berjengit kaget. Gadis kecil itu meringis kesakitan saat sang ayah menarik kasar tangannya, dan hanya bisa menunduk takut saat wajah ayahnya terlihat menyeramkan di matanya. "Bukankah ayah sudah menyuruhmu untuk diam di kamarmu hari ini?!" Beroz masih saja meluapkan amarahnya pada Aruna. Seolah tidak peduli pada sekelilingnya, dia terus saja meneriaki putrinya yang kini terlihat ketakutan. "Kau selalu saja membuatku malu!""Kalian juga! Dasar orang-orang tidak berguna!" Kali ini Beroz memarahi para pelayan Aruna. Dia berdecih pada mereka, "mengurus seorang anak saja tidak becus! "Sialan. Kurang ajar. Dasar sampah.Arxen terus mengumpati Beroz dalam hatinya. Arxen dengan wajah bocahnya itu terlihat geram. Tangannya terkepal erat saat dia menimbang antara apakah dia harus memukul Beroz hingga pria itu mati di sini dan menerima semua konsekuensi nantinya, atau dia hanya harus menggun
Baca selengkapnya
8. Arxen dan Aruna (b)
Angin yang bertiup melewati celah pepohonan membuat rambut lilac Aruna melambai-lambai. Namun gadis kecil itu seperti tak memedulikannya. Dia dengan semangat menarik Arxen untuk masuk lebih dalam lagi ke taman luas yang terletak di samping kediaman itu. Banyak bunga yang bermekaran dengan indah di taman itu, tapi semuanya seolah tidak bisa menarik perhatian Arxen yang sejak tadi hanya melihat pada sosok Aruna. Hanya Aruna dan Aruna. Satu-satunya yang ada di mata hazel itu hanya Aruna saja, seolah hal lain tidak menarik perhatiannya. "Nah, kita sampai!" Aruna melepaskan tarikannya pada Arxen saat mereka telah berhenti di tengah taman. Tidak memberi kesempatan pada Arxen untuk membuka mulutnya, Aruna segera membawa Arxen untuk duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana. "Kakak tunggulah di sini, aku akan mengambil bunga untuk kita berdua.""Tidak, tunggu dulu." Arxen buru-buru menahan tangan Aruna sebelum gadis kecil itu benar-benar melesat pergi. Arxen tersenyum geli. Aruna k
Baca selengkapnya
9. Kedekatan Yang Mulai Tercipta
"Genio Evanthe dan Gielza Evanthe memberi salam pada sang Bulan yang agung, Yang Mulia Permaisuri."Bellanca memerhatikan dua anak yang baru masuk dan memberi salam padanya. Yang satu adalah seorang anak laki-laki berambut lilac, dan yang satu lagi adalah seorang anak perempuan berambut cokelat. Mereka adalah anak kembar keluarga Evanthe, kakak dari Aruna. Usia mereka dua tahun lebih tua dari Arxen. "Kemari, duduklah di dekatku agar aku bisa melihat kalian dengan mudah." Bellanca memasang senyum ramahnya. Mendengar ucapan sang permaisuri, dua anak itu tanpa ragu segera mendekat dan duduk di sofa samping permaisuri, berhadapan dengan kedua orang tua mereka. "Mereka berdua adalah anak-anak kebanggaan Evanthe, Yang Mulia." Macario terlihat percaya diri saat dia mulai memuji kedua cucunya itu. "Genio telah menunjukkan kepintarannya sejak dia masih berumur delapan tahun, dan juga bakat pedangnya sejak umurnya masih sepuluh tahun. Saat ini, sihir pedangnya juga tumbuh dengan sangat baik d
Baca selengkapnya
10. Kekejaman Yang Pertama Kali Dialami
Sebagai seseorang yang terlahir dengan menyandang nama Evanthe, Aruna dipaksa hidup dengan berbagai peraturan yang tidak bisa dia pahami. Aruna tidak diijinkan keluar dari kediaman. Kata orang tuanya, dunia luar itu keras. Aruna yang masih kecil dan belum membangkitkan kekuatannya tidak boleh menginjakkan kaki di luar kediaman agar tidak mempermalukan nama keluarga Evanthe.Akibatnya, selama ini Aruna tidak mempunyai teman yang seumuran dengan dirinya. Ada begitu banyak larangan dan tuntutan yang diberikan padanya. Membuat Aruna rasanya jadi tidak bisa bergerak dengan bebas. Namun, Aruna yang masih kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak terlalu mengerti dengan hal lain selain bermain, makan, tidur, dan bermain lagi. Jadi, Aruna yang masih berumur tujuh tahun hanya bisa menuruti semua ucapan yang dilontarkan oleh orang tua dan kakeknya. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya Aruna bertemu dengan seorang anak yang bukan bagian dari keluarganya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status