Share

9- The Dinner

"Bi, aku akan membantumu... " Eva saat ini sedang berada di dapur mansion itu dengan niat ingin membantu Helen dan pelayan lain menyiapkan makan malam.

"Eva, tak perlu... Kami akan mengerjakanya.." tolak Helen secara lembut, bukan apa-apa, mereka hanya takut jika Eva tergores pisau, atau terciprat minyak panas saat membantu mereka di dapur, bisa-bisa Adam akan mencambuk mereka satu-persatu.

"Ayolah bi, aku sangat bosan... Aku juga akan memasak saja bersama kalian.. "

"Tapi tuan Adam akan marah nanti.." celetuk salah seorang pelayan muda disana.

"Kalian tenang saja, aku nanti akan berbicara pada Adam. Lagipula aku kan calon istri Adam, aku harus memasak untuknya" senyum Eva secerah matahari pagi. Hangat dan menenangkan.

"Baiklah.. Tapi kau harus hati-hati ya, jangan sampai tanganmu teriris pisau atau kulitmu terciprat minyak, oke?" Helen memberi wajengan pada Eva.

Eva tersenyum dan memeluk Helen singkat, 'pasti bi, aku ini bisa memasak loh' bangga Eva pada dirinya sendiri.

"Astaga.. Iya.. Kau pasti pandai aku setuju itu" ucap Helen mengelus rambut bergelombang milik Eva.

Entahlah, Helen memang pelayan, tapi dengan segala sikap dan bahkan wajah Helen yang menua dengan cantik membuat orang-orang tak akan menyadari jika Helen adalah pelayan.

Eva juga nyaman dengan Helen, rasanya seperti bersama dengan seorang Ibu, Helen seolah memancarkan aura seorang Ibu yang baik hati.

"Bi, Adam suka apa?" tanya Eva saat ia sedang memeriksa lemari es.

"Tuan Adam makan apapun sebenarnya, hanya saja ia tak begitu suka udang dan makanan pedas" jelas Helen seraya merebus air.

"Dia membenci itu!" celetuk salah seorang pelayan disana.

Eva mengangguk, Adam tak menyukai pedas dan udang, padahal Eva sangat suka seafood.

"Oke! Aku sudah putuskan, aku akan membuat Cog Au Vin." ucap dengan senyuman cerah.

Makanan yang Eva sebutkan tadi  merupakan olahan ayam khas Prancis, menu ini sangat terkenal karena memiliki cita rasa yang begitu nikmat.

Eva cukup tahu banyak tentang resep olahan menu makanan Prancis, entahlah ia tahu darimana tapi rasa-rasanya ia begitu familiar dengan segala olahan ini.

"Tapi butuh waktu lama untuk mengolahnya kan? Apa akan cukup?" tanya Helen. Ia tahu menu yang barusan Eva sebutkan tidaklah sebentar untuk membuatnya.

"Cukup bi, lagipula masih ada lima jam sebelum jam makan malam tiba. Aku akan membuat itu untuk Adam"

"Baiklah.. " ucap mereka semua.

Eva dengan lihai mulai membelah daging ayam, menyisahkan bagian pahanya. Memang menu ini berfokus pada olahan paha ayam.

Wine merah yang memikat itu ia tuangkan menutupi seluruh permukaan paha ayam tadi, kemudian Eva meracik beberapa bumbu dengan aroma yang khas dan menuangkanya ke dalam paha ayam yang direndam dengan wine.

"Nah.. Selagi menunggu menu ini siap aku akan membuat satu hidangan lagi...Apa ya?" Eva bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Farci Poitevin!" Helen menyarankan untuk membuat hidangan yang satu ini.

"Tuan Adam sangat suka sayur-sayuran. Kami biasanyanya membuatkan menu ini Eva." ucap Helen seraya tersenyum.

"Benarkah? Baik bi, aku akan menbuat itu" dengan semangat Eva mulai mengambil bebarapa bahan untuk membuat menu dari sayuran ini.

Sebenarnya ini adalah menu pembuka dari sayuran yang dicincang kecil-kecil dengan beberapa bumbu sebagai penikmat lalu dibungkus dengan kubis ataupun sawi putih dan dikukus hingga matang.Biasanya menu ini disajikan dengan roti sebagai pelengkapnya.

Eva dan para pelayan saling berbinacang dan tertawa ringan, Huh! Ini seperti sebuah mimpi, pasalnya sebelum kedatangan Eva di mansion ini semuanya sangat suram, mencengkam.

Eva memang membawa hawa positif.

"Wah.. Akhirnya ini siap!" Eva tersenyum bangga dengan hasil masakanya. Semuanya terlihat lezat! Sempurna.

"Hmm.. Ini lezat sekali Eva" Helen memuji Eva sesaat setelah ia mencicipi makanan yang Eva buat.

"Terimakasih bibi!" ucap Eva tak lupa dengan senyumanya.

"Masih ada waktu satu jam sebelum Tuan Adam pulang, kau pergilah bersiap Eva.." Helen meminta Eva untuk sekedar mandi dan mempercantik dirinya yang sudah selalu cantik setiap saat. Sederhana sekali memang.

"Baiklah bi.. Aku ke kamar dulu.." lalu setelahnya Eva melangkahkan kakinya menaiki setiap anak tangga yang panjang dan menuju kamarnya.

Para pelayan juga mulai menyiapkan hal-hal lain, suasana sekarang menjadi temaram. Sunyi dan dengan lilin merah sebagai peneragan.

Jangan kira Adam tak mampu membayar listrik dan lampu, hanya saja suasana temaram seperti ini memang sudah menjadi sebuah keharusan di mansion Adam.

"Cih! Dia penggoda yang licik!" ucap salah seorang disana.

Wajahnya menyiratkan rasa ketidaksukaan yang mendalam, 'aku akan membuatnya semakin enak!' dia mulai tersenyum licik setelahnya.

Denting jarum jam berbunyi mengisi kesunyian disana, 'dengan ini apa mungkin masih tetap lezat?' dia tersenyum licik dengan lilin-lilin sebagai saksi perbuatan buruknya.

"Hmmm.. Ini sempurna!" senyuman licik itu semakin kentara dan setelahnya ia membuang botol kecil yang isinya sudah ia tuangkan ke dalam piring saji tadi.

Bubuk cabe.

*=*=*=

'Tinn... Tinn'

Adam telah kembali. Suara mobil mewah itu sudah terdengar. Eva dengan senyumanya menanti Adam di ruang tamu dengan balutan gaun coklat selutut yang nampak sopan namun tetap elegan.

Eva memang sederhana.

"Adam!" Eva langsung berlari dan memeluk Adam. Adam terkejut, tentu saja. Ia tak pernah mengira Eva akan bersikap semanis ini padanya, setelah kejadian pagi tadi di pemakaman.

"Asataga.." Adam balik memeluk Eva dan mengangkat tubuh Eva ke dalam gendonganya yang nyaman dan tanpa permisi melumat bibir Eva penuh kelembutan, merasakan betapa manisnya bibir ranum itu.

"Ada apa ini? Kau sangat manis Eva" tatapan memuja milik Adam tak pernah lepas dari manik Eva yang berkilau.

"Tak ada... Sudah turunkan aku Adam" Eva akhirnya turun dari gendongan Adam dan kini ia berhadapan dengan Adam. Eva sedang mengamati wajah Adam secara terang-terangan.

"Kau bekerja dari pagi hingga malam, tapi kenapa wajahmu masih saja segar?" tanya Eva heran. Katakanlah Eva itu polos, ya itu salah satu faktanya.

"Mau tahu jawaban bohong atau jujur? " Adam menatap Eva intens.

Oh ayolah! Eva akan sangat tak kuat jika Adam menatapnya intens. Mata tajam Adam seakaan memujanya namun ada sedikit perasaan tak nyaman dan takut saat Adam menatapnya seperti saat ini.

"Jujur Adam, aku tak suka suatu kebohongan" ucap Eva menundukan wajahnya. Adam terkekeh kecil, Eva cintanya ini memang begitu manis. Sedetik yang lalu padahal ia mentap dan mengamati wajah Adam lalu sekarang? Ia malu ditatap balik oleh Adam.

"Ya.. Aku juga sangat menyukai kejujuran Eva.. Sangat suka.. " ucapan Adam seakan memiliki dua arti.

"Kau mau tahu mengapa aku masih segar walau sudah bekerja seharian?" tanya Adam membingkai wajah Eva dalam teapak tangan besarnya.

Eva mengangguk dan kini menanti apa yang akan Adam katakan selanjutnya.

"Aku baru saja meminum darah manusia!" ucap Adam dengan pandangan masih fokus pada Eva, memperhatikan ekspresi seperti apa yang akan Eva sajikan.

"Hah?" Eva kaget dan menjauh dua langkah dari Adam.

Adam terkekah, sangat lucu melihat Eva berekspresi seperti itu.

"Adam..." lirih Eva.

Adam memajukan langkahnya, hingga kini Eva berada dan sejajar dengan dadanya, 'kau takut?' pertanyaan bodoh itu keluar dari Adam.

"Khehehe" Adam terkekeh.

'Grep'

"Adam?" Adam memeluk Eva mebawa gadis yang menjadi obesinya ke dada bidang miliknya.

"Dengarlah Eva.." Adam mengelus punggung Eva seraya menghirup aroma shampo mawar yang menyeruak dari rambut gadisnya.

"Kau berdetak kencang sekali" ucap Eva di dada Adam.

"Ya.. "

"Ada apa? Apa kau sakit? Detak jantungmu.." Eva masih mendengar detak jantung Adam yang berirama sangat kontras dengan suasana hening dan temaram itu.

"Karenamu..." ucap Adam lirih.

"Kau yang membuatku hidup Eva, Karenamu ada di sisiku, kau membuatku menjadi hidup" ucap Adam tenang.

Eva masih setia mendengarkan irama itu. Entahlah, Eva senang mendengarnya. Ia ingin mendengar irama jantung Adam lagi dan lagi.

"Kau tahu? Sebelumnya aku mati, aku tak merasakan detak jantungku, semuanya seolah hitam" Adam mulai bercerita dengan masih memluk Eva.

"Aku kehilangan hidupku saat itu.. Hingga aku menemukanya kembali, dan aku sedikit memperbaikinya. Aku membuatnya sangat bergantung padaku" ucapan Adam yang memang terdengar sangat ambigu.

Eva diam dan mendengarkan, ia tak begitu paham apa yang  Adam coba sampaikan. 'Adam aku disini, aku akan selalu menemanimu... Jangan takut lagi' dengan polosnya Eva berucap demikian.

Adam lagi dan lagi terkekeh, menghirup dalam aroma dari rambut Eva dan tersenyum mengerikan di balik temaramnya suasana.

"Harus.. Kau akan disini, disisku, selamanya.. Selama mungkin Eva" lirih Adam penuh tekad.

Eva bahkan sampai melupakan segalanya akibat Adam yang memeluknya erat, membuatnya mendengar seluruh irama dan aroma padang rumput yang  bercampur dengan oak keluar dari tubuh Adam.

"Adam, aku membuatkan hidangan makan malam kali ini, ayo kau mandi dan kita akan makan malam setelahnya" ucap Eva yang baru mengingat hal-hal yang ia lupakan karena eksistensi Adam.

"Benarkah?" Adam melepas pelukanya pada Eva dan menatap gadisnya.

"Kau memasak? Kau tak terluka kan?" panik Adam, ia memeriksa setiap jengkal tubuh gadisnya.

"Astaga.. Aku ini koki yang mahir.. Kau pasti akan ketagihan dengan masakanku!" Eva berucap bangga akan kemampuanya itu.

"Aku percaya.. Kau memang sempurna Eva.. Kau tumbuh dengan sangat baik..." ucap Adam ambigu.

"Sudah.. Mandilah dan kita makan" segera setelahnya Adam bergegas untuk mandi dan membersihkan dirinya.

*=*=*=

Suasana di ruang makan itu sangat intim, dengan lilin yang membuat semuanya seolah menjadi makan malam romantis penuh cinta.

Para pelayan yang berjejer sedikit lebih jauh dari tempat Adam dan Eva duduk tersenyum bangga pada Eva. Ini kali pertamanya Adam tersenyum dan terlihat seperti manusia normal.

"Nona Eva memang seperti malaikat, dia bisa mengendalikan monster seperti tuan Adam.." bisik seorang pelayan pada Helen.

Helen hanya tersenyum dan memandang pada dua orang yang sedang terlihat bahagia itu.

'Tuhan, aku tahu jika Eva adalah gadis baik, Tuan Adam menang terlihat mencintai Eva, Hanya saja tak bisakah kau merubah takdir? Biarkan Eva lepas dari Adam.. Aku takut Tuan Adam tak akan bisa bersanding dengan gadis sebaik Eva..' batin Helen.

"Ayo.. Cicipilah.. Aku memasaknya dengan sepenuh hatiku Adam" ucap Eva saat menyuguhkan masakan yang ia buat tadi.

"Aku akan memakan semuanya.. Semua yang kau buat untuku adalah hal yang berharga.. Eva.." Adam mulai menyendokan makanan itu ke mulutnya.

Eva masih menandangi Adam dengan binar penuh harap. Ia sangat percaya jika makanan yang ia buat nikmat.

"Bagaimana? Ini enak kan?" tanya Eva.

"Ehmm.. Ya.. Ini enak Eva.." ucap Adam dengan raut wajah yang sedikit terlihat berbeda.

Adam terus menyendokan makanan itu ke mulutnya, walau ekspresinya sedikit lebih aneh. Seperti menahan sesuatu.

"Aku akan makan juga" ucap Eva mulai menyendokan makanan itu ke mulutnya sendiri.

"Astaga! Ini pedas sekali!" Eva bahkan sampai memuntahkan makanan tadi.

Dia memandang Adam yang masih memakan masakanya yang  sangat pedas itu.

Adam tak suka pedas. Selalu ada alasan mengapa seseorang tak menyukai sesuatu kan? Ya.. Adam alergi makanan pedas.

"Adam hentikan.. Ini pedas" ucap Eva panik.

"Tidak.. Semua yang kau buat nikmat Eva.. Aku suka ini" ucap Adam dengan senyuman, keringat mengalir dari dahi Adam.

"Adam sudah!" bentak Eva karena Adam abai dan masih terus memakan.

Hingga..

'Brak'

Adam jatuh tak sadarkan diri disana.

"Adam!" Eva sangat panik.

"Hiks Adam bangun.." Eva mengoyang- goyangkan tubuh Adam.

Segera setelahnya para pelayan mulai berdatangan dan membantu Eva.

'Setelah ini kau akan diusir dari sini.. Eva! Kau tak bisa memasak untuk Adam. Kau tak mengerti Adam, hanya aku yang mengerti Adam!' batin salah seorang yang berdiri sedikit jauh dari Eva dan para pelayan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status