Di tengah malam yang dingin, pria berdarah Eropa itu harus puas dipukuli oleh Kejora yang tak terima karena Mike melihatnya mengenakan bikini.
Meski sekarang gadis itu sudah mengenakan handuk yang menutupi hampir seluruh tubuhnya namun tetap saja, Kejora merasa sudah ternodai oleh Mike.
“You are pervert Mike!!!” Lagi-lagi dia berteriak kencang, memekakkan telinga Mike tanpa ampun.
“Wait! Wait! Wait! Please stop Jora, i am just kidding, au! Stop Jora ... stop ....” Mike menangkap kedua pergelangan tangan Kejora yang terdampar di dadanya.
Kejora terdiam, dia membisu karena pandangan netra biru Mike mengunci matanya saat ini.
Wajah Mike yang tampan dengan tatapan intens miliknya tertuju pada Kejora. Kejora membeku, tubuhnya kaku tak bisa digerakkan. Otaknya menjadi lumpuh hanya karena tatapan misteri yang diberikan oleh sang Dewa Adonis saat ini.
Grep! Srek!
Satu hentakan kuat menarik tubuh mungil Kejora menabrak tubuh jangkung Mike saat itu juga.
“Mi—Mike ...,” cicit Kejora merasa gugup bukan main.
“Hm ....”
Bahkan pria itu hanya memeluknya tak intens, namun degup jantungnya malah semakin tak terkendali seiring tangan Mike yang ada di punggungnya saat ini.
Suara sunyi dan senyap disertai desau angin mengalun merdu di tengah malam yang gelap ini. tak ada purnama yang bersinar dan bintang yang kalah terang dengan lampu-lampu para penghuni Bumi saat ini.
Angin yang saling melaju lembut membelai pipi gadis itu. Mulutnya masih terkunci tak bisa memberikan suara walau hanya satu huruf saat ini.
“Kenapa kau berenang malam-malam?” tanya Mike mulai membuka percakapan.
Kejora masih malu mengingat kejadian tadi. Mike mengejeknya habis-habisan karena mendapati dirinya yang berenang tengha malam dengan bikininya.
Ini semua karena Mike yang bertanya-tanya soal seberapa seksi dirinya!
Kejora ingin memarahi Mike, namun tak mampu jika harus mengamuk pada pria bule yang satu ini.
“Karena ... gerah,” cicit Kejora mencoba memalingkan wajahnya agar tak terus-terusan bertatapan dengan Mike saat ini.
“Gerah? Kau bisa terkena demam,” ujar Mike merasa cemas.
Blush! Mendadak wajah Kejora memanas karena rasa cemas yang diberikan oleh Mike saat ini.
Di bawah sinar lampu, Mike dapat melihat bagaimana gadis itu menjadi begitu pemalu. Dia tak pernah tahu kalau Kejora bisa memerah karena godaannya saat ini.
Dia menjadi ingin semakin mengerjai Kejora saat ini.
“Kau ... seksi babe ...,” bisiknya dengan suara serak.
Kejora semakin menegang, namun setelahnya ....
Plak!!!
Telapak tangannya mengenai kulit lengan pria itu sampai mengaduh kesakitan. “Akh!!!” Mike mengaduh.
“Bilang sekali lagi coba?! Kau sengaja mengejekku ya?!” cecar Kejora penuh rasa kesal.
Melihat wajah cemberut Kejora malah semakin terlihat menggemaskan.
Mike setengah berlari menghindari kejaran gadis itu, mereka beberapa kali memutari kolam renang. Satu dari sekian banyak hal, kenapa dia harus menjadi pemeran film India begini sih?!
Kejora kepalang malu dan kesal, dia tak bisa berkata apa-apa lagi selain ingin menghajar mulut si bule.
“Mike! Berhenti!” teriak Kejora mengejar Mike.
Mike hanya tertawa terbahak-bahak. Di dalam hatinya, dia merasa semakin menyukai Kejora.
Pria itu berbalik, merentangkan tangannya menyambut Kejora yang berlari kencang ke arahnya.
“Mi—Mike! Kenapa kamu berhenti?!” Bug! Sontak tubuh mungil Kejora benar-benar berbenturan dengan Mike.
Kepalanya bahkan berbenturan di dada bidang pria itu.
“Awww!!!” Dia mengaduh kesakitan.
Mike sendiri kehilangan keseimbangan, sampai tangannya spontan memeluk tubuh langsing Kejora dan jatuh terguling.
Brugg!! Mereka berdua terjatuh di tanah berumput dan beurntung bagi Kejora yang menimpa tubuh Mike.
“Akh Mike!!”
Kejora mencoba duduk, namun dia lupa kalau dirinya duduk di atas perut Mike.
Mata pria itu membulat penuh, melihat pemandangan yang ada di depannya saat ini. matanya tak lepas barang sedetik pun didampingi dengan tangannya yang malah bertengger manis di pinggang Kejora.
“Sakit tahu Mike!” pekik Kejora merasa kesal dikerjai oleh Mike.
“Ekheum!” Mike berdeham lantas mengalihkan pandangannya.
Ada sekelebat hasrat yang menguar saat matanya melihat handuk kimono yang dipakai Kejora tersibak bersamaan dengan bagaimana buah dada Kejora menyembul di balik bikini hitam yang dipakainya.
“Aku terpaksa bilang ... kau memang seksi, Jora,” lontar Mike sambil tangannya beralih menutupi keningnya sendiri.
Deg!
Kejora terdiam sejenak. Kini dia menyadari kalau dirinya tengah duduk di atas perut sixpack milik pria itu. Handuknya tersibak memperlihatkan paha telanjangnya dan juga ...
Bikininya?!
“Mike!!! Pervert!” buk! Buk! Buk!
Lagi-lagi Kejora memukuli dada Mike, sekuat tenaga meskipun ujungnya Mike tak merasa kesakitan.
“Oke, oke, oke! Sebaiknya kamu kembali ke kamar sebelum terkena demam!” pinta Mike menyudahi bercandaannya.
Meskipun dia harus rela dihantui bayang-bayang keseksian Kejora yang tak pernah ada di tubuh wanita yang pernah dia temui.
“Ah, ya! A—aku harus kembali!”
Kejora membetulkan kimononya dan berlalu, meninggalkan Mike tanpa pamit.
***
Di seberang kolam renang, seorang pria tengah berdiri menonton pertunjukan kejar-kejaran antara pria dan wanita.
Dia seengah berdecih, “cih, konyol sekali,” komentarnya sambil beranjak menarik gorden.
Sayangnya, matanya yang sangat jeli malah melihat jelas sosok Kejora.
“Gadis itu?”
Dia ingat kalau wanita yang tengah duduk di atas perut pacarnya itu adalah wanita yang ada di Baidu? Yang menunggu dijemput sang kekasih di perusahaan miliknya.
“Kejora?” gumamnya mencoba mengingat-ingat jelas.
Buru-buru dia menggulir layar ponselnya, memastikan kembali siapa yang dilihatnya.
“Benar, dia rupanya.”
“Cih! Kenapa kami harus bertemu di sini? Tidak adakah tempat lain yang bisa mereka kunjungi?” Kali ini pria itu kembali mengomel panjang lebar.
Ada rasa tak suka menyaksikan bagaimana wanita itu kesal pada pacarnya sendiri saat ini.
Yang ada di bayangannya kali ini adalah ....
Bahwa dirinya menarik wanita yang mengenakan handuk kimono itu ke atas kasurnya dan menidurinya. Padahal, dia sendiri baru saja selesai menjelajahi dunia hasrat dan menuntaskan nafsunya sendiri bersama wanita cantik. Namun ....
Kenapa dirinya malah ingin sekali mengajak wanita itu tidur dengannya?
“Sudahlah!” desahnya dengan perasaan dongkol.
Pria itu adalah ... Andromeda.
“Sial! Kenapa aku masih memikirkannya sih?!” keluhnya.
Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berada di bawah guyuran shower namun otaknya masih saja berpikir tentang Kejora. Seolah ada penyesalan dimana dirinya tak mengajak wanita itu berkenalan saat mereka bertemu di meeting beberapa bulan yang lalu.
Bug!
Bahkan emosinya meningkat seiring mengingat bagaimana aksi kejar-kejaran sepasang kekasih itu di pinggir kolam renang tadi.
Mendadak dia menginginkan wanita itu menjadi salah satu koleksinya. Seperti sebelum-sebelumnya.
Andromeda menyudahi sesi mandinya. Dia segera berbaring tanpa melepaskan handuknya. Mengabaikan kehadiran wanita cantik di dalam selimutnya dan tidur memunggunginya. Matanya mencoba terpejam agar dia bisa tidur, meskipun rasa penasarannya yang semakin tinggi karena seorang Kejora.
Saat debur ombak mulai menggulung hebat tanpa henti, saat itu juga Kejora harus dibuat terkejut akan apa yang tengah dikatakan oleh Mike saat ini. Di pinggir pantai yang sepi, usai mereka mengendarai motor dan berboncengan, Kejora tak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta mendadak saat ini. Telinganya berdenging saat ini. “I like you, lets we make our relationship?” ucap Mike dengan lantang. Pria itu berdiri di hadapan Kejora dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Namun, di sisi lain dia merasa gugup saat berusaha menyatakan ketertarikannya. Kejora terpekur mendengarnya. Dia diam dengan mata yang berkedip-kedip cepat, namun .... Tidak ada kupu-kupu dalam perutnya yang bergerombol memaksa keluar, meskipun dadanya bergemuruh hebat. Tangannya meraba dadanya sendiri. Seharusnya dia senang karena Mike mengungkapkan perasaannya namun .... Keduanya saling te
Tatapan bingung yang dilontarkan Kejora kepada Kania, Adam dan Mike menjadi satu kesatuan utuh. “Kenapa sih kalian ada di depan pintu?” tanyanya dengan polos saat itu juga. Adam sendiri memilih mencari-cai sesuatu lantas menyentuh kening Kania yang saat ini sudah berbaring. “Kania sakit, dia tak bawa kunci kamar kalian dan ... dia dengan Adam menggedor pintu sampai akupun ikut membantu, aku heran kamu sedang apa sampai tak mendengarnya,” tutur Mike yang kini duduk di sofa mengutak-atik tayangan di televise. “Loh, kamu sakit?!” Kejora terburu-buru menghampiri Kania. Sahabatnya itu sudah bergelung selimut dengan wajah sayunya yang memerah. “Dia hanya demam, kelelahan karena berjalan-jalan tadi,” timpal Adam yang mulai menyodorkan segelas air mineral dan paracetamol. Kania yang masih dongkol dengan Kejora pun memilih duduk sebentar untuk meminum obatnya. Rasa pahit obat sepertinya lebih
Atas keyakinan yang diberikan Kania kepadanya, Kejora pun akhirnya berinisiatif merespon ajakan Andromeda untuk bertemu. Andromeda sendiri begitu bersemangat saat Kejora mau meresponnya. Kejora rupanya bukan wanita neko-neko yang akan jual mahal kepadanya. Atas saran dari Kania, Kejora mengajak bertemu di salah satu klub dekat pantai. Dia dengan bersusah payah mengajak Kania ke mall hanya ingin membeli dress untuk bertemu Andromeda. “Kamu ketemu Mike cuek bebek, sekarang ribut mau beli dress karena mau ketemu Andromeda, aku bingung Mike lebih cakep tapi kamu malah kepincutnya sama pria lokal. Matamu kayaknya eror deh,” omel Kania yang menunggui Kejora. Wanita itu tengah memilih-milih dress. “Ayolah ... aku udah bosan sama muka-muka Eropa,” kilahnya dengan diplomatis. Alasan yang sangat tepat sampai-sampai Kania menyetujuinya. “Iya juga sih, hidupmu 22 tahun di Belanda ya pasti bosen liat bule, coba kalau aku
Puk! Puk! “Kejora?” Deg! Suara berat menyapu indera pendengaran Kejora saat itu juga. Jari-jarinya sampai mencengkram erat kaki gelas yang ramping di meja bar. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya yang begitu berat dan dalam saja sudah membuat jantungnya berdegup hebat, bahkan sebelum dirinya berbalik saja, suara pria itu mampu membuat tubuhnya sudah terpaku, tertarik pada pusat gravitasi yang sudah besar di bawahnya. Mendadak bulu kuduknya berdiri dan belakang tubuhnya meremang. Dengan napas yang bahkan tak bisa didengar, dia berusaha bernapas. Seorang Andromeda sangat berbahaya sampai-sampai gadis itu bah
Andromeda tak lagi bertanya. Mereka berjalan-jalan di pinggir pantai, menikmati pasir pantai dengan permukaan kakinya karena alas kaki mereka yang sudah terlepas dan tertenteng di kedua tangan masing-masing. Sepoy-sepoy angin bergerilya menghantam tubuh Kejora. Gaun wanita itu berkibar-kibar semakin memperlihatkan paha mulusnya saat ini. “Jadi ....” Kejora menoleh pada Andromeda. Matanya menatap intens sisi wajah Andromeda. Pria tampan itu masih memandangi ombak yang bergulung secara immortal. Tak ada yang indah baginya selain menikmati waktu bersama Kejora. Entah kenapa dirinya bisa berpikir begitu saat ini. Suara Andromeda yang menyela lamunan Kejora membuat wanita itu bingung kembali. “Apa kita akan berlanjut untuk bertemu?” Belum apa-apa Andromeda sudah menanyakan. Pria itu bahkan memaki dirinya sendiri yang kehilangan kontrol dan merasa tak sabar atas Kejora. Gadis itu menyelipk
Kejora seketika berdiri mematung saat netra coklatnya menatap sosok Mike yang berdiri di lobby dengan tangan tersarrung di saku celananya. Matanya memandang datar Kejora dan Andromeda yang baru saja pulang. Kejora menahan napasnya dan menghembuskannya tanpa suara sama sekali. Berharap Mike tak mendengarnya dan juga keterkejutannya mampu membuat otot-ototnya melemas sampai tulang rangkanya tak tersangga sama sekali. “Siapa dia?” tanya Andromeda yang memandang dingin Mike, pria yang dia ingat pernah menjemput Kejora di perusahaannya. Ada rasa tak suka dan tak mau kalau Kejora harus bersanding dengan Mike. “Dia ... temanku,” jawab Kejora lirih. “Kenapa tak kau perkenalkan?” tanya Andromeda kembali. Dia menyeringai mantap saat mendapatkan jawaban yang dijamin bukan keinginan Mike disebut teman oleh Kejora. Mike menekan rahangnya sampai giginya saling beradu dan garis rahan
Cklek! Kania memasuki kamar hotel dia dan Kejora saat subuh. Dia menyelinap masuk dan mengendap-endap serta berusaha untuk memelankan langkah kakinya saat ini. Jelas saja dia sampai begitu, karena memang dia habis menginap di kamar Adim, pacarnya. “Semalam berapa ronde?” Deg! Suara dingin Kejora terdengar di telinganya saat ini. “Ya Tuhan, Kejora!” pekiknya merasa terkejut. Dilihatnya Kejora tengah duduk di pojok ruangan dengan lampur tidur yang menyala. Kania mengusap-usap pelan dadanya, meredakan rasa kagetnya saat ini. “Kamu ngapain sih kayak kuntilanak begitu?! Dipojokan, sarungan pakai bedcover putih pula, kamu niat jadi hantu hah?!” sembur Kania yang mencoba menutupi rasa gugupnya. Dia tidak mengira kalau Kejora sudah bangun, eh tapi .... Kania menyipit, menatap intens wajah Kejora yang kusam dengan mata pandanya. “Kamu nggak tidur?” tanyanya.
Kata maaf adalah kata yang tak semua orang bisa mengucapkannya dengan tulus atau bahkan arogansi manusia bisa membuatnya tak mau meminta maaf meskipun perbuatannya salah. Tidak ada yang bisa memastikan seberapa tulusnya perkataan dan perbuatan manusia itu. Sama seperti Kejora yang memandang ragu ke depan. Dia menatap lamat-lamat wajah pria yang ikut serius menatapnya, di netra amber miliknya terdapat riak sesal mendalam. “Lalu apa alasanmu melakukan itu Mike?” tanyanya ingin tahu. Pasca kejadian ciuman paksa yang dilakukan oleh Mike membuat Kejora mau tak mau memilih diam dan menghindar. Satu dari sekian banyak hal yang membuatnya bersikap canggung dan menjaga jarak setelahnya. Mike masih sunyi. Dia kesulitan memilih kata agar tak terdengar kurang ajar nantinya. “Ya, euhm ... sejujurnya aku spontan melakukan hal itu, aku ... cemburu?” Mike kini meragu. Mata Kejora membulat. Tak dapat dipredi