Saat debur ombak mulai menggulung hebat tanpa henti, saat itu juga Kejora harus dibuat terkejut akan apa yang tengah dikatakan oleh Mike saat ini.
Di pinggir pantai yang sepi, usai mereka mengendarai motor dan berboncengan, Kejora tak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta mendadak saat ini.
Telinganya berdenging saat ini.
“I like you, lets we make our relationship?” ucap Mike dengan lantang.
Pria itu berdiri di hadapan Kejora dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Namun, di sisi lain dia merasa gugup saat berusaha menyatakan ketertarikannya.
Kejora terpekur mendengarnya.
Dia diam dengan mata yang berkedip-kedip cepat, namun ....
Tidak ada kupu-kupu dalam perutnya yang bergerombol memaksa keluar, meskipun dadanya bergemuruh hebat. Tangannya meraba dadanya sendiri.
Seharusnya dia senang karena Mike mengungkapkan perasaannya namun ....
Keduanya saling terdiam, Mike berdiri salah tingkah. Tangannya mengusap tengkuknya canggung, baru kali ini dia merasa tak percaya diri akan hatinya juga. Lalu ... menunggu jawaban dari bibir gadis yang berada di hadadapannya itu.
Kejora menghela napasnya pelan, dia sendiri tak bisa berpikir panjang. Melainkan otaknya juga tengah mencari sebuah alasan yang tepat. Dia ingin berkata ya namun terasa janggal dan berkata tidak pun masih tak bisa meyakinkan hatinya untuk tak menyesal.
Semuanya bercampur aduk.
Kejora hanya bisa meringis saja setelahnya.
Belum bisa mendapatkan alasan juga.
Mike paham.
Dia sudah mendapatkan jawabannya.
Wajah bingung Kejora dapat dilihat di maniknya.
“Ya sudah, ayo ...,” ajaknya sambil kembali berjalan menyusuri bibir pantai dengan riak-riak ombak yang berbuih.
“Eh?” Kejora setengah berlari menyamakan langkah kaki Mike saat ini.
Gadis itupun ikut diam tak berkomentar.
Mereka sama-sama berjalan, tanpa alas kaki dan angin terus membelai lembut sampai pakaian mereka berkibar indah.
Mike merasa kecewa, namun dia masih menghargai kehadiran Kejora.
“Mike, give me time to answer,” sela Kejora sembari berhenti, berdiri di belakang Mike.
Mike pun ikut berhenti, dia berbalik menatap bingung Kejora.
Rambut panjang gadis itu berkibar, menutupi sebagian wajah ayuna dan berdirinya Kejora mampu meluluh lantakan perasaannya.
Diam dan kalut.
“Oke,” jawab Mike singkat, tersenyum tampan.
Kejora dapat melihat pesona Adonis yang ada di hadapannya. Dia merasa bahwa Mike tak ingin dia lepaskan, namun bukan hubungan intens yang diinginkannya.
Mike yang berdiri dihiasi bias-bias cahaya jingga matahari yang siap tenggelam menjelang malam membuatnya nampak bak titisan putera Zeus.
“Tak mau pulang kah?”
Kali ini Mike menghampiri Kejora, tersenyum dan mencoba bersikap biasa saja. Dia tak mau melihat wajah kecewa nampak di gadis itu.
Kejora merasa canggung, namun melihat tatapan jenaka Mike dan senyumannya pun mampu menghilangkan rasa canggungnya.
“Hu’um!” Kejora mengangguk bersemangat saat ini.
Dia berjalan di sisi Mike.
Mike tanpa takut, mengangkat lengannya dan merangkul bahu Kejora.
Deg!
Jantung Kejora bertalu, namun kekakuan tubuhnya hanya sejenak sebelum akhirnya dia bersikap biasa saja. Mereka berjalan kembali menuju hotel saat ini, sambil menikmati sore hari yang tentram.
“Bagaimana rasanya? Enak?” Kejora menatap Mike yang tengah melahap sepotong ayam.
Wajah antusias Kejora begitu dekat jaraknya, ditambah dia condong dengan berpangku tangan di meja.
Mike senang melihatnya, menyaksikan kecantikan sang pujaan hati.
Mike mengangguk, kembali melahap ayam betutu yang direkomendasikan oleh Kejora.
“Kamu tak makan?”
Kejora menggeleng pelan, “melihatmu yang makan dengan lahap saja sudah membuatku kenyang,” timpalnya.
“Jangan sok jaim, kau selalu makan banyak saat kita bertemu.”
Kejora meringis mendengarnya, “aku gendut dong?” tanyanya usil.
Sontak Mike tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Matanya yang menyipit berusaha menatap Kejora. “Hahaha, sejak kapan dirimu menjadi gendut? Tinggimu hanya 1,6 meter dan beratmu kurang dari 50 kilogram, itu kurus! Bukan gendut,” ejek Mike.
“Ish!” Kejora berdecih.
“Makanlah.”
Kejora mencomot sebatang demi sebatang kentang goreng yang dipesannya. Kali ini mereka hanya berdua saja karena Kania dan Adam memiliki agenda tersendiri.
***
Lagi dan lagi, Andromeda harus berpapasan dengan Kejora dan pasangannya saat mereka memasuki hotel dan dirinya akan keluar hotel.
Andromeda harus berpuas diri karena Kejora tak mengenalinya saat ini.
Dia kesal.
Seharusnya Kejora meliriknya sebentar sebelum akhirnya tersenyum. Lantas kenapa Kejora hanya berjalan melewatinya saja sambil tertawa mendengarkan bisikan dari pria Eropa itu?!
“Cih!”
Mendengar decihan dari bibir Andromeda, wanita yang tengah menjadi teman kencan Andromeda pun menoleh, merasa janggal dengan tatapan Andromeda yang terus menoleh ke kanan. Dia pun ikut menatap sepasang kekasih itu.
“Kau kenal mereka?” tanyanya pada Andromeda.
“Tidak.”
Jawaban yang dibalas anggukan oleh wanita berambut ikal itu.
“Ayo, nanti kita terlambat,” ajaknya sambil setengah menyeret Andromeda untuk bergegas.
Andromeda hanya berdiri tak berminat sedikit pun. Mereka tengah berada di klub malam, dia hanya menenggak sebotol minuman keras yang tak mampu membuatnya mabuk.
Lagi dan lagi, Andromeda melihat akun milik Kejora di aplikasi dating. Masih cantik.
Matanya mengerjap saat melihat tanda titik hijau. Dia online?
Entah pikirannya tengah berada dimana, yang jelas ibu jarinya malah tak diperintah sekali pun sudah menekan tanda love untuk Kejora.
“Oh shit!” umpatnya mendesis.
Namun, matanya lagi-lagi memandangi foto Kejora.
Tak jauh kondisinya dengan Andromeda, Kejora tengah berbaring sambil mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.
Dia tengah membuka aplikasi dating miliknya dan satu notifikasi muncul saat itu juga.
“Andromeda?” gumamnya.
Ibu jarinya menekan foto profil milik Andromeda.
“Tampan.”
Matanya tak mampu beralih pandangan, terlalu betah memandangi foto Andromeda yang berdiri dengan wajah datar namun karismanya benar-benar kuat.
Seolah-olah Andromeda memiliki satu magnet kuat yang mampu menarik perhatian gadis itu, Kejora hanya bisa diam memandangi dan mengabaikan pesan dari Kania yang minta dibukakan pintu.
Kejora tak mendengar gedoran pintu karena telinganya terpasang headset dan tengah memutar lagu rock kencang-kencang saat ini. Sementara itu, matanya masih saja memandangi foto Andromeda. Sudah berlangsung lebih dari 30 menit.
Matanya terbelalak melihat satu pesan dari Andromeda.
[Good evening, Lady ...,]
Sapaan yang mampu membuat Kejora memekik nyaring.
“Oh Damn!!!” teriaknya sambil bangkit dari ranjangnya.
Satu kalimat sapaan yang mampu membuat perutnya bergolak hebat.
Tanpa menunggu dia membalasnya.
[Hi, good evening, Sir,]
Kejora merasa mendapatkan jackpot besar, entah kenapa seolah-olah pria itu yang tengah ditunggunya saat ini. Senyumannya terkembang jelas.
Dia berjoget, melompat layaknya tengah menonton konser musik. Sampai keringat mengucur deras dan perutnya keroncongan.
Krrryuukkk ....
“Ah, lapar!” keluhnya penuh rasa senang.
Dia menyambar jaketnya, ingin menuju ke super market.
Cklek!!!
Kejora terperanjat terkejut melihat Mike, Kania dan Adam yang berdiri di depan kamarnya.
“Loh, kalian?”
“Shit!!! Kamu ngapain aja sih di dalem?! Aku gedor-gedor sampe pegel tapi kamu baru buka pintunya sekarang?!” amuk Kania yang menyerobot masuk, mengabaikan Kejora.
“Kalian sudah lama ya?” tanyanya meringis.
Mike dan Adam mengangguk tegas. Mereka membantu Kania menggedor pintu sedari tadi.
Sial! Ini gara-gara Andromeda! Umpat batinnya kencang.
Tatapan bingung yang dilontarkan Kejora kepada Kania, Adam dan Mike menjadi satu kesatuan utuh. “Kenapa sih kalian ada di depan pintu?” tanyanya dengan polos saat itu juga. Adam sendiri memilih mencari-cai sesuatu lantas menyentuh kening Kania yang saat ini sudah berbaring. “Kania sakit, dia tak bawa kunci kamar kalian dan ... dia dengan Adam menggedor pintu sampai akupun ikut membantu, aku heran kamu sedang apa sampai tak mendengarnya,” tutur Mike yang kini duduk di sofa mengutak-atik tayangan di televise. “Loh, kamu sakit?!” Kejora terburu-buru menghampiri Kania. Sahabatnya itu sudah bergelung selimut dengan wajah sayunya yang memerah. “Dia hanya demam, kelelahan karena berjalan-jalan tadi,” timpal Adam yang mulai menyodorkan segelas air mineral dan paracetamol. Kania yang masih dongkol dengan Kejora pun memilih duduk sebentar untuk meminum obatnya. Rasa pahit obat sepertinya lebih
Atas keyakinan yang diberikan Kania kepadanya, Kejora pun akhirnya berinisiatif merespon ajakan Andromeda untuk bertemu. Andromeda sendiri begitu bersemangat saat Kejora mau meresponnya. Kejora rupanya bukan wanita neko-neko yang akan jual mahal kepadanya. Atas saran dari Kania, Kejora mengajak bertemu di salah satu klub dekat pantai. Dia dengan bersusah payah mengajak Kania ke mall hanya ingin membeli dress untuk bertemu Andromeda. “Kamu ketemu Mike cuek bebek, sekarang ribut mau beli dress karena mau ketemu Andromeda, aku bingung Mike lebih cakep tapi kamu malah kepincutnya sama pria lokal. Matamu kayaknya eror deh,” omel Kania yang menunggui Kejora. Wanita itu tengah memilih-milih dress. “Ayolah ... aku udah bosan sama muka-muka Eropa,” kilahnya dengan diplomatis. Alasan yang sangat tepat sampai-sampai Kania menyetujuinya. “Iya juga sih, hidupmu 22 tahun di Belanda ya pasti bosen liat bule, coba kalau aku
Puk! Puk! “Kejora?” Deg! Suara berat menyapu indera pendengaran Kejora saat itu juga. Jari-jarinya sampai mencengkram erat kaki gelas yang ramping di meja bar. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya yang begitu berat dan dalam saja sudah membuat jantungnya berdegup hebat, bahkan sebelum dirinya berbalik saja, suara pria itu mampu membuat tubuhnya sudah terpaku, tertarik pada pusat gravitasi yang sudah besar di bawahnya. Mendadak bulu kuduknya berdiri dan belakang tubuhnya meremang. Dengan napas yang bahkan tak bisa didengar, dia berusaha bernapas. Seorang Andromeda sangat berbahaya sampai-sampai gadis itu bah
Andromeda tak lagi bertanya. Mereka berjalan-jalan di pinggir pantai, menikmati pasir pantai dengan permukaan kakinya karena alas kaki mereka yang sudah terlepas dan tertenteng di kedua tangan masing-masing. Sepoy-sepoy angin bergerilya menghantam tubuh Kejora. Gaun wanita itu berkibar-kibar semakin memperlihatkan paha mulusnya saat ini. “Jadi ....” Kejora menoleh pada Andromeda. Matanya menatap intens sisi wajah Andromeda. Pria tampan itu masih memandangi ombak yang bergulung secara immortal. Tak ada yang indah baginya selain menikmati waktu bersama Kejora. Entah kenapa dirinya bisa berpikir begitu saat ini. Suara Andromeda yang menyela lamunan Kejora membuat wanita itu bingung kembali. “Apa kita akan berlanjut untuk bertemu?” Belum apa-apa Andromeda sudah menanyakan. Pria itu bahkan memaki dirinya sendiri yang kehilangan kontrol dan merasa tak sabar atas Kejora. Gadis itu menyelipk
Kejora seketika berdiri mematung saat netra coklatnya menatap sosok Mike yang berdiri di lobby dengan tangan tersarrung di saku celananya. Matanya memandang datar Kejora dan Andromeda yang baru saja pulang. Kejora menahan napasnya dan menghembuskannya tanpa suara sama sekali. Berharap Mike tak mendengarnya dan juga keterkejutannya mampu membuat otot-ototnya melemas sampai tulang rangkanya tak tersangga sama sekali. “Siapa dia?” tanya Andromeda yang memandang dingin Mike, pria yang dia ingat pernah menjemput Kejora di perusahaannya. Ada rasa tak suka dan tak mau kalau Kejora harus bersanding dengan Mike. “Dia ... temanku,” jawab Kejora lirih. “Kenapa tak kau perkenalkan?” tanya Andromeda kembali. Dia menyeringai mantap saat mendapatkan jawaban yang dijamin bukan keinginan Mike disebut teman oleh Kejora. Mike menekan rahangnya sampai giginya saling beradu dan garis rahan
Cklek! Kania memasuki kamar hotel dia dan Kejora saat subuh. Dia menyelinap masuk dan mengendap-endap serta berusaha untuk memelankan langkah kakinya saat ini. Jelas saja dia sampai begitu, karena memang dia habis menginap di kamar Adim, pacarnya. “Semalam berapa ronde?” Deg! Suara dingin Kejora terdengar di telinganya saat ini. “Ya Tuhan, Kejora!” pekiknya merasa terkejut. Dilihatnya Kejora tengah duduk di pojok ruangan dengan lampur tidur yang menyala. Kania mengusap-usap pelan dadanya, meredakan rasa kagetnya saat ini. “Kamu ngapain sih kayak kuntilanak begitu?! Dipojokan, sarungan pakai bedcover putih pula, kamu niat jadi hantu hah?!” sembur Kania yang mencoba menutupi rasa gugupnya. Dia tidak mengira kalau Kejora sudah bangun, eh tapi .... Kania menyipit, menatap intens wajah Kejora yang kusam dengan mata pandanya. “Kamu nggak tidur?” tanyanya.
Kata maaf adalah kata yang tak semua orang bisa mengucapkannya dengan tulus atau bahkan arogansi manusia bisa membuatnya tak mau meminta maaf meskipun perbuatannya salah. Tidak ada yang bisa memastikan seberapa tulusnya perkataan dan perbuatan manusia itu. Sama seperti Kejora yang memandang ragu ke depan. Dia menatap lamat-lamat wajah pria yang ikut serius menatapnya, di netra amber miliknya terdapat riak sesal mendalam. “Lalu apa alasanmu melakukan itu Mike?” tanyanya ingin tahu. Pasca kejadian ciuman paksa yang dilakukan oleh Mike membuat Kejora mau tak mau memilih diam dan menghindar. Satu dari sekian banyak hal yang membuatnya bersikap canggung dan menjaga jarak setelahnya. Mike masih sunyi. Dia kesulitan memilih kata agar tak terdengar kurang ajar nantinya. “Ya, euhm ... sejujurnya aku spontan melakukan hal itu, aku ... cemburu?” Mike kini meragu. Mata Kejora membulat. Tak dapat dipredi
Mike dan Adam sama-sama tak habis pikir dengan kedua wanita itu. “Ada apa dengan otak mereka sih?!” sungut Mike sebal. Adam mengangguk setuju. Mereka kembali menunggu Kejora dan Kania yang berganti baju secara mendadak dan penuh paksaan. Sebelumnya Kejora dan Mike malah berdebat panjang. *** Mata Mike membelalak penuh terkejut begitu sosok Kejora berjalan menghampiri mereka. Sangat lucu saat dia menertawakan Kania dan Adam, sekarang karma terbalas sempurna kepadanya. Adam bersiul panjang sambil menampilkan senyuman konyolnya. “Kejora, kembali ke kamarmu dan ganti pakaianmu sekarang!” perintah Mike sambil menahan sesuatu yang tak bisa dia jabarkan. “Apa? Tidak, tidak, aku sudah bersusah payah berdandan dan kau tiba-tiba memerintahku untuk berganti baju?!” sembur Kejora menolak. Mike mengusap wajahnya kasar. Matanya sangat ingat saat Kejora keluar dengan pakaian yang ... sangat seksi!