Share

Makan siang karyawan

“Ah, aku lapar!” seru Linda.

“Loh kenapa? Belum sempat sarapan ya?” tanya Jessica heran.

“Iya nih, aku hampir kesiangan,” jawab Linda sedih sambil menutup laptop kerjanya." buruan la ...?" pandangan Linda ter alih dengan seorang wanita.

Belum selesai percakapan Linda dan Jessica, Intan yang baru keluar dari ruangan Pak Angga lalu mendekati ruangan semua karyawan Seraya berkata,

“Kalian jangan pulang dulu ya, karena ada yang mau disampaikan oleh Pak Angga di jam pulang,” ucap Intan sambil kembali kemejanya lagi.

“Emm ... emang ada apa ini?” tanya Jessica penasaran.

“Katanya Pak Angga mau pensiun,” jawab Intan seadanya sembari duduk di tumpatnya.

“Loh Yang gantiin siapa dong?” tanya Jessica lagi.

“Ya anaknya lah! Siapa lagi?” ucap intan.

“Wah, kira-kira tampan enggak ya?” tanya Linda yang dari tadi hanya mendengarkan seperti karyawan lainnya lalu ikut dalam percakapan mereka.

“Ya nana saya tahu, datang ke kantor aja belum pernah,” jawab intan kesal.

Intan Nazura adalah Orang yang sangat sensitif terhadap hal yang membuat dia kesal. Namun walapun dia memiliki sifat yang cepat geram dan tidak sabaran dalam ocehan yang tidak berbobot akan tetapi Intan sangat disiplin dan tidak ceroboh sehingga mendapat jabatan sebagai sekretaris Pak Angga.

Lain hal dengan sikap Jessica. Wanita yang berperawakan kurus tinggi itu, sekarang usianya beranjak 24 tahun lebih identik dengan hal konyol, suka bertanya dengan jiwa kepenasarannya hingga terkadang orang bosan meladeni. Dia juga suka bercanda yang terkadang melewati batas hanya Linda yang sabar dengar ocehan dia.

Linda sudah faham betul dengan sikap temannya itu sejak kuliah, sedikit banyak Linda ikutan tertular akan sikapnya.

“Ah kamu Lin, baru saja aku mau bilang gitu,” ucap Jessica sambil cekikikan.

“Eh, aku bercanda loh. Sudah mulai gilamu,” kata Linda sebal melihat jessica yang semangkin menjadi.

“Seperti nggak kenal aku aja. Jadi nggak makan?” tanya Jessica kembali.

“Hmm...oke.”

Linda dan jesika berjalan keluar kantor menuju kantin.

Lift pun terbuka. Linda dan Jessica masuk. Sesampainya di kantin, mereka memesan makanan untuk mereka santap.

Sambil menunggu makanan tiba, Linda dan Jessica kembali berbincang.

“Kamu mau jalan-jalan nggak? mumpung besok libur,” ucap Jessica teringat akan rencananya.

“Oh iya, bener juga itu. Lagi pula kan Mama aku udah enakan badannya,” kata Linda menyetujui usulan Jessica sambil menyeruput minuman dingin yang barusan pelayan antar.

“Kalau ke pantai, gimana?” ajak Jessica sambil menyentuh bahu Linda.

“Boleh juga tuh.” Linda tersenyum dengan tangannya yang masih memegang gelas berisi teh.

“Biar sedikit berbeda gitu, enggak ke mall terus,“ kata Jessica.

“Sambil cari tuan muda, capek ngejomblo terus kita,” ucap Jessica lagi kali ini sambil memainkan mata sebelah nya.

“Kamu aja, aku mah enggak,” ucap Linda acuh.

“Gaya kamu Lin, sombong banget seperti artis yang jual mahal saja,” ujar Jessica kesal.

“Hahaha … iya kali jual murah,” kekeh Linda.

Pelayan datang dan menyuguhkan makanan yang tak lama mereka pesan.

Di sudut jendela kamar tepatnya lantai 2 terlihat seorang lelaki tampan berkulit putih sedang mengenakan kaos hitam lengan pendek, celana jeans yang berwarna gelap.

Terlihat dari postur bentuk tubuhnya yang begitu kekar seakan seperti layaknya seorang binaragawan yang memperlihatkan  otot-otot pada lengannya yang begitu kuat. Ya, benar saja Dia sangat sering berolahraga di pagi hari.

Wanita mana yang tidak tergila-gila padanya ketika melihat lelaki seperti itu. Siapa lagi kalau bukan Ariel Felino, anak dari seorang pengusaha sukses yaitu Angga Pladio.

Ariel sedang memperhatikan lingkungan sekitar dari atas sudut jendela apartemen ayah Ariel sambil menikmati secangkir kopi di tangannya.

“Sudah lama aku tidak pulang ke Indonesia dan merasakan suasana seperti ini,” ujar Ariel dalam benaknya.

Sebenarnya Ariel baru pulang dari Turki beberapa minggu yang lalu setelah menyelesaikan bidang studi beberapa tahun yang lalu disana, Ariel memilih menetap.

Ariel kembali ke Indonesia dikarenakan ayahnya menyuruh untuk menjalankan perusahaan.

“Apakah semua karyawan bersama staf lain sudah hadir,” gumam Pak Angga tegas seraya berdiri di hadapan karyawan.

“Sudah, Pak,” jawab para karyawan yang berbaris sedangkan Linda berada di sap paling pojok dengan menundukkan pandangan.

“Baik, mulai minggu depan posisi saya akan digantikan oleh direktur baru yang akan menjadi pimpinan untuk kalian nantinya. Dia adalah anak saya.”

Riuh kecil tercipta dari sebagian karyawan.

“Saya tidak akan menyebutkan namanya melainkan dia sendiri yang akan memperkenalkan diri,“ ucap Pak Angga mempersilahkan pada lelaki muda disamping-nya.

Semua pasang mata karyawan serentak melirik dengan penuh rasa penasaran pada lelaki tersebut.

“Jika sudah jelas, kalian semua boleh pulang,” ucap pak angga.

Tanpa menghiraukan balasan dari para staf dan karyawan lainnya. Pak Angga melangkah keluar kantor melewati pintu keluar dengan seorang supir pribadinya yang sudah membukakan pintu mobil. Security yang berada di depan pintu luar yang berdinding kaca dengan cepat membukakan pintu pada bosnya itu.

“Akhirnya pulang juga hari ini, aku sudah lelah menanti,” seru Linda yang mengkerutkan keningnya.

“Tapi, Lin. Kira-kira siapa ya bos kita nanti?” tanya Jessica penasaran sambil merapikan berkas.

“Entahlah. Aku tak memikirkannya,” jawab Linda malas.

“Lebih baik aku pulang dan tertidur,” lanjut Linda dan beranjak Pergi.

“Eh jangan lupa besok yaa,” ujar Jessica mengingatkan.

“Oke… Daaaa,” kata Linda melambaikan tangan pada Jessica.

Terlihat ibu Rianti yang menyibukkan diri di dapur dengan memotong sayuran yang ada di depannya sedangkan Siti memasak yang lainnya.

“Ibu, maaf saya lancang,” Siti bertanya dengan rasa takut.

“Memangnya kenapa?”

“Bukannya Non Linda sudah cukup dewasa untuk menikah tapi kenapa Siti tidak lihat non Linda membawa pacarnya ke rumah?” tanya Siti heran.

“Pertanyaanmu aneh Siti, Jelas saya juga tidak tahu.” kata ibu Rianti tersenyum heran seraya menggelengkan kepala.

“Mungkin dia masih menyukai kesendiriannya,“ jawab ibu Rianti lagi.

“Ada-ada saja ibu.” Siti tertawa kecil dan kembali memasak lagi.

Ketika Sedang sibuk memasak di dapur, terdengar suara wanita dari luar rumah mengetuk pintu.

Linda sampai di rumah.

“Assalamualaikum.”

Siti yang mendengar seseorang yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam pun bergegas ke ruang depan.

“Wa'alaikumsalam. Tunggu sebentar,” jawab Siti dari sudut pintu dapur.

“Non Linda sudah pulang,“ kata Siti tersenyum tipis setelah membukakan pintu.

“Iya, Bik. Oh iya, Mama di mana?” tanya Linda yang baru pulang dari kantor.

Ia melihat ruangan tamu kosong biasanya ibu Rianti selalu ada di meja makan ketika ia sampai di rumah, kini tak terlihat.

“Ada Non, di dapur.”

Telihat di tap meja dapur Mama sedang sibuk memotong sayuran kesukaannya.

“ehem ... “ Linda mendehem  mengalihkan pandangan mamanya.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status