Share

5. Kisah Usang Yang Tragis

Kerajaan Kuno Ellverho.

Sebuah kerajaan yang berdiri hampir seribu tahun lalu, tepatnya saat sebelum Kekaisaran Hillario yang sekarang terbentuk.

Dikisahkan bahwa kerajaan itu ada pada masa di mana sihir berada pada puncaknya, dan masa di mana berkat langsung dari para dewa dan dewi tidak lepas dari kehidupan sehari-hari manusia pada zaman itu. Berdasarkan hal itu, dikatakan juga bahwa diantara keturunan keluarga Kerajaan Ellverho, pasti akan ada satu orang yang menerima berkat dari sang dewa perang.

Masa saat kerajaan itu berdiri sangat berbeda dengan sekarang. Semua hal yang dianggap biasa di masa itu, sekarang menjadi sesuatu yang langka, atau juga mustahil untuk didapatkan.

Itu juga salah satu alasan kenapa Arxen awalnya menganggap Kerajaan Kuno Ellverho sebenarnya hanyalah dongeng buatan seseorang. Karena semua yang menyangkut Kerajaan tersebut sangatlah misterius dan luar biasa. Tidak bisa dipahami dan dijelaskan dengan hal yang ada sekarang.

Tapi semakin terang sebuah cahaya, maka bayangan yang tercipta pun pasti akan semakin pekat.

Nyatanya, kerajaan yang agung seperti Ellverho mempunyai kisah tragisnya sendiri. Itu juga menjelaskan kenapa kerajaan itu kini menghilang dan digantikan dengan Kekaisaran.

Dengan sedikitnya bukti dan catatan-catatan mengenai keberadaan kerajaan itu, tidak banyak pengetahuan yang bisa mereka dapatkan. Namun informasi terbatas itu tampaknya cukup untuk menggambarkan kisah tragis yang pernah terjadi di masa lampau tersebut.

"Jadi, hal tragis apa yang terjadi?" Mata Bellanca terlihat tidak sabar menanti jawaban dari sang putra.

"Kerajaan itu runtuh karena perang dan raja terakhirnya yang tidak bisa memiliki keturunan." Arxen menjawab setelah menghela napas panjang. "Ada rumor yang beredar beberapa tahun sebelum runtuhnya kerajaan."

"Rumor apa itu?"

"Rumor tentang kerajaan yang dianggap mulai mendapat kutukan setelah raja dari beberapa generasi sebelumnya jatuh cinta pada seorang putri kerajaan tetangga, dan membantu sang putri yang diberi julukan 'putri yang haus darah' itu menghancurkan kerajaannya sendiri. Hal itu membuat dewa marah dan menarik berkatnya bagi keluarga kerajaan. Sejak saat itu, keluarga kerajaan mulai mengalami kehancuran dan penurunan kekuatan sihir yang jumlahnya semakin hari jadi semakin sedikit."

Arxen sebenarnya tidak terlalu yakin, tapi jika yang tertulis di buku itu benar, jika sang putri yang dibawa raja untuk menjadi ratunya itu benar-benar adalah sosok kejam yang tega melenyapkan kerajaannya sendiri tanpa ragu, maka Arxen berpikir kalau sifat kejam Aruna cukup mirip dengan sang ratu, meski Aruna tentu tidak segila ratu Ellverho yang membunuh hanya karena memenuhi nafsu membunuhnya semata.

Tidak seperti ratu yang hanya menginginkan kesenangan dari membunuh, Aruna punya alasan sendiri untuk setiap perbuatannya. Meski Aruna tentu tidak ragu melakukan hal ekstrim dan bengis sekali pun hanya untuk memberi pembalasan bagi para musuhnya.

Arxen lalu melanjutkan penjelasannya. "Puncaknya adalah saat kerajaan itu dihancurkan oleh Hillario I yang sebenarnya juga masih memiliki darah keluarga kerajaan Ellverho di tubuhnya, meski dia bukan berasal dari keturunan langsung."

"Pada akhirnya, Kekaisaran Hillario berhasil dibangun sekitar beberapa puluh tahun setelah kerajaan Ellverho dilenyapkan." Arxen mengakhiri penjelasanya dan kembali melihat ke Ibunya yang kini tersenyum lebar.

Sejujurnya, Arxen tidak tahu apakah jawabannya kali ini bisa membuat Ibunya merasa puas atau tidak. Sekali lagi, Arxen berbeda dari Ibunya yang sangat menyukai kisah kuno ini. Arxen sebenarnya tidak tertarik dengan hal semacam ini karena yang ada di pikirannya hanyalah tentang Aruna saja.

"Ibu senang kau mempelajari sejarah Kerajaan ini dengan baik."

Kali ini, aura Bellanca terasa berbeda. Wanita itu terlihat lebih 'hangat' dan terbuka dibanding tadi.

"Apa kau tahu, Arxen?" Sorot mata wanita itu untuk sesaat seperti berisi sebuah sinar kekaguman. "Lyre dan harpa yang disimpan dengan sangat baik di ruang penyimpanan harta Kekaisaran itu sebenarnya merupakan benda peninggalan kerajaan kuno itu. Kedua benda itu adalah milik dari sang ratu."

Arxen terlihat cukup terkejut. Hal yang disampaikan Ibunya ini baru pertama kali dia dengar.

Meski Arxen sudah banyak kali melihat kedua benda musik itu, tapi tak sekali pun Arxen mendengar kalau kedua benda itu berasal dari masa yang seperti dongeng tersebut.

"Konon, ratu yang dikenal sebagai sosok kejam itu merupakan seseorang yang sangat suka dengan musik." Bellanca menghembuskan napas sambil berdiri dari duduknya. "Cukup disayangkan dia selalu mendapat penilaian buruk dan disebut pengikut iblis oleh para rakyat karena perbuatannya pada kerajaannya sendiri."

"Perbuatannya itu memang akan sulit diterima rakyat karena mereka pasti takut dan bertanya-tanya: bagaimana jika kerajaan mereka yang akan menjadi korban selanjutnya?" Arxen mengangguk setuju.

"Putraku ini benar-benar telah berubah banyak hanya dalam semalam, ya."

Bellanca berjalan mendekati Arxen. Tatapan hangat yang dilayangkan dan senyuman bangga yang menghias bibirnya. Bellanca memuji, "kau membuatku merasa sangat bangga. Sekarang, aku jadi semakin yakin kalau kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu sebelumnya. Dan aku harap, kau akan tetap seperti ini, Arxen."

"Tentu saja." Arxen mengangguk yakin. "Mulai hari ini aku akan mulai melangkah untuk melewati jalan yang memang sudah sejak sebelumnya tercipta untukku."

Karena ini adalah kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Aruna.

"Ibu sangat menantikannya. Kau tahu itu, kan?" Bellanca menyeringai samar. "Jangan ragu untuk meminta bantuan apa pun pada Ibumu ini, mengerti? Aku pasti akan melakukan segalanya untuk membawamu tiba di titik akhir dan menjadi satu-satunya pemenang."

"Ya, Ibu. Akan kulakukan."

Arxen sama sekali tidak meragukan ucapan ibunya. Arxen sangat mengenal Ibunya, apalagi dia telah melewati banyak putaran waktu dan menjalani kehidupan yang sama berulang kali. Arxen sangat tahu, kalau Ibunya itu akan benar-benar melakukan segalanya untuk membawa Arxen duduk di puncak.

Ibunya tidak akan ragu sedikit pun. Wanita itu juga tidak akan mundur apa pun alasannya. Karena itu, di kehidupan kali ini Arxen telah bertekad untuk memercayai Ibunya, dan meminta uluran tangan dari wanita itu.

Kehidupan ini adalah kesempatan terakhir untuknya. Arxen akan benar-benar menghilang jika kali ini dia gagal lagi. Pada akhirnya, semua perjuangannya selama beberapa putaran akan sia-sia jika dia tidak berhasil dalam kehidupan kali ini.

Dan yang terpenting ... Arxen tidak akan bisa membahagiakan Aruna, dia tidak akan bisa hidup bersama gadis yang sangat dia cintai itu jika dia gagal kali ini.

"Ngomong-ngomong, Ibu sebenarnya memanggilmu ke sini bukan hanya untuk mengetes pengetahuanmu saja."

Ucapan Bellanca membuat Arxen membeku dengan jantung yang berdetak sangat kencang.

Hal yang Arxen inginkan dan dambakan setiap kali dia baru mengulang waktu pada akhirnya akan segera terwujud sekarang.

"Ibu ingin mengajakmu ke suatu tempat." Bellanca melanjutkan ucapannya seraya wanita itu memanggil para pelayan yang tadinya dia suruh untuk menunggu di luar.

Arxen jadi tidak sabar. Jantungnya makin menggila saat rasa rindu yang ingin segera memeluk gadis yang dia cintai dengan sepenuh hidupnya itu kembali hadir dengan sangat kuat.

Sang Permaisuri Kekaisaran Hillario lalu kembali melihat pada putranya. Dia tersenyum lebar.

"Ibu ingin kau ikut bersama Ibu ke kediaman Evanthe."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status