Saat-saat yang ditunggu Keysia kini tiba, hari dimana restauran beserta café miliknya kini telahresmi dibuka. Tepuk tangan meriah pun Keysia terima saat pita kini telah terputus dengan sempurna.
“Selamat Keysia sayang,” seru Nana seraya memberikan pelukan pada sahabatnya.
“Makasih,” seru Keysia seraya memberikan balasan pada sahabatnya.
Setelah puas salin memeluk satu sama lain, keduanya sama-sama merenggangkan pelukannya.
“Semuanya silahkan masuk dan menikmati hidangan yang sudah kami siapkan,” ujar Keysia pada tamu undangannya. Setelah mendapat perintah dari pemilik restauran, para tamu itupun bergegas untuk masuk dan menikmati hidangan yang ada. Kini, di luar hanya menyisakan Keysia, Devan, Nana dan juga Argan.
“Keysia, selamat ya atas peresmian café dan restauran milikmu, semoga kedepannya lancar,” ujar Argan seraya mengulurkan tangan untuk berjabatan.
“Aamiin, terima kasih, Argan,” balas Keysia.
“Ekhem,” dehem Devan saat melihat tan
“Key, aku ingin memiliki kamu sepenuhnya,” bisik Devan seraya melingkarkan tangannya pada pinggang Keysia membuat gadis itu sontak berjingkat seraya membelalakkan matanya.Sebisa mungkin Keysia mencoba untuk tetap tenang, diletakkannya pisau yang kini digenggamnya lantas mencoba menjauhkan tangan Devan yang memluk erat pinggangnya. Namun, hasilnya sia-sia karena pelukan Devan seperti sebuah cengkraman, begitu kuat dan erat namun tidak menyakiti.“Devan, lepaskan aku, apa kau sedang bercanda dengan ucapanmu?” ujarnya.“Aku tidak bercanda, aku memang menginginkan dirimu,” Devan memutar tubuh Keysia menghadap pada dirinya, kedua tangannya bertumpu pada kabinet meja dapur untuk menahan Keysia.Keduanya lantas sama-sama terdiam dan saling beradu pandang, rasa gugup kini tidak lagi bisa Keysia tutupi. Dadanya berdegup teramat cepat, dan darahnya terasa seperti berdesir hebat. “Aku senang, namun ini terlalu mengejutkan,&
“Devan kau___?” Anna tidak melanjutkan kata-katanya, ia merasa begitu tidak mengenali Devannya hari ini.“Anna, tolonglah untuk kali ini saja,” ujar Devan dengan suara pelan dan tatapan penuh permohonan.“Baiklah, hari ini aku benar-benar tidak mengenali dirimu, Devan!” ujaranya lantaran segera melepaskan sealtbetnya yang mengait tubuhnya dan bergegas keluar dari mobil milik Devan.Air mata Anna merembes melewati pipi mulusnya menatap nanar mobil Devan yang melaju dengan kencang meninggalkan dirinya ditepi jalan.“Bodoh, kenapa aku harus menangisi kepergiannya?!” serunya seraya mengusap dengan kasar air mata yang membanjiri pipi mulusnya.Lantaran Anna mengambil ponsel dari dalam tas jinjing yang dibawanya kemudian langsung menghubungi kekasihnya dan meminta untuk menjemputnya.***************“Bagaimana bisa Devan meninggalkan kamu sendirian ditepi jalan?”
Dengan seksama, Devan mendengarkan para karyawannya yang sedang menjelaskan materi rapat kali ini, sesekali Devan melirik jam tangan yang kini melingkar pada pergelangan tangannya hingga waktu kini sudah menunjukkan jam makan siang.“Rapat ditunda, kalian silahkan istirahat,” ujar Devan yang langsung beranjak dari kursi yang kini sedang didudukinya diikuti dengan Argan yang juga melakukan hal yang sama, pun dengan karyawan yang lainnya.“Dev, kau mau makan malam diluar atau aku pesanankan makanan?” tanya Argan.Baru saja Devan akan memberikan jawaban namun sebuah panggilan kini membuat ia mengurungkan niatnya. Lantaran Devan segera meraih ponsel dari dari saku jasnya, nama Keysia kini memnuhi layar ponselnya dengan segera Devan pun langsung menerima panggilan tersebut.“Kenapa?” tanya Devan.“Apa kau lupa? Sekarang sudah waktunya makan siang, tadi kau bilang kepadaku akan ke restauran,” seru Keysia me
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki
“Hai sayang, akhirnya kamu sampai juga,” ujar Anna yang menyambut kedatangan Devan.Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress berwarna merah. Sepertinya Anna sengaja mengenakan pakaian yang memiliki warna mencolok itu untuk menarik perhatian lebih dari Devan. Apalagi, kini Anna mengenkan pakaian yang bisa dikatakan cukup kurang bahan.“Duduklah, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, semoga kamu suka,” ujar Anna seraya mengambilkan makanan untuk Devan yang kini sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang baru saja ditariknya.“Sepertinya ini enak, kamu benar-benar memasaknya sendiri?” tanya Devan.“Iya, demi kamu aku belajar memasak ini semua sampai tanganku pun menjadi korban pisau,” adunya seraya meletakkan piring yang sudah berisikan naik beserta lauk pauk dihadapan Devan.“Kenapa kau tidak berhati-hati, kemarikan tanganmu biar aku bantu mengobati,” Devan mengulurkan tangannya menc
Dentingan jarum jam kini menemani malam sepasang suami istri yang terlihat tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain dibalik balutan selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.Dengan lembut, Devan mengusap wajah Keysia seraya berkata, “Tidurlah, ini sudah hampir pagi.”“Apa besok kamu akan pergi lama?” tanya Keysia.“Hanya sehari saja, mungkin malam aku sudah sampai rumah,” ujar Devan.“Hm, baiklah,” balas Keysia.“Sudah, sekarang tidurlah,” Devan mengusap puncak kepala Keysia lantas mendaratkan sebuah ciuman pada puncak kepala istrinya.“Iya,” Keyisa lantas mencari posisi ternyaman, menelusupkan wajahnya dibalik dada bidang milik Devan lantaran memejamkan matanya. Melihat hal itu, sontak Devan pun lantas ikut memejamkan matanya.************Mentari kini telah kembali menyinari bumi, kicauan burung pun mengalun indah namu
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang