Share

BAB 2

Author: Little Zee
last update Last Updated: 2021-04-11 12:25:53

Vote sebelum baca 😘😘

.

.

Di saat matahari belum mengeluarkan sinarnya dan burung bahkan belum keluar dari sangkarnya, mata seorang perempuan sudah terbuka dengan tangan kekar yang setia memeluknya. Sophia menangis sepanjang malam dan sialnya pria itu seakan tuli tidak mendengar suara isak tangis Sophia. Ia sibuk dengan dunia mimpinya hingga menyebabkan suara dengkuran halus yang menyebabkan air mata Sophia saling berlomba kecepatan. Perlahan Sophia mengangkat tangan itu dan turun dari ranjang untuk memunguti pakaiannya yang berserakan.

Sophia terdiam saat matanya menatap noda darah pada roknya dan sprai yang tadi ia tiduri. Tanpa berkedip, air mata Sophia terus saja jatuh tidak terima dengan apa yang telah terjadi. Tangannya yang gementar menghapus kasar air matanya, Sophia mengambil jas hitam milik pria itu dan memakainya untuk menutupi sebagian bajunya yang robek.

Tubuh Sophia terdiam saat tubuhnya sudah dibalut pakaian. Matanya menatap murka pria yang sedang tertidur. Tanpa sadar, Sophia membawa botol wine kosong yang siap ia pukulkan pada bajingan itu. Seakan tanpa dosa, pria itu tertidur begitu damai dan tenang.

Kaki mungil itu melangkah mendekati ranjang, tangannya yang memegang botol terangkat tinggi. Saat hendak memukulnya tangan Sophia terhenti, ia tersadar dan berpikir dua kali. Tak mungkin dirinya membunuh dan berakhir di penjara lalu neneknya terlantar begitu saja.

Botol kosong itu kembali Sophia letakan asal, ia mengusap air matanya yang jatuh. Bibirnya yang kering memperjelas kepedihan yang sedang ia alami. Dengan langkah tertatih-tatih, Sophia keluar dari kamar itu. Sepanjang lorong tangannya memegang dinding untuk membantunya tetap berdiri. Rasa sakit luar biasa di seluruh tubuh Sophia penyebabnya.

Matanya melihat ke sana-sini sebelum memasuki lift. Saat ia sudah masuk kedalam lift, Sophia menyandarkan pundaknya dan mengambil napas dalam-dalam. Air matanya kembali jatuh saat melihat pantulan dirinya sendiri di dalam lift. Penampilannya begitu naas, menyedihkan dan patut dikasihani.

Saat lift terbuka, Sophia dengan cepat menghapus air matanya. Matanya menjelajahi lobi untuk memastikan tidak akan ada yang mengenalnya. Untungnya hanya ada beberapa pekerja kebersihan mengingat ini masih pagi. Dengan cepat Sophia berjalan sambil menahan rasa sakit di tubuhnya.

Namun sayang, saat Sophia sudah dekat pintu utama hotel, seseorang yang mengenali Sophia memanggilnya.

"Sophia kau kah itu?"

Sophia menghentikan langkahnya, tubuhnya kaku sesaat. Ia tidak ingin membalikan badannya, tubuh dan pikirannya menyuruh Sophia berlari menjauh dari sana. Mengabaikan rasa sakit baik fisik maupun batin yang mulai mengambil alih tubuhnya. Saat sudah cukup jauh Sophia memperlambat larinya dan mulai mendapat tatapan iba dari orang orang yang melihatnya.

Jalanan kota mulai ramai padahal ini masih pagi buta. Mobil berlalu lalang mulai dari kelas atas hingga kelas bawah. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing meskipun ini akhir pekan.

Semua orang menatap aneh kepada Sophia yang berjalan terpincang-pincang dengan bajunya yang robek hingga menampakan sedikit lekuk tubuhnya. Sophia tidak peduli pada orang yang menatapnya, ia hanya ingin pulang ke rumah dan menangis sepuasnya.

"Sophia apa kau baik-baik saja?" tanya seorang nenek penjual bunga menghampiri Sophia.

Sophia berhenti berjalan dan menatap nenek itu. Kepalanya menggeleng lemah dengan air mata yang jatuh begitu saja. Sophia mengeratkan jas yang membalut tubuh kecilnya dengan isakan kecil yang keluar dari bibir mungilnya.

"Ikut aku." Nenek itu menuntun Sophia ke rumah kecil miliknya di dekat sana dan menyuruh Sophia duduk.

Selly membawa baju yang layak pakai milik cucu perempuanya dan memberikannya untuk Sophia pakai. Selly menatap sendu punggung Sophia yang berjalan menjauh dan menghilang di balik pintu kamar. Kakinya melangkah menuju dapur untuk memanaskan sup yang tadi Selly masak.

"Makan ini, Sophie." Selly memberikan sup hangat yang baru saja ia panaskan kepada Sophia.

Sophia menggeleng lemah dan kembali menangis. Selly bingung melihat keadaan gadis di hadapannya, ia tahu sesuatu terjadi padanya. Dengan tangan keriputnya, ia memeluk Sophia sambil mengusap kepalanya. Saat bayang-bayang semalam kembali memenuhi pikiran Sophia, ia menangis meraung meratapi nasibnya.

Satu jam Sophia menangis dengan pilu, akhirnya ia menceritakan semuanya kepada Selly. Mendengar cerita Sophia, Selly pun ikut menangis. Ia ikut bersedih dengan keadaan Sophia. Dulu orang tua Sophia selalu menolongnya dengan membeli bunga, jadi ia sudah mengenal Sophia sejak lama.

"Apa kau mengenal pria itu?"

Sophia menggeleng pelan dan menatap kosong lantai yang diinjak kakinya. Tangan Selly menyentuh bahu Sophia lembut saat perempuan itu kembali mengeluarkan isakan.

"Kalau begitu tidurlah," ucap Selly membujuk Sophia agar tidak terus menangis. Namun perempuan itu menggelengkan kepalanya lagi.

"Aku ingin pulang."

Selly menghela napasnya. Ia keluar dari rumah untuk mencari taksi yang akan mengantarkan Sophia. Sementara perempuan itu kembali menangis kemudian menatap benci jas yang tadi ia pakai saat keluar dari hotel itu.

'Terkutuklah pria bajingan, kau akan memiliki banyak anak yang membuatmu kewalahan,' ucap Sophia mengutuk dalam hati.

***

Sophia menatap kosong dinding kamarnya, tangannya sibuk memelintirkan rambutnya hingga nampak kusut. Hati dan pikirannya semakin membenci Tuhan dan juga waktu, mereka berdua tidak adil. Tidak cukupkah mereka memberikan beban yang begitu berat pada gadis seperti dirinya. Kini harta paling berharganya kandas begitu saja.

Tidak ada lagi harapan baginya, setiap saat Sophia berharap menikah dengan pria yang akan menyelamatkannya dari kesengsaraan ini. Namun semua tidak akan berjalan seperti keinginan. Pria itu, Sophia sangat membencinya. Setiap menit dan setiap detik yang pria itu lakukan pada Sophia seakan terukir permanen di pikirannya.

Bahkan suara bisikan dan desahan pria itu masih ter ngiang-ngiang di benak Sophia. Pria mabuk yang gila, percuma Sophia meminta pertanggung jawaban padanya. Pasti dia hanya akan memberikan uang pada Sophia seperti orang kaya lainnya, seperti ayahnya.

Sophia beranjak dari tempat tidurnya, ia tidak bisa terus terpuruk seperti ini. Hidup ini berjalan dan seseorang membutuhkan uang. Ia akan mencoba melupakan semuanya. Sophia mencari-cari ponselnya. Baru ia ingat, ponselnya dilempar entah kemana oleh pria gila itu.

Sophia tidak mempedulikannya. Ia berjalan memasuki kamar mandi. Kini ia harus bangkit dan tidak boleh seperti ini.

'Lupakan semuanya, Sophia. Lupakan semua kejadian laknat itu.' pikiran Sophia terus saja mengulang kalimat itu.

Sebelum pergi keluar, Sophia membereskan apartemennya yang kemarin hancur oleh anak buah Gunner. Sudah sering kali Gunner melakukan hal ini kepadanya. Ia menginginkan Sophia menjadi wanitanya, namum ia tidak menerimanya begitu saja.

Gunner adalah seorang mafia kejam dan Sophia tidak menyukainya. Wajahnya memang rupawan tapi kelakuannya seperti setan. Kata setan kembali mengingatkan Sophia pada pria bejat itu hingga ia kembali menangis. Hari ini Sophia memilih menangis sepuasnya tanpa lelah.

'Maafkan aku, Nek. Biarkan aku menangis untuk hari ini.' batin Sophia dengan tubuhnya yang tersungkur ke tempat tidur.

Sophia tidur tengkurap sambil menangis. Kakinya menendang-nendang guling dan bantal yang ada di sekitarnya. Ia menjerit lalu kembali membenamkan wajahnya pada bantal.

"Aaaaakkkkhhhh !"

Jeritan Sophia begitu kuat, ia duduk dan melemparkan semua benda yang ada di atas ranjang. Tangan Sophia mencakar dirinya sendiri hingga terlihat bekas cakarannya merah. Kepala Sophia tenggelam di antara lututnya, ia tampak seperti orang gila saat ini.

Hanya hari ini, Sophia berjanji akan kembali seperti sedia kala lagi. Hanya sekarang, ia ingin menjerit pada Tuhan atas ketidak adilan yang ia dapatkan.

***

IG : ALZENA2108

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 52

    Setelah beberapa hari akhirnya mata pria itu bergerak seakan memberitahu semua orang bahwa dia akan segera membuka mata sepenuhnya. Menyadari gerakan itu, seorang wanita langsung mendekati brankar dan duduk di sampingnya. Hingga mata safir itu terbuka sepenuhnya, dia menatap heran wanita yang berada di sampingnya.Wanita itu hanya tersenyum, Rose membiarkan pikiran Edmund mencari tahu dengan apa yang terjadi. Tatapan mata safir itu setiap detik melakukan perubahan tatapan. Hingga dia benar-benar menyadari apa yang terjadi.Edmund segera duduk dan mencoba pergi dari sana. "Tenanglah, Ed, kau baru siuman setelah 2 hari," ucap Rose membantu Edmund untuk tidur kembali, tapi Edmund menolaknya. "Aku akan panggilkan dokter.""Tidak, cukup bantu aku berdiri.""Apa yang membuatmu jadi selemah ini, Edmund? Kau seharusnya senang.""Senang? Apa maksud, Mommy? Aku harus senang saat Sophia dan.. dan bayi kami meninggal?" Edmund berucap semakin rendah sa

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 51

    EDMUND POVTubuhku bergetar hebat saat melihat kembali layar monitor, walaupun aku sudah berulang-ulang melihatnya, tapi rasa sesak terus saja menusuk jantungku, membuat nafasku tidak beraturan dan terasa sangat sesak. Di sana, di layar itu, wanitaku sedang merangkak sambil menangis. Lututnya berdarah dan bibirnya terkatup rapat. Dia memeluk lututnya sendiri, menangis dalam diam karena aku.Aku menghianatinya, aku mengakuinya. Walaupun aku tidak sampai menyetubuhi wanita itu, tapi aku tetap mengingkari janjiku. Aku mencium wanita lain, aku menyentuh wanita lain dan aku membuat wanita lain mendesah. Memang, malam itu saat aku akan mengecek kepindahan Sara, wanita itu memberikanku minuman yang membuatku kepanasan.Aku tahu minuman apa itu saat sudah merasakan efeknya, aku membuka pakaianku dan tanpa sadar mendorong Sara supaya memasuki kamar. Itu terjadi begitu saja, saat Sara sudah memposisikan di atasku, pikiranku terus saja memperlihatkan Sophia y

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 50

    Malam itu, Sophia tidak datang makan malam, dia membuat seorang pria bermata abu menunggunya. Awalnya Gunner kira Sophia malas datang ke mansionnya karena ini hujan deras, yang Gunner tahu Sophia suka sekali bergemul di bawah selimut saat hujan deras. Namun, ketika seseorang memberitahukan padanya bahwa Sophia enggan keluar dari kamarnya dan memakan makan malamnya, pria itu segera melangkah menuju tempat Sophia berada. Rasa khawatir memenuhi benak Gunner saat itu, dia bertanya-tanya apakah yang membuat Sophoa sedih."Apa dia masih di kamarnya?"Wanita yang Gunner tugaskan untuk menjaga Sophia itu mengangguk. "Ya, Tuan.""Apa yang sebenarnya terjadi?""Saya tidak tahu, Tuan, ketika Nona pulang matanya sudah sembab."Kening Gunner berkerut. "Bawakan makan malam untuknya.""Su.. sudah, Tuan, Nona Sophia tidak memakannya.""Ambilkan yang baru!"Wanita itu mengangguk takut lalu melangkah menuju dapur. Gunner berjalan menaik

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 49

    Rasa gugup menyelimuti Jamie yang sedang duduk di hadapan Sophia, mereka berdua akan makan siang bersama. Dan saat ini mereka sedang menunggu Gunner yang masih bicara dengan anak buahnya. Sophia hanya diam mengaduk-adukan saladnya, Jamie menatap Sophia lekat karena takut wanita itu bicara pada pamannya. Sering kali Jamie mendapatkan masalah karena dia bermulut besar dan Gunner selalu menghukumnya dengan sadis. Bukan sadis fisik, tapi sadis materi.Gunner akan berhenti memberinya uang atau memblokir kartu kreditnya, bukannya orang tua Jamie tidak peduli dengannya, tapi mereka berdua telah meninggal dan kini dia ditanggung oleh pamannya Gunner."Sophia, aku minta maaf."Sophia menegakan kepalanya menatap Jamie. "Untuk apa?""Yang tadi, apa kau lupa?"Dia menggeleng. "Tidak apa, lagi pula itu memang fakta.""Tapi, Sophia, ak-""Berapa umurmu?" Sophia memotong perkataan Jamie, pria itu mengerutkan keningnya."Umm, 17 tahun."

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 48

    Sophia masih mengingat keputusannya beberapa hari yang lalu, di mana dia menandatangani surat perceraian itu. Dia tidak menyukainya, tidak ada seorang pun yang menyukai perpisahan. Namun, jika ini yang terbaik, maka Sophia akan melakukannya. Sesungguhnya, dalam lubuk hatinya dia tidak ingin melakukan itu, berpisah dengan Edmund dan membesarkan anaknya tanpa bantuan suami membuat Sophia ketakutan. Bukan takut karena kerepotan, tapi dia takut suatu saat anaknya akan menanyakan sosok ayah. Apalagi dulu Sophia punya teman yang menjadi pecandu narkoba karena kekurangan kasih sayang, padahal setahunya ibu dari temannya itu sangatlah baik.Dia mencari jalan yang terbaik, tapi jalan kali ini menunjukan bahwa Sophia lebih baik tanpa Edmund. Sekuat apapun Sophia, dia juga seorang manusia yang memiliki hati, wanita yang lemah dan tak berdaya, memiliki sejuta kekurangan dan kesialan. Kesialannya adalah, hingga detik ini dia masih mencintai Edmund. Berharap setiap detik cintanya berkurang

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 47

    Lagi-lagi suara gelak tawa terdengar di apartemen seorang pria yang sedang bicara dengan temannya, mereka memegangi perut mereka karena kelelahan tertawa. Bahkan Allarick mengeluarkan beberapa tetes air mata lelah tertawa."Hahhaha, sudah, ya ampun. Aku benar-benar ingat bagaimana wajahmu saat masuk kedalam got," ucap Allarick kemudian tertawa lagi.Gunner yang merasa Allarick keterlaluan menertawakan dirinya segera menendang kaki temannya itu hingga dia berhenti tertawa dan menatap tajam Gunner. Tatapan tajam Allarick tidak bertahan lama saat wajah Gunner memperlihatkan ekspresi dinginnya, dia berdehem menetralkan tenggorokannya yang sakit sebab tertawa. Allarick membenarkan duduknya dan berusaha menahan tawa, bos mafia itu sudah hampir meledak."Jadi, kapan kau ke Las Vegas?" Allarick menyeruput tehnya."Minggu depan mungkin, ada hal yang harus aku urus.""Lalu bagaimana denganku?" Allarick menunjuk dirinya sendiri dengan khawatir."Memang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status