Home / Romansa / Oh, My Ex! / Pertemuan

Share

Pertemuan

Author: Itsmeyeya
last update Last Updated: 2021-08-18 11:38:45

"Terima kasih udah hadir di dalam hidupku," gumam Nara memperhatikan wajah damai Darren—lelaki yang selalu ada untuknya, bahkan lelaki itu juga yang sudah membantu Nara menyembuhkan luka di hatinya. 

"Aku gak tau gimana hidupku jika tanpa kamu," gumamnya lagi.

Tangan Nara bergerak menyentuh wajah Darren yang terpahat sempurna. Ingatannya melayang jauh pada kejadian saat dirinya melarikan diri dari rumah.

"Tentu saja, aku akan menceraikannya setelah anak kita lahir!" 

Nara membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara, air mata pun mengalir deras dari pelupuk matanya saat  kata-kata menyakitkan itu melesat bebas dari bibir Keenan tanpa keraguan.

Tubuh Nara seakan membeku tak bisa digerakkan, kakinya seperti melekat di lantai tempatnya berpijak hingga butuh tenaga ekstra untuk wanita itu menggerakkan kakinya dan mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berbalik dan pergi meninggalkan rumah yang selama ini menjadi saksi dirinya berbagi suami dengan wanita lain.

Nara menempuh hujan, tanpa peduli tubuhnya yang akan basah kuyup dan kedinginan. Nara hanya ingin air hujan itu mengguyur hatinya berdarah-darah. Membersihkan dan mengobati lukanya yang semakin menganga lebar. Sangat menyakitkan. 

Wanita itu awalnya hanya ingin ke dapur, tapi siapa sangka pintu kamar Rachel yang tidak tertutup rapat mengundang rasa penasarannya.

Sudah tak bisa dideskripsikan lagi bagaimana hancurnya hati Nara saat tatapannya masuk ke dalam ruangan minim cahaya itu. Keenan suaminya tengah menindih tubuh Rachel—madunya. 

Keenan tidak hanya menindih, lelaki itu juga menggerakkan pinggulnya dengan liar. Gerakan yang semakin cepat menimbulkan bunyi decakan dari kedua bagian tubuh yang saling bersentuhan dan menyatu. Sehingga suara lenguhan panjang dari kedua insan di dalam sana memenuhi gendang telinga Nara tembus hingga ke hatinya.

Meski menyakitkan, Nara tidak berniat pergi dari sana. Wanita itu membiarkan hatinya yang rapuh itu hancur sehancur-hancurnya agar tidak ada lagi alasan untuknya bertahan di antara Rachel dan Keenan.

Sehingga, ucapan Keenan yang akan menceraikannya benar-benar membuat Nara tak sanggup dan wanita itu memilih pergi. Benar-benar pergi dan tak akan kembali!

"Seharusnya kamu gak perlu janjiin apa pun padaku, kalau akhirnya kamu gak bisa menepatinya," lirih Nara dengan tersedu-sedu. 

Terngiang di ingatan Nara, Keenan berjanji tidak akan melepaskannya apa pun yang terjadi. 

Tapi apa? Itu hanya janji palsu yang Keenan berikan agar dirinya bisa meraih hati Nara, menyentuh hingga bisa mendapatkan anak dari wanita malang itu.

"Seharusnya kamu juga gak perlu bersikap baik padaku, hingga hatiku mulai terbuka dan luluh padamu." 

Semua perlakuan manis Keenan sejak mereka membuka lembaran baru hingga dalam masa kehamilan membuat Nara terpedaya. Wanita itu telah salah menjatuhkan jatuh hati pada lelaki yang tidak akan pernah mencintainya. Karena cinta Keenan hanya untuk Rachel. Selamanya.

Di antara Nara, Keenan dan Rachel. Hanya Keenan dan Rachel yang bersatu tanpa sekat. Sedangkan Nara tidak akan bersatu dengan Keenan karena mereka terpisah oleh tanda koma.

Nara memukul dadanya yang terasa sesak dan sakit bersamaan, "Wahai hati, kenapa kamu begitu lemah? Dia memberikanmu perhatian kecil, tapi kamu malah memberikan cinta untuknya. Tidakkah seharusnya kamu membencinya? Sejak awal hingga akhir, dia memberikan luka untukmu." 

"Akh," jerit Nara saat merasakan sakit di perutnya. Wanita itu mencengkram perutnya, lalu terduduk di aspal. 

Rasa sakit yang teramat membuat Nara tidak bisa berdiri dan pergi saat sebuah mobil berjalan ke arahnya. Nara pasrah jika ia harus tertabrak dan mati bersama anaknya. Wanita itu hanya menunduk dengan mata terpejam, menunggu tubuhnya terseret oleh mobil yang berkali-kali menekan klakson untuknya.

"Sudah puas menikmati maha karya Tuhan di wajah tampanku, hmmm?" Suara Darren menyentak Nara dariningatan menyakitkannya.

Nara melihat Darren sudah membuka matanya. Mata yang selalu menatapnya dengan penuh cinta.

"Sebegitu terpesonanya kamu sama aku sampai memperhatikanku sedang tidur." 

"Cih, PD," cibir Nara terkekeh. 

"Percaya diri itu harus, Sayang," balas Darren mengecup bibir Nara.

"Emmm, aku belum sikat gigi." Nara membekap mulut dengan tangannya. 

"Biarin," sahut Darren tak peduli. Lelaki itu menyingkirkan tangan Nara, lalu meraih bibir yang selalu menjadi vitamin untuknya. 

"Emmm." Nara berusaha melepaskan bibirnya dari Darren, membuat lelaki itu menyudahi aksinya dan menatap Nara dengan delikan kesal.

"Kenapa?"

"Nanti malah berkepanjangan."

"Terus kenapa?"

"Kamu lupa, aku ada meeting hari ini?" Nara berbalik melemparkan pertanyaan. "Kalau kamu melakukannya, aku pasti akan terlambat." 

"Ini gak akan lama, Sayang," bujuk Darren.

"Enggak!" tolak Nara langsung membelit selimut ke tubuhnya dan ngacir ke kamar mandi, tanpa peduli tubuh Darren yang polos terekspos.

"Sayang, gimana kalau mandi bersama!" teriak Darren.

"Enggak!" balas Nara dari dalam kamar mandi, membuat Darren terkekeh.

"Terima kasih juga karna sudah memberikanku kesempatan untuk bersamamu," ucap Darren dengan tatapan tertuju pada kamar mandi. 

Lelaki itu mendengar gumaman Nara yang berterima kasih karena kehadirannya, membuat hati Darren tersentuh dan begitu bahagia.

Ingatan Darren melayang pada pertemuan pertamanya dengan Nara. 

Waktu itu ia terburu-buru dan seorang perempuan yang terduduk di jalanan menghambat perjalanannya. Hingga mau tak mau Darren meminta supirnya untuk berhenti. Lelaki itu sendiri turun dari mobil dengan dengan sebuah payung di tangannya.

"Nona, apa yang terjadi?" tanya Darren pada wanita yang tak lain adalah Nara.

Darren terlihat khawatir, apalagi saat melihat wajah Nara yang tampak menahan sakit. 

"To—long," lirih Nara sebelum akhirnya kesadaran hilang dari raganya. 

"Astaga!" pekik lelaki itu langsung membuang payungnya dan menangkap tubuh Nara yang hampir membentur aspal. 

Darah segar bercampur air hujan juga tampak mengalir di betis Nara, membuat lelaki itu semakin panik.

"Ke rumah sakit, cepat!" perintah Darren pada supirnya.  

"Dokter, tolong selamatkan dia," pinta Darren.

"Apa yang terjadi?" tanya dokter mulai memeriksa keadaan Nara.

"Gak tau, saya menemukannya di jalan dalam keadaan yang sudah berdarah," terang Darren.

Setelah memeriksa dan menyampaikan keadaan  Nara yang sedang kritis, dokter langsung membawa wanita malang itu ke ruang operasi. 

"Kondisinya benar-benar kritis, Tuan. Hanya satu orang di antara mereka yang bisa selamat," ucap dokter penuh sesal.

"Selamatkan ibunya, dok," sahur Darren setelah beberapa saat terdiam untuk memikirkan solusi.

Darren pikir, tidak masalah kehilangan anak selama ibunya masih selamat. Wanita itu masih bisa hamil lagi. 

Namun, Nara yang dalam keadaan setengah sadar meminta dokter menyelamatkan anaknya. 

"Se—lamatkan a—nak sa—ya, dok—ter," ucap Nara terbata menahan sakit sebelum ia kembali pingsan.

"Darren!" teriak Nara dari dalam kamar mandi menyentak Darren dari lamunannya. "Tolong ambilin handuk!" 

*****

Dara berlarian memasuki restoran saat netranya menangkap sang mama dari kejauhan. 

Namun, karena tidak memperhatikan sekitarnya, Dara malah bertabrakan dengan seorang lelaki dewasa.

Nara mendongak untuk melihat wajah lelaki yang ditabraknya. 

"Awww!" ringis gadis kecil itu memegang kepalanya dan berpura-pura kesakitan agar tidak dimarahi oleh lelaki itu karena berjalan tidak hati-hati.

Keenan—lelaki yang ditabrak oleh Dara hanya tersenyum gemas, "Hei, cantik," sapanya menunduk dana mensejajarkan posisinya dengan Dara. "Kamu gak papa?" tanyanya kemudian.

Dara menurunkan tangannya dari kepala, "Dara gak papa, Om. Maaf, ya," ucapnya dengan cengiran. 

"Gak papa, lain kali hati-hati, ya," peringat Keenan penuh kelembutan. "Di mana papa dan mamamu? Biar Om anterin." 

"Itu mama." Dara menunjuk Nara yang tengah duduk membelakangi mereka dengan tangan yang memegang ponsel bertengger di telinganya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oh, My Ex!   Cerewet

    "Enghhh." Nara meregangkan otot-otot di seluruh tubuh, dan perlahan membuka kedua netranya—mencoba mengumpulkan nyawanya yang sempat berkecai tadi malam karena kelelahan beberes rumah baru bersama Rachel.Ya, kedua wanita yang memiliki suami yang sama itu dengan kompak membereskan rumah baru mereka, tanpa adanya bantuan pembantu. Hanya Keenan yang membantu keduanya untuk mengangkat barang-barang berat dan juga memasang atau meletakkan sesuatu di tempat yang tinggi.Nara mengambil dan memakai sweater untuk menutupi baju tidurnya yang sedikit menerawang. Wanita itu keluar kamar dan hendak pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan paginya bersama Keenan dan Rachel.Baru saja Nara membuka pintu dan sudah keluar selangkah dari kamarnya, pintu kamar sebelah terbuka bersamaan dengan Keenan yang keluar dari sana.Tentu saja Nara mengkerutkan keningnya dengan perasaan heran, "Kenapa kamu tidur di sa

  • Oh, My Ex!   Tinggal Bersama

    "Rachel?" gumam Nara saat melihat wanita itu ada di rumah baru yang Keenan katakan akan menjadi tempat tinggal mereka sejak hari ini."Kenapa dia ada di sini?" batin Nara masih menatap lekat wanita yang menjadi madunya itu.Keenan turun dari mobil dengan membawa koper dirinya dan juga milik Nara. Kemudian, lelaki itu mengikuti arah pandang Nara yang masih lekat menatap Rachel.Tampak istri pertama Keenan tengah berdiri di ambang pintu, seperti akan menyambut kedatangan sang suami dan juga madunya."Dia juga akan tinggal di sini." Pelan dan lembut ucapan Keenan, tetapi mampu menyentak Nara. Seakan suara Keenan baru saja menggelegar di sanubarinya, hingga wanita itu tersentak kaget."Tinggal di sini?" tanya Nara menatap penuh pada suaminya."Iya, bersama kita," jawab Keenan menambahkan.Nara berjalan mendahului Keenan, "

  • Oh, My Ex!   Bulan Madu

    Nara dengan cekatan memakaikan dasi untuk Keenan, dan suaminya itu hanya melihat setiap gerakan tangan lentik sang istri."Sudah selesai," ujar Nara dengan senyum manisnya. "Ayo turun," ajaknya.Kemudian, Nara berjalan mendahului Keenan, tetapi suaminya itu malah meraih tangan Nara dan menyatukan jemari mereka, lalu keluar kamar bersama.Mulanya Nara tercengang dengan tindakan Keenan, tapi pada akhirnya Nara mengerti. Apa yang Keenan lakukan hanya agar terlihat mesra di depan orang tuanya yang merupakan mertua Nara."Ingatlah, Nara. Dia hanya bersandiwara!" batin Nara memperingati dirinya sendiri.Keenan dan Nara ikut bergabung dengan Mama Salsa dan Papa Kenzo sarapan pagi bersama seperti pagi-pagi sebelumnya."Kapan kalian akan berbulan madu, Ken?" Mama Salsa membuka percakapan di sela-sela makan pagi mereka.Keenan mer

  • Oh, My Ex!   Sandiwara

    "Maafin aku." Ucapan pertama yang keluar dari bibir Rachel setelah hampir setengah jam duduk bersama Nara di 'Cafe Arimbi' miliknya.Setelah kejadian beberapa waktu lalu dirinya sempat menyinggung Nara, kini Rachel harus mengumpulkan keberaniannya untuk mengajak Nara kembali bertemu dan bicara empat mata. Beruntung, Nara tidak menolak ajakannya. Bahkan, wanita itu tetap setia menunggu Rachel bicara alih-alih pergi meninggalkan madunya."Maaf untuk kesalahanmu yang mana?" tanya Nara dengan alisnya terangkat sebelah. "Membiarkan suamimu menikahiku, atau meminta aku bercerai dari suamimu setelah aku berhasil memberikan anak untukmu?"Telak. Ucapan Nara membungkam Rachel, membuat wanita itu tidak berkutik.Mengingat pertemuan pertamanya dengan Rachel, Nara tidak bisa bersikap biasa saja pada madunya itu. Meski Rachel terlihat baik, tidak menutup kemungkinan wanita itu tengah bersandiwar

  • Oh, My Ex!   Kesempatan

    Plak!Tanpa aba-aba tangan mulus Nara mendarat di pipi kiri Keenan, suara tamparan itu pun menggema ke penjuru ruang kerjanya.Keenan memegang pipinya, dengan rahang yang mengeras. Tatapannya tajam, menyerupai tatapan hewan pemburu mangsa.Lelaki itu langsung menyelipkan tangan kanannya di tengkuk Nara, dan mendaratkan bibirnya dengan sempurna di bibir mantan istrinya itu. Memagut bibir ranum Nara dengan brutal, mengabaikan penolakan wanita itu."Emmmm." Nara berusaha menolak ciuman kasar Keenan dengan kedua tangan memukul dada bidang lelaki itu.Keenan tidak berhenti meski merasakan sakit di dadanya, tangan kirinya yang bebas mengunci kedua tangan Nara hingga wanita itu tidak bisa berkutik.Kemudian, Keenan menggigit kecil bibir Nara, membuat wanita itu membuka mulutnya, dan lidah Keenan dengan leluasa menjelajah isi mulut Nara. Mencecap da

  • Oh, My Ex!   Merindukan

    Di apartemen.Setelah memastikan semua orang pergi, Darren langsung mengambil nasi goreng buatan Nara yang masih tersisa di dalam kuali.Lelaki itu membawa nasi goreng tersebut ke atas meja makan dan menyantapnya dengan sangat berselera. "Emmm, enak," ucapnya setelah memasukkan sesuap nasi goreng."Aku merindukan masakanmu," ucapnya lagi dengan mulut yang hampir penuh karena dua suapan berhasil masuk ke dalam mulutnya.Darren terus menyuapi nasi goreng buatan istri tercinta hingga tandas dan piringnya nampak bersih, tidak tersisa sebutir nasi pun.Kemudian lelaki igu membawa piring kotornya ke tempat pencucian piring, lalu membersihk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status