Arumi benar-benar merasa terkejut saat ke empat lelaki yang tidak lain dan tidak bukan adalah para saudaranya itu menghampirinya secara serentak ketika gadis itu tengah berdiri di depan koridor kampus dengan memasang raut wajah penuh kebingungan.
Namun berikutnya Arumi merasa bersyukur karena para lelaki itu datang menghampirinya pada saat yang tepat.
Ya, Arumi merasa beruntung karena para saudaranya itu datang saat gadis itu sedang kebingungan. Mereka berempat mengatasi kebingungan Arumi dan menunjukkan tempat ruang administrasi kepada Arumi dengan mudahnya. Mereka bahkan tidak keberatan dan bersedia mengantar Arumi ke ruangan itu meskipun Arumi tidak memintanya.
Padahal awalnya Arumi ragu, hubungan dirinya dan keempat orang ini kan masih canggung. Tapi sudahlah, ini awal yang bagus.
Well, kalau tidak ada mereka Arumi pasti sudah kelimpungan mencari dimana keberadaan ruang administrasi yang sebenarnya di kampus yang amat besar ini mengingat Arumi mer
Jessica dan Tiffany, dua senior papan atas nan hits yang cukup berpengaruh di Draksita itu melangkahkan kaki mereka sambil membawa nampan menuju bangku ekslusif yang memang sudah mereka tandai menjadi spot khusus milik mereka berdua di kantin kampus ini dengan gaya bak model papan atas membuat beberapa mahasiswa lainnya berdecak kagum melihat penampilan mereka berdua. Jessica dan Tiffany saling melemparkan tatapan, puas akan status mereka. Sekarang, siapa sih di kampus ini yang tidak tahu Jessica Moirene dan Tiffany Charleta? Dua mahasiswi panas incaran para lelaki, duo double trouble yang selalu di bicarakan dimanapun mereka melangkah. Wajah cantik, tubuh seksi, gaya fashion yang memanjakan mata serta status sebagai putri dari keluarga kaya adalah trademark mereka berdua. “Sica, kau serius makan siangmu cuman ini?” Tiffany membulatkan matanya tidak percaya melihat menu makanan Jessica yang hanya terdiri dari sebuah selada, beberapa potong kol
"Arumi sayang, bagaimana hari pertamamu di kampus?" tanya Nyonya Gita kepada Arumi begitu mereka sekeluarga sedang menyantap makan malam bearsama di ruang makan.Hari ini personil Chandrawinata family lengkap tanpa kurang satu orang pun.Keempat lelaki yang sering berkeliaran keluar rumah itu makan malam di rumah malam ini, bersama Arumi tentunya."Baik, kok, Ma." jawab Arumi sambil tersenyum.Sebenarnya banyak hal yang terjadi di hari pertamanya ini. Ia mendapat perlakuan yang kasar dari seorang senior kampus blonde juga bertemu Vioren Dasom lagi yang malah menjambak rambutnya.Tapi secara keseluruhan memang benar Arumi merasa baik. Ia merasa senang karena pada akhirnya bisa berkuliah lagi, di universitas berkelas pula.Menyampingkan hal-hal buruk yang ia terima di hari pertamanya, rasanya semua itu tergantikan dengan kebahagiaan karena selama empat tahun ke depan, Arumi tidak perlu takut dengan persoalan pendidikannya lagi."Kalian,
Kelas sudah selesai sedari tadi, Alena sudah pulang dan tidak bisa menemani Arumi karena mereka tidak searah untuk pulang sementara seminar kursus yang di hadiri Sally masih belum selesai membuat Arumi terpaksa harus pulang seorang diri."Kau tidak mau ikut denganku? Aku bisa menyuruh supirku mengantarmu pulang." ujar Alena sebelum gadis itu beranjak pulang."Tidak perlu Alena. Aku bisa pulang sendiri." jawab Arumi sebagai jawaban."Yakin?" tanya Alena memastikan. Arumi mengangguk mengiyakan."Kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa besok, Rumi."Arumi melambaikan tangannya ke arah Alena begitu gadis berambut panjang bergelombang itu sudah keluar ruangan.Arumi memutuskan untuk pulang sendiri dan menyusuri lapangan kampus seorang diri. Setidaknya ia masih ingat jalan pulang.Arumi sudah menghafalkan arah dengan baik saat ia diantar ayah angkatnya ke kampus saat kuliah perdana, jadi sepertinya tidak akan ada masalah.&ldquo
Setelah banyak menahan nafas dan membaca doa- doa di dalam hati Arumi akhirnya sudah dapat melihat pintu gerbang berwarna putih yang menjadi jalan masuk menuju rumah besar tempat dimana ia tinggal.Kediaman rumah Chandrawinata.Perjalanan pulang yang cukup panjang ini terasa begitu lama dan akhirnya Arumi bisa bernafas lega setelah Kris menghentikan motornya di depan rumah.Sadar bahwa dirinya sudah sampai, Arumi segera menarik tangannya sendiri untuk berhenti memegangi jas almamater abu-abu rokok milik lelaki di depannya itu.Arumi bersyukur, ia pulang dalam keadaan selamat, tidak ada satupun bagian yang kurang dari tubuhnya mengingat ini adalah pertama kalinya Arumi menaiki motor dengan kecepatan yang amat super duper cepat, bahkan Arumi berpikir Kris dapat mendaftar menjadi pembalap F1 dengan kekuatan seperti itu.Arumi dengan hati-hati turun dari motor sport berwarna silver itu dan dengan pelan-pelan pula melepaskan helm hitam itu dari kepalany
Arumi menutup buku dongeng pemberian Ibu Kepala panti asuhan yang sudah selesai di bacanya dengan perasaan lega kemudian memasukkan kembali buku kecil miiknya tersebut ke dalam tas ransel biru di samping tempat tidurnya.Gadis itu merasa sangat tenang dan hatinya juga terasa lebih lapang setelah ia membaca buku dongeng pemberian Ibu Kepala yang selalu menjadi kebiasaan rutinnya saat di panti asuhan dulu.Ah, seketika Arumi merasa rindu akan panti asuhannya.Biasanya jika jam segini ia akan keluar kamar dan berdoa bersama para suster, Ibu Kepala dan adik-adiknya di sana.Memohon kesejahteraan dan kebahagiaan untuk hidup mereka kemudian mulai makan bersama dengan lahap satu sama lain, lalu Arumi akan mencuci peralatan makan yang kotor dengan ceria kemudian membacakan dongeng menarik untuk para adiknya agar bisa tertidur lelap.Arumi menghela nafasnya pelan saat mengenang kebersamaan yang manis itu.Arumi hanya merasa rindu, rindu tempat ia dib
“Kau lihat kan kemarin? C4 mendatangi gadis ini. Memangnya gadis ini siapa sih?”“Iya, aku dengar bahkan para pangeran kita mengantarnya sampai ke ruang dosen. Siapa sih gadis itu? Sok penting! Menjijikkan!”“Kudengar dia anak baru di sini. Menyebalkan! Sepertinya dia belum tahu siapa kita.”"Jangan-jangan, dia mau bersikap centil dan menggoda senior C4?"“Iya, berani-beraninya dia menggoda para pangeran kita tercinta. Dasar gadis murahan!”“Gadis ini pasti mau memikat para pangeran C4. Berani sekali dia!”“Ini tidak bisa di biarkan!”Alena yang baru sampai di kampus memutar bola matanya jengah begitu mendengar sekelompok mahasiswi wanita berkumpul dan kelihatan seperti sedang menggosipkan sesuatu.Bukan hal baru bagi Alena untuk melihat hal seperti ini, hampir setiap kedatangannya di sekolah ia pasti melihat para kumpulan gadis tidak waras ini menggosipkan
“Ya!! Memangnya aku melakukan kesalahan apa! Aku bahkan tidak mengenal kalian tapi mengapa kalian melakukan ini padaku! Katakan padaku apa masalah kalian sebenarnya?! ” Arumi berusaha untuk menahan suaranya agar tidak meledak namun para orang-orang ini semakin menatap Arumi dengan tatapan menantang dan menjijikan.Bersamaan dengan itu, munculah Dasom Viorendari arah belakang yang maju ke depan dan langsung menyilangkan tangannya dengan gaya sombong menatap Arumi dengan penuh tatapan tidak suka terpancar dari matanya.Pasti. Firasat Arumi mengatakan Dasom adalah dalang dari semua ini.Ia masih mengingat saat di sekolah dulu bagaimana ia menjadi korban bullying akibat Dasom yang menindasnya bersama para antek-anteknya.“Jadi ini semua ulah mu Dasom?” tanya Arumi seakan sudah punya firasat bahwa Dasomlah yang menyebabkan semua ini.“Jangan menyalahkanku anak buangan. Ini semua salahmu karena berani sekali kau mendekati id
“Tenang, Alena, tarik nafas yang dalam, hembuskan, tarik nafas, hembuskan.” Kai langsung menghampiri gadis itu dan dengan gaya terapis nya menyuruh Alena menarik nafas lalu menghembuskannya dan dengan polosnya Alena menuruti ajakan konyol Kai itu.“Hei!! Hentikan kekonyolan ini! Pokoknya kalian harus bertanggung jawab!” teriak Alena lagi, raut-raut wajah penuh kekesalan sangat nampak di wajah pucat gadis itu.“Baiklah, Alena, jadi katakan siapa diantara kami yang berani menghamili dirimu.” Gerald langsung maju dan memasang wajah seriusnya, membuat Alena langsung membulatkan matanya tidak percaya dengan semua ke-tidak-sambungan ini.“BUKAN ITU !! Ini soal Arumi!”“ARUMI???”C4 langsung terkejut setengah mati begitu nama Arumi di sebut."Apa yang terjadi padanya?" tanya Kris yang tiba-tiba bangkit dan mengajak Alena bicara, sementara Alena mundur satu langkah refleks begitu saja.