Tembakan tersebut mengenai kepala Molly, tembus melubangi belakang kepalanya. Wanita itu tak sempat bersuara, badannya tersentak kuat dan serpihan daging bercampur darah muncrat ke tanah.Tubuh tak bernyawa Molly jatuh tak berdaya. Daniel memasukkan kembali senjatanya ke dalam saku bajunya. Ia menendang tubuh Molly sampai jatuh ke dalam lubang.Dengan kekuatannya Daniel mengambil sekop dan mengubur Molly. Tak butuh waktu lama sampai semuanya beres. Ia mengeluarkan sapu tangan, menyeka wajahnya dan kembali ke mobil.Daniel menyetir mobilnya sampai ke puri Forrester. Ia membawa barang-barang Molly ke dalam puri. "Tuan Daniel!" Pelayan segera menyambutnya."Mana Nyonyamu?""Di kamarnya Tuan." Daniel masuk ke dalam kamar Amy. Wanita itu terkejut dengan kehadiran Daniel yang tiba-tiba. "Daniel ... ada apa? Kenapa kau kemari?"Daniel melempar tas Molly ke arah Amy, wanita itu terkejut menatap tas di dekat kakinya. Jelas ini tas wanita. "A-apa maksudnya ini?""Mana Queen?" "Queen sedang
Brak!Ivy melempari pintu balkon, tapi benda itu tetap utuh. Tentu saja Daniel menggunakan kaca anti peluru untuk rumahnya, mengingat ia memiliki begitu banyak musuh. "Tidak bisa!" Ivy mengerang parau setelah mencoba membuka pintu rahasia, ternyata Daniel sudah menyegel kamar rahasianya. Sejak kapan? Ivy tak menyangka jika suaminya sudah mempersiapkan segala sesuatu tanpa ia ketahui. Apa Daniel memprediksi langkah yang akan dia ambil?"Sialan! Daniel! Kenapa kau lakukan ini padaku?!" Ivy menghancurkan barang-barang di dalam kamar. Ia menangis keras, meluapkan semua emosinya, hingga akhirnya jatuh kelelahan.Daniel di sisi lain sudah mengendarai mobil menuju rumah sakit. Dia sampai di sana dengan wajah begitu menakutkan, sampai-sampai Jenna tak berani menyapanya."Daniel!" Molly berusaha duduk, hatinya membuncah bahagia melihat pria bermata hijau itu."Jenna, urus semua biaya administrasi." Daniel melemparkan kartunya pada sang pelayaan.Jenna mengangguk mengerti, bergegas melaksanak
"Pria berengsek!" maki Ivy, tak sanggup lagi menahan semua sakit hatinya.Daniel terkesiap bangun, ia langsung melindungi Queen dengan lengannya. "Ivy?! Apa yang kau lakukan? Kau hampir mengenai Queen!" "Kau! Daniel Forrester! Aku tak akan memaafkanmu! Kau sangat egois!" Ivy lagi-lagi meraih bantal dan melempari Daniel."Cukup! Dasar wanita gila! Kau bisa melukai anakku!" Amy menjambak rambut Ivy, menariknya hingga terjerembap. Daniel terkejut melihatnya. "Amy, jangan!" Dia segera menahan lengan Amy yang ingin menyerang Ivy. "Dia datang dan tiba-tiba memukulimu! Seenaknya saja, dasar wanita tak tahu diri. Tidak ada sopan santun sama sekali!"Ivy langsung berdiri, balas menjambak rambut Amy. "Ya! Aku memang tak tahu sopan santun, tak ada baiknya. Tapi setidaknya aku tak menggoda suami orang, tak juga tidur dengan suami orang sampai melahirkan anak haram!""Kau! Beraninya menghina putriku!" Amy tak tinggal diam, balas menjambak rambut Ivy.Daniel yang berada di tengah-tengah mereka k
Ivy menunggu sampai larut malam, Daniel tak juga menampakkan batang hidungnya setelah pertengkaran mereka.Walaupun mulut berkata kasar, hati Ivy masih mencintai Daniel. Sesekali ia keluar ke balkon, hanya untuk mengecek, apakah Daniel sudah kembali. Ivy menelepon Jenna. "Jenna, apa Daniel ke rumah sakit?""Tidak Nyonya, meski Nona Molly memintanya datang, Tuan tak datang-datang.""Oh, begitu. Kau tahu ke mana kira-kira dia pergi?" tanya Ivy cemas."Tuan tak memberitahu Nyonya?""Tidak, kami bertengkar hebat tadi, jadi Daniel langsung pergi dengan marah." Ivy tahu tak ada yang perlu ditutupi di hadapan Jenna. Wanita itu tahu semua permasalahan mereka."Mungkin tuan pergi ke apartemen ibunya, biasanya dia ke sana jika sedang down.""Oh ...." Ivy ingat, Daniel pernah membawanya ke sana. "Ok, aku akan mengecek ke sana. Bagaimana kondisi Molly?""Nona Molly menolak makan, tubuhnya semakin kurus saja, mungkin bakal lebih lama di rumah sakit."Ivy memijit keningnya. Sebenarnya merasa bersa
Brak!Ponsel Ivy terempas jatuh. "Apa kau bilang?" Mata Daniel memerah tak percaya. "Kau ingin apa?"Ivy mundur, menyadari kemarahan Daniel yang meluap-luap. Setelah sekian lama, dia tak pernah melihat Daniel semenakutkan ini.Daniel mengungkung tubuh Ivy yang bersandar pada pagar balkon. "Dengar Iv! Aku sudah cukup menahan diri selama ini. Apa kau tak melihat pengorbananku? Aku ... Daniel Forrester merendahkan diri dan menuruti semua keinginanmu, tidak bisakah kau menghargaiku?" Setiap ucapan Daniel disertai kertak gigi."Aku pernah menghargaimu, sangat menghargaimu sampai menolak semua pria yang mendekatiku. Bahkan berniat mati demi kau dan anak kita. Tapi itu dulu, Daniel. Aku juga bukan Ivy yang sama. Aku bukan ibu yang baik buat Dean, bukan istri sempurna. Jadi buat apa? Buat apa kau mempertahankan istri seperti ini?" Ucapan Ivy semakin melukai hati Daniel.Andai wanita ini tahu betapa besar cintanya pada Ivy, mungkin dia tak akan mengeluarkan kalimat tajam itu. "Aku juga bukan p
Dokter kenalan Daniel menatapnya dalam. "Obat ini mengandung prostaglandin. Memang bisa membuat janin gugur jika dikonsumsi terus menerus."Jantung Daniel berdetak kencang. "Jika seseorang yang tak hamil, tapi juga tak haid mengonsumsinya buat apa?""Tidak mungkin, kecuali ada gangguan haid baru diminum."Daniel mengangguk mengerti. "Terima kasih, Dok." Setelah itu ia pamit pulang.Di dalam mobil, Daniel menatap laporan pengeluaran kartunya. Ivy memang tak pernah menggunakan tunai, biasanya sang istri menyuruh Jenna atau pergi berbelanja sendiri dengan kartu pemberian Daniel."Tidak mungkin," gumam Daniel. Ia telah mencocokkan harga dan jumlah yang dibeli Ivy, juga jumlah obat yang sudah dipakai. Ivy bahkan masih sempat berhubungan intim dengannya, kenapa dia harus minum obat ketika haidnya teratur. Apa Ivy sempat hamil? Apa dia mau menggugurkan kandungan, tidak mungkin juga obat ini dikonsumsi setiap hari? Jelas bisa membahayakan tubuhnya. Tunggu dulu! Daniel juga menggunakan kondom