Home / Romansa / Obsesi Sang Pangeran / 4. Ujian Dari Sang Permaisuri

Share

4. Ujian Dari Sang Permaisuri

Author: Cyra Arluna
last update Last Updated: 2023-06-01 05:41:38

"Kalau begitu, harapanmu itu pasti berkaitan dengan hal yang Ibu inginkan darimu."

Bellanca menebak tepat sasaran.

Di sisi lain, diamnya Arxen membuat Bellanca jadi lebih yakin bahwa harapan yang dibilang putranya itu pasti berkaitan erat dengan keinginan Bellanca, atau setidaknya, harapan Arxen bisa dengan mudah diraih putranya saat dia berhasil memenuhi keinginan Bellanca.

Bellanca sangat mengenal Arxen. Bagaimana pun, Bellanca sendiri yang merawat dan membesarkan Arxen, jadi dia tahu semua isi pikiran anak itu. Selama ini Arxen sering menolak keinginan Bellanca karena anak itu merasa apa yang diinginkan ibunya tidak sesuai dengan harapannya. Jadi Arxen tidak akan mungkin mengubah pikirannya hanya dalam semalam, jika tidak ada hal kuat yang mendasarinya.

"Baiklah!" Bellanca bertepuk tangan sekali. Arxen jadi kembali fokus. "Ibu akan mengajukan pertanyaan padamu lagi, seperti kemarin."

"Silakan tanyakan apa saja, Ibu." Arxen tersenyum percaya diri. "Aku pasti akan bisa menjawab semua pertanyaan Ibu dengan tepat."

"Kuharap juga begitu." Bellanca terkekeh pelan. "Kalau begitu ... mari kita mulai."

Arxen mengangguk sekali pertanda bahwa dirinya telah siap. Bellanca tampak berpikir sejenak. Dia sedang mencari pertanyaan yang kemungkinan sulit untuk dijawab oleh putranya.

"Pertanyaan pertama." Bellanca memulai tesnya. "Coba kau jelaskan pada umur berapa Kaisar Hillario III mendapat lemparan batu dari rakyatnya, dan alasan perbuatan yang dilakukan rakyat itu."

"Pada umur yang ke-33. Semua orang tahu kalau Kaisar Hillario III dianggap sebagai salah satu Kaisar yang kepemimpinannya dianggap paling gagal." Arxen mulai menjawab tanpa ragu. "Kaisar Hillario III hanya memerintah selama lima tahun dan selama masa kepemimpinannya, ekonomi Kekaisaran mengalami penurunan yang sangat drastis. Hillario III sama sekali tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Setelah berhasil naik takhta, dia hidup berfoya-foya dan mengabaikan semua pekerjaan yang menumpuk sejak kepemimpinan Kaisar sebelumnya."

"Pada masa itu, cuaca yang sangat buruk melanda Kekaisaran hingga membuat rakyat gagal panen dan tidak bisa membayar pajak." Arxen terus menjelaskan dengan lancar. Penjelasan terperinci seolah dia menyaksikan langsung kisah itu. "Rakyat sudah berkali-kali meminta Kaisar untuk menangani masalah yang terjadi akibat cuaca buruk tersebut, tapi Kaisar Hillario III sama sekali tidak peduli dan mengabaikan rakyatnya. Dia justru mengancam rakyat agar segera membayar pajak kalau tidak ingin dibunuh. Saat itu, seorang anak yang kesal dengan kesombongan Hillario III melemparinya dengan batu. Setelah itu, rakyat yang lain berbondong-bondong ikut melemparinya hingga dia mati."

"Pada akhirnya, itu menjadi salah satu aib bagi keluarga Kekaisaran sampai saat ini."

"Pangeranku ini benar-benar telah berubah, rupanya." Bellanca mengomentari dengan tatapan yang bersinar. "Padahal kemarin kau kesusahan menjawab pertanyaan semudah ini, tapi kali ini kau menjawab dengan sangat tepat. Sepertinya, kau benar-benar telah belajar dengan baik."

Arxen mengangguk. "Aku memang telah berusaha keras untuk ini, Ibu."

"Kalau begitu, pertanyaan selanjutnya." Bibir Bellanca semakin tertarik ke atas. "Ceritakanlah padaku tentang masalah leluhur keluarga Evanthe yang membantu kudeta pada saat pemerintahan Kaisar Hillario IX."

Tubuh Arxen sempat terdiam saat mendengar pertanyaan kedua dari Ibunya--atau mungkin lebih tepatnya, saat dia mendengar nama keluarga yang sangat tak asing di telinganya.

Evanthe. Bangsawan tinggi Evanthe, keluarga yang posisi dan kedudukannya hanya satu tingkat di bawah keluarga Kekaisaran sehingga secara tak langsung sering dilihat sebagai ancaman. Bukan hal yang baru lagi jika para kaisar pasti akan mewanti-wanti para penerus mereka untuk selalu mewaspadai keluarga Evanthe yang terkenal dengan kekuatan sihirnya yang sangat besar bahkan melebihi sihir yang dimiliki keluarga kekaisaran.

Semua Kaisar dari generasi ke generasi pasti akan menempatkan keluarga Evanthe di dekat mereka untuk diawasi tanpa terlihat mencolok, tapi juga dengan tetap memastikan bahwa ada jarak yang memisahkan agar mereka tidak akan lengah.

Arxen pun sangat mengenal keluarga itu setelah dia melewati banyak perputaran waktu kehidupan. Apalagi, Evanthe adalah tempat darimana Aruna berasal.

Ya, Aruna Evanthe, merupakan seorang Nona Bangsawan yang sangat dihormati karena merupakan keturunan langsung dari keluarga itu.

"Ada apa, Arxen? Kau tidak bisa menjawab pertanyaan ini?"

Lamunan Arxen jadi buyar saat mendengar suara ibunya. Meluruskan pandangan lagi, dia jadi bisa melihat tatapan yang seperti menuntut ke arahnya itu.

"Aku akan menjawabnya." Bocah itu lantas menarik napas panjang. Dia mempersiapkan dirinya lagi, lalu mulai menjawab pertanyaan dari sang ibu.

"Menurut apa yang kupelajari, kudeta yang terjadi pada pemerintahan Kaisar Hillario IX sebenarnya dipelopori oleh adiknya sendiri, yang pada akhirnya menjadi Kaisar Hillario X. Pada saat itu, pemimpin keluarga Evanthe memutuskan untuk membantu karena mereka juga merasa tidak puas atas pemerintahan dari Hillario IX yang membuat Kekaisaran ini hampir jatuh." Arxen memberi jeda selama beberapa detik saat tatapan matanya terlihat menerawang. "Hillario IX dianggap memiliki kepribadian yang lemah. Karena umurnya yang masih muda saat menerima mahkota Kaisar, dia yang merasa tidak percaya diri cenderung hanya selalu tunduk dan mengikuti semua ucapan penasehatnya. Hal itu membuat korupsi terjadi di mana-mana, para pejabat istana yang tidak kompeten karena dipilih hanya berdasarkan hubungan baik mereka dengan penasehat raja saja."

Bellanca benar-benar terlihat menikmati. Matanya menyala dengan antusiasme yang cukup mencolok saat putranya yang kemarin sangat susah menjawab satu pertanyaan saja, hari ini secara ajaib bisa menjawab pertanyaan yang diajukan dengan penjelasan yang tepat dan tanpa terlihat gugup sedikit pun.

Bellanca jadi penasaran. Sebenarnya, apa yang terjadi hingga putranya berubah sebanyak ini? Memangnya harapan apa yang didambakan putranya hingga memunculkan perubahan sebesar ini dalam diri putranya yang sebelumnya memiliki hati dan pemikiran yang sangat lemah.

Dia ... jadi ingin tahu.

Tapi yang terpenting, Bellanca bisa merasakannya dengan jelas sekarang. Bahwa putranya benar-benar telah berubah, dan mulai berani mengambil langkah maju.

Kini, Arxen mulai bersikap layaknya seorang pangeran sejati.

"Pada akhirnya, kudeta bisa berhasil dengan cukup mudah karena campur tangan keluarga Evanthe."

Arxen mengakhiri penjelasannya. Bocah itu memberi Bellanca tatapan percaya dirinya.

"Bagaimana, Ibu? Apakah jawabanku sudah cukup memuaskan Ibu?"

"Kau berhasil melampaui ekspektasiku hari ini." Bellanca mengakuinya dan tertawa pelan. Wanita itu lalu mengambil cangkir tehnya dan menyesap cairan yang sudah mendingin itu.

Setelahnya, Bellanca kembali meletakkan cangkirnya di atas meja dan melihat Arxen lagi. "Sayangnya, Ibu masih punya satu pertanyaan terakhir."

"Aku pasti akan menjawabnya dengan benar lagi."

"Ah, ibu suka kepercayaan dirimu. Tapi pertanyaan kali ini akan berbeda dari pertanyaan sebelumnya."

"Apa itu, Ibu?"

"Kau tahu, kan, kalau Ibu sangat suka dengan cerita tentang kerajaan kuno Ellverho?"

Arxen mengerjap beberapa kali. Mendengar nama dari sebuah kisah yang lebih cocok disebut dengan dongeng sejarah. Entah mungkin sudah ribuan kali dia mendengar dan diajari oleh ibunya tentang kisah itu.

Dia tahu Ibunya memang sangat menyukai kisah tentang kerajaan kuno itu, sampai Ibunya juga menyuruhnya membaca buku tentang itu. Arxen sebenarnya tidak tertarik, tapi karena Ibunya menyuruh, Arxen terpaksa harus mempelajari hal yang bahkan sudah tidak lagi diajarkan oleh para pengajar istana.

"Apa pertanyaan kali ini menyangkut itu?" Arxen bertanya.

"Ya, kau sangat tepat." Bellanca tersenyum lebar hingga ke matanya. "Ibu ingin kau mengisahkan sejarah tragis itu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Sang Pangeran   59. Bantuan Yang Dia Berikan

    Saat pagi telah tiba, Aruna bangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan dibanding biasanya. Gadis itu tersenyum senang saat memulai hari di kamar baru yang dia akan tempati sementara kamarnya sedang dalam perbaikan. Dengan terbongkarnya sihir Aruna semalam, perlakuan yang dia terima di kediaman ini jadi berbeda. Jelas sekali terlihat bahwa para pelayan jadi semakin segan terhadap Aruna, dan beberapa bahkan seperti menjauh karena takut dengan kekuatannya. Aruna yakin, gara-gara kejadian ini keluarga terlebih kedua kakaknya pun jadi harus berpikir ribuan kali untuk mengganggu dirinya karena takut dengan sihir besar yang dia miliki. Bahkan kedua orang tuanya sekarang tidak bisa berlaku semena-mena. Mereka jadi menahan diri apalagi saat Macario secara terang-terangan menunjukkan dukungan dan keberpihakannya pada Aruna. Bisa dibilang, hidup Aruna di kediaman ini mulai berubah ke arah yang semakin baik hanya karena Aruna menunjukkan kemampuan sihir yang selama ini ditutup-tutupinya. Sa

  • Obsesi Sang Pangeran   58. Amukan Sihir Yang Telah Bebas

    "Aku akan mengirimkan para pelayan yang akan melayanimu. Mereka akan kutugaskan untuk melindungimu dari kejahatan yang dilakukan oleh keluargamu. Mereka akan terus memberi laporan padaku, selain itu kita juga bisa tetap berhubungan. Kau hanya perlu menitipkan suratmu pada mereka, Aruna."Waktu telah banyak berlalu dan mengubah banyal hal, namun Aruna masih mengingat dengan jelas ucapan Arxen yang diucapkan lebih dari enam tahun yang lalu, tepatnya setelah Arxen menyampaikan perpisahannya dan 'menghilang' dari pandangan Aruna. Saat itu, pemuda yang paling Aruna percayai dan yang menjadi tempatnya bergantung itu tiba-tiba saja mengatakan sesuatu yang membuat Aruna langsung kecewa. Arxen keluar dari area yang dapat dijangkau oleh Aruna. Seperti janjinya, Arxen memang mengirimkan beberapa pelayan sebagai gantinya. Awalnya para pelayan itu memang melayani Aruna dengan baik dan menentang siksaan yang ditujukan pada Aruna. Aruna dilindungi oleh mereka dengan membawa nama Arxen. Semua berjal

  • Obsesi Sang Pangeran   57. Perpisahan Yang Dihadapi

    Aruna melangkah ringan di koridor panjang kediaman Evanthe. Gadis itu bersenandung pelan, sedang bibirnya mengulas senyum bahagia. Suasana hati gadis itu terlihat sangat bagus kali ini, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir ini. Di belakangnya, para pelayan dengan setia mengikuti ke mana kaki sang Nona akan melangkah. Aruna lalu mempercepat langkah kakinya dan berhenti tepat di ujung tangga. Sedikit menunduk, Aruna melihat pintu kediamannya yang masih tertutup. Menoleh pada pelayan yang kini sudah ada di sampingnya, Aruna bertanya dengan tidak sabaran, "apa sudah ada kabar dari Arxen lagi? Kapan dia akan sampai?" "Tidak ada kabar lain yang datang, Nona." Salah satu pelayan yang paling senior di antara mereka menjawab. "Kabar terakhir yang diterima hanya surat yang memberi tahu kalau Yang Mulia Pangeran akan berkunjung sore ini." Aruna langsung mendesah meski pelan. Jelas sekali ada kekecewaan yang timbul di raut wajahnya. Dia kembali meliha

  • Obsesi Sang Pangeran   Sedikit Catatan

    Halo, ini Cyra Arluna. Tujuan saya buat bab catatan ini sebenernya karena catatan yang bisa ditambahin perbab itu limit cuma bisa 150 words, sedangkan catatan penulis saya kali ini ada dua kali lipatnya hehehe. Saya rasa ini penting untuk disampaikan, dan dulu sudah pernah saya sampaikan di pf sebelah juga.Di cerita ini saya mengangkat beberapa isu-isu yang sebenarnya sangat disayangkan tapi mungkin orang di sekitar kita atau bahkan kita sendiri gak sadar pengaruh besar yang dihasilkannya. Contohnya pola asuh keluarga Aruna yang buruk akan berdampak pada pertumbuhan Aruna yang pasti akan punya cara berpikir dan bertindak yang melenceng. Saya pengen orang-orang makin sadar kalau pola asuh itu salah satu aspek paling penting yang berpengaruh pada pertumbuhan suatu individu. Gak perlu cara ekstrim kayak keluarga Aruna. Dengan beberapa hal simpel kayak ngebanding-bandingin anak, susah ngasih apresiasi dan selalu menekan anak untuk menjadi sosok yang terbaik, bahkan nakut-nakutin pun

  • Obsesi Sang Pangeran   56. Trauma Yang Menyiksa

    "Eissha."Suara berat seorang lelaki yang menyebut namanya membuat tubuh wanita itu menegang seketika. Tangannya berubah jadi sedingin es saat dia merasa takut. Trauma yang masih cukup membekas dalam ingatannya membuat dia rasanya ingin segera pergi dari sini untuk menghindari si pemanggil. "Eissha!" Suara Beroz meninggi saat wanita bersurai kuning lemon di depannya tidak juga membalikkan badan untuk menghadapnya. Beroz menggeram. Dia mengusir semua pelayan yang ada di sana lalu melangkahkan kaki menghampiri Eissha yang tubuhnya jadi sedikit gemetaran. Pria itu tiba-tiba menarik kuat pergelangan tangan Eissha, memaksa gadis itu untuk melihatnya. "Apa kau berniat mengabaikanku sekarang?!" Beroz terlihat marah. Memandang nyalang pada wanita itu. "Beraninya kau?!""Ti-tidak." Eissha menggeleng keras dengan wajah yang pasi. "A-aku ti-dak--""Jangan kau lupakan! Aku telah membelimu dengan harga yang sangat mahal."Beroz tiba-tiba memajukan wajah, membuat tubuh Eissha semakin gemetar. Ba

  • Obsesi Sang Pangeran   55. Dua Bunga Yang Mulai Layu

    Banyak hal yang berubah di kediaman Evanthe sejak kedatangan selir baru Beroz. Wanita yang usianya masih pertengahan kepala dua, memiliki paras cantik yang tentunya lebih segar dari Yeslyhn. Wanita bernama Eissha Deviella yang merupakan satu-satunya putri yang terlahir bagi Count Deviella. Memiliki penampilan menarik dengan rambut berwarna kuning lemon dan mata hijau terang. Banyak pelayan yang awalnya enggan berdekatan dengan wanita itu karena takut dengan amukan Yeslyhn. Namun mereka yang ditugaskan langsung untuk melayani wanita itu tidak bisa menghindar. Dengan terpaksa, mereka harus melayaninya dengan baik dan selalu berada di dekatnya. Terlebih, wanita itu sedang hamil. Mengandung anak Beroz yang setelah lahir nanti pasti akan menyandang nama Evanthe dan menikmati semua kemewahan dan kekuasaan yang pantas dimiliki oleh seorang Evanthe. Awalnya, para pelayan yang melayaninya memandang Eissha dengan tatapan yang buruk. Apalagi desas-desus yang beredar di kediaman adalah Eissha y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status