แชร์

Bab 48. Benci dan Cinta

ผู้เขียน: Nafish Grey
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-14 17:50:42

"Kau bohong!" Daniel menjauh, menggelengkan kepalanya. "Kau ingin lari dari hukuman dengan berbohong lagi padaku."

Ivy menangis, menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tak bohong!"

"Kau berusaha menipuku lagi, kau mencari simpatiku. Tidak! Aku tak akan percaya padamu."

"Ya! Aku salah! Aku menipumu, tapi bukankah kau juga melakukan hal yang sama? Bukankah seharusnya aku yang marah, Daniel."

"Kau tidur dengan pria lain!" teriak Daniel, kehilangan ketenangannya.

"Ya! Aku tidur dengannya hanya sekali, dan itu karena kesalahan. Tapi kau, selama aku tak berada di sini, kau bermain dengan banyak wanita."

"Itu berbeda!"

"Berbeda apa? Karena kau lelaki? Karena aku perempuan? Karena aku pihak yang dimasuki dan kau pihak yang memberi kenikmatan?" Ivy pun sudah hampir gila. Semua ketakutannya untuk sesaat memudar.

Daniel terdiam, menatap Ivy tajam.

"Kau tak lebih baik dariku Daniel. Kau pria berengsek. Kau tak mencintaiku, tidak! Kau hanya ingin memuaskan nafsu bejatmu padaku!" teriak Ivy sampai te
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Obsessed with You   Bab 114. Malam tak Terduga

    Ruangan itu sunyi.Hanya deru napas berat Daniel yang terdengar, berdenting bersama suara hujan yang memukul jendela kaca basement. Ia berdiri di tengah ruangan itu—tempat yang hampir tak pernah ia sentuh lagi setelah Ivy datang ke hidupnya. Tapi kini, semuanya terasa jauh. Ivy menolaknya semalam. Bukan dengan amarah, tapi dengan ketakutan. Bukan dengan kebencian, tapi trauma yang tak bisa ia sembuhkan.Ia memejamkan mata, tangan mencengkeram spring bed raksasa di tengah ruangan."Aku membuatnya takut," gumamnya.Bayangan wajah Ivy muncul, lalu menghilang digantikan Christian. Pengkhianatan, luka, darah, dan jeritan bergema dalam benaknya. Ia tersenyum pahit. Mungkin dunia lebih baik tanpa dirinya.Pintu terbuka pelan.Langkah sepatu tinggi terdengar mendekat. Daniel tidak menoleh. Pikirannya sedang kacau.Tak!Saklar dimatikan hingga kegelapan total membuatnya tak bisa melihat apa pun. Suara napas Daniel terdengar keras di antara keheningan.Seseorang berdiri di belakangnya, mengenak

  • Obsessed with You   Bab 113. Penolakan

    Kamar hotel deluxe itu terasa hangat oleh cahaya temaram dan aroma lembut lavender yang menguar dari diffuser di sudut ruangan. Ivy berdiri di depan cermin, mengganti pakaiannya dengan kimono tipis hotel. Ia baru saja selesai mencuci muka saat Daniel menghampirinya dari belakang. "Lapar? Mau makan apa?"Ia menggeleng pelan, berjalan ke dekat jendela. Ivy meringkuk di depan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit. Pandangan kosong, berlabuh di mana.Daniel membawakan dua cangkir teh hangat kepada istrinya, ia letakkan di meja lalu menarik kursi untuk duduk di samping Ivy.Musik mengalun lembut menenangkan dari ponsel Daniel. Ivy mengetuk sandaran kursi dengan jemarinya sesuai rima. Tuk. Tuk. Tuk. "Minum dulu, aku pesan teh." Daniel menyerahkan cangkir teh ke tangan Ivy."Makasih." Ivy menerimanya dan menyesap teh lamat-lamat. Bibirnya tertarik membentuk senyum tipis, matanya terpejam menikmati kehangatan dan rasa manis yang melebur di dalam mulut.

  • Obsessed with You   Bab 112. Rencana Molly

    "Apa?!" Daniel mendekat, merengkuh tubuh Ivy. "Jangan berpikir yang tidak-tidak.""Jawab saja!""Tidak! Tidak, Iv! Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?""Bagaimana kalau dia suka padamu?"Mata hijau Daniel membola. Ivy melihatnya. "Oh, jadi kau sadar?""Kau terlalu banyak berpikir, Iv. Hubunganku dan Molly tak seperti itu. Dia sahabatmu. Orang yang membantu kita mengurus Dean."Ivy meremas rambutnya. "Aku tahu, aku harusnya tak boleh begini. Daniel, aku tak mengerti dengan diriku sendiri. Aku tak normal!" Ia lalu mulai memukul kepalanya sendiri.Daniel dengan sigap menahan lengan Ivy. "Tidak, Iv. Tidak! I'm sorry. Aku tak akan membuatmu ragu, kita jalan-jalan berdua saja, tak perlu ada Molly.""Bukan begitu maksudku! Aku ...." Ivy tak tak bisa meregulasi emosinya."Kau perlu menenangkan dirimu. Ayo, kita ke tempat yang lebih tenang." Daniel membopong Ivy, dia berjalan cepat keluar kamar.Saat melalui ruang tamu, Molly berpapasan dengan mereka."Ada apa? Kenapa Ivy?"Ivy menyembunyik

  • Obsessed with You   Bab 111. Bagai Duri Dalam Daging

    Daniel memarkir mobilnya di depan rumah Ivy, menunggu dengan sabar. Tak lama kemudian, Molly keluar dari rumah dengan langkah cepat, membawa tas kecil di tangannya."Terima kasih sudah mau mengantar, Daniel," ucap Molly sambil masuk ke dalam mobil.Daniel hanya mengangguk, menyalakan mesin mobil dan mulai melaju di jalanan yang basah oleh gerimis. Di dalam mobil, suasana hening menyelimuti mereka berdua. Hanya suara wiper yang bergerak ritmis dan desiran ban melintasi jalan basah.Molly mencuri pandang ke arah Daniel, memperhatikan wajah pria itu yang fokus menyetir. Ia kemudian membuka percakapan, "Ibu pasti senang bisa melihatku lagi. Sudah lama sejak terakhir kali aku menjenguknya."Daniel tersenyum tipis. "Kau harus sering menjenguknya, Ivy sudah bisa ditinggal sendirian dengan Dean, atau minta Jenna membantu."Molly tersenyum, lalu dengan hati-hati menyentuh lengan Daniel. "Terima kasih, kalian sangat baik padaku. Aku tak perlu memikirkan masalah keuangan lagi."Daniel menoleh se

  • Obsessed with You   Bab 110. Molly Beraksi

    Gadis itu terus menyentuh wajah suaminya di foto. Ivy tak mungkin salah mengira dengan maksud terselubung Molly. Ivy menggeleng ketakutan, memegang kepalanya. Tidak! Tidak mungkin, sahabatnya sendiri kini mengincar suaminya. Ia berbalik takut, begitu cepat hingga tanpa sengaja menjatuhkan barang pajangan yang digantung di dinding.Prang!Keramik pajangan berbentuk patung bayi hancur berantakan. Molly terkesiap, ia segera melihat keluar dapur, tapi hanya menemukan pecahan keramik. Tak ada seorang pun berada di lorong.Jantung Molly berdetak cepat, apa pelayan melihat tingkahnya? Ia menggigit jari ketakutan. Tidak! Selama bukan Ivy, semua akan baik-baik saja. Molly bergegas kembali ke dalam kamarnya setelah membereskan pecahan keramik.Ivy juga sudah kembali ke dalam kamarnya, napasnya terengah-engah. Daniel berbalik terkejut mendengar suara pintu ditutup terburu-buru. "Ivy, ada apa?" Daniel mengusap kelopak matanya.Ivy menggeleng pelan. "Tidurlah, aku dari dapur tadi, haus.""Sini."

  • Obsessed with You   Bab 109. Masalah Lain

    "Apa yang terjadi, kenapa istri saya tidak sadar sampai sekarang?" tanya Daniel khawatir.Sang dokter membetulkan letak kacamatanya. "Nyonya Ivy mengalami syok yang membuatnya koma.""Apa?!" Daniel merasa dunianya runtuh. "Tapi Ivy akan sadar 'kan, Dok?""Semoga saja, semua tanda vitalnya sudah membaik, cobalah berbicara terus dengan Nyonya Ivy setiap hari."Daniel mengembuskan napas keras, tak bisa melakukan apa pun selain mengiyakan dokternya.Setelah dokter tersebut pamit. Daniel menarik kursi ke dekat brankar, memegang lengan Ivy penuh kasih. Kecupan hangatnya mendarat di punggung tangan istrinya."Iv, putra kita membutuhkanmu. Aku ... membutuhkanku. Tolong! Kembalilah padaku."***Ruangan itu putih bersih tanpa batas, terasa hangat dan tenang. Ivy berdiri di tengahnya, mengenakan gaun putih sederhana. Wajahnya pucat, tapi matanya memancarkan kesedihan yang mendalam.Perlahan, dari kejauhan muncul sosok Christian. Dia tampak seperti saat terakhir Ivy melihatnya: tegar namun ada se

  • Obsessed with You   Bab 108. I Still Love You

    Hal terbodoh yang pernah terlintas dalam kepala Ivy adalah mengakhiri semua dengan menghabisi sang sumber masalah.Ya! Melihat Daniel sudah membawa pergi buah hati mereka bersama Molly, Ivy tak menginginkan apa pun lagi. Sebenarnya, jauh di dasar hatinya, Ivy sudah lelah. Ia tak ingin jatuh ke tangan Christian meskipun hanya sekejap saja.Ivy tahu Daniel punya rencana sendiri, hanya saja ... Ivy terlalu muak dengan semua kekacauan, terlebih lagi melibat begitu banyak senjata api yang Christian bawa membuat hatinya takut. Pria itu, tentu saja tak akan segan untuk membunuh Daniel.Dor!Ivy menarik picu pistolnya, menembak tepat ke jantung Christian dari belakang. Semua orang tak menyangka, jika gadis lembut sepertinya akan melakukan tindakan impulsif.Christian menatap ke lubang peluru yang terus mengucurkan darah, bibirnya terbuka, ia mengangkat pandangan ke arah Ivy. Gadis itu masih dengan tangan gemetar hebat memegang pistolnya kuat-kuat."Christ, hari ini ... aku akan menemanimu ke

  • Obsessed with You   Bab 107. Pertukaran

    Langit senja memancarkan cahaya keemasan, menciptakan bayangan panjang di antara pepohonan. Di sebuah area terbuka yang tersembunyi, Daniel dan Ivy berdiri berhadapan. Ivy memegang pistol dengan tangan gemetar, sementara Daniel mengawasinya dengan penuh perhatian."Langkah pertama, selalu anggap senjata itu terisi. Jangan pernah mengarahkannya ke sesuatu yang tidak ingin kamu hancurkan," ucap Daniel tegas.Ivy mengangguk, mencoba menenangkan dirinya."Sekarang, pegang dengan kedua tangan. Jari telunjuk di luar pelatuk sampai kamu siap menembak."Ivy mengikuti instruksinya, menempatkan jari telunjuk di sepanjang bingkai pistol."Bagus. Fokus pada targetmu. Pastikan kamu tahu apa yang ada di belakangnya juga."Ivy mengarahkan pistol ke arah pohon tua di kejauhan. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya."Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya." Tangan Ivy tampak sedikit gemetar karena tegang.Daniel tersenyum menenangkan. "Aku tahu. Tapi kamu kuat, Ivy. Ki

  • Obsessed with You   Bab 106. Tak Ingin Berpisah Lagi

    Kedua tangan besar penuh kehangatan itu merengkuhnya erat, tak mengizinkan bumi meremukkan tubuhnya. Ivy jatuh ke dalam pelukan Daniel. Pria itu menopang tubuhnya kuat, menurunkannya ke bawah. Mata mereka bertemu, tanpa kata, saling berkomunikasi dengan air mata."Kita harus pergi!" Daniel merengkuh bahu Ivy, menarik Ivy ke dalam mobilnya.Keduanya segera berangkat meninggalkan Mansion Forrester. Sebenarnya Daniel bisa saja merebut kembali tempat tinggalnya, tapi dia tak ingin melibatkan Ivy. Ini urusan antar pria. Dia akan menghadapi Christian tanpa belas kasihan. Daniel tak ingin Ivy melihat sisi gelapnya."Kita ke mana?" tanya Ivy, matanya menatap ke belakang. Keributan masih terjadi di mansion. Para pelayan berlari kocar-kacir mencari bantuan."Ke apartemenku." "Ok, cepatlah." Kedua tangan Ivy bertaut panik.Daniel meraih jemari istrinya, menautkan tangan mereka. "Maaf, aku terlambat menjemputmu."Ivy menatap tangan mereka. "Kukira kau sudah ...." Ia menggeleng kuat. "Christian

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status