Home / Horor / Ojek Dua Alam / Pocong Aisyah

Share

Pocong Aisyah

Author: Suci San
last update Last Updated: 2025-03-04 15:40:36

Wanita itu terus muncul di beberapa kesempatan. Pandangannya selalu tertuju pada Sandy . Sandy juga sebenarnya selalu melihat wanita itu, tetapi dia tidak berbuat apa-apa, bahkan sekadar bertanya pun tidak dia lakukan.

Sandy yang over percaya diri itu malah menduga bahwa wanita itu naksir padanya. Itulah sebabnya dia tidak mau merespon. Pacarnya sudah ada empat dan Sandy tidak mau menambah lagi, begitu pikirnya.

Malam harinya, Sandy masih berada di pangkalan ojek. Dia sedang menunggu Kirana menghubunginya. Pria itu bergidik begitu angin malam berhembus. Meskipun pernah menjadi anak motor, tetapi sebenarnya Sandy cukup lemah bila terkena angin malam.

"Gila, cepat banget malam tiba. Perasaan tadi langit masih terang," gumam Sandy sembari menggosokkan kedua tangannya.

"Yang lain pada ke mana, sih? Kok nggak ada yang balik lagi sejak tadi?" Sandy bertanya-tanya karena rekan sesama tukang ojek belum kembali ke pangkalan. Padahal seingatnya, tujuan pelanggan mereka tidak jauh-jauh dari pangkalan ojek.

"Jangan-jangan mereka pulang?" Sandy menduga-duga.

Perlahan, bulu kuduknya meremang. Bau busuk juga tercium sangat menusuk di hidung sampai membuat pemuda itu mau muntah. Sandy berdecak karena merasa akan melihat sesuatu yang tidak ingin dia lihat.

"Tolong jangan ganggu aku. Aku belum siap nganterin siapapun dari sebangsa kalian," ucap Sandy entah pada siapa.

Sandy akhirnya bisa bernapas lega karena bau busuk yang ia cium barusan perlahan menghilang. Itu artinya makhluk halus yang hendak menemuinya sudah pergi menjauh. Tak ingin terus sendirian di pangkalan, Sandy pun bergegas pergi naik motornya. Dia akan menjemput Kirana meski pacarnya itu belum menghubungi.

Sandy menjadi sangat tenang berada di jalan, lalu lalang kendaraan membuatnya merasa ditemani. Sandy pun tancap gas sambil sesekali berteriak seperti yang biasa ia lakukan ketika masih menjadi anak motor. Berteriak di saat berkendara rasanya sangat menyenangkan dan melegakan dada.

Beberapa menit kemudian, Sandy telah sampai di depan gerbang pertama sebuah pabrik sepatu. Matanya celingukan ke dalam pagar untuk melihat keberadaan Kirana. Namun, pacarnya itu tidak terlihat di manapun, hanya orang-orang tak dikenal yang bubar bekerja saja yang nampak di matanya.

Ketika kerumunan anak pabrik semakin membludak, Sandy menjauh dan duduk di atas motornya. Pria itu juga memainkan ponsel untuk memiksa apakah Kirana ada menghubungi atau tidak. Karena tak ada tanpa pesan atau telpon masuk, Sandy pun berinisiatif untuk menelpon duluan. Sayang, dia kehabisan pulsa.

Sandy pun merengut pasrah menunggu telepon dari pacarnya.

Lama menunggu membuat Sandy merasa mengantuk. Dia sampai mengerjapkan mata dan menepuk-nepuk pipi agar terus terjaga. Ketika tengah menguap, Kirana menepuk pundak Sandy dari belakang.

"Aku manggilin dari tadi, nggak kedengaran?" tanya Kirana dengan bibir cemberut.

Sandy tersentak kaget sesaat dan kemudian tersenyum melihat wajah manis anak kepala desa. "Ngagetin aja," ucap Sandy sembari mencolek pipi pacarnya.

Kirana berdecak. "Makanya jangan melamun," ucapnya.

"Hay atuh naik, jangan lupa pakai helm," ucap Sandy sembari mengambil helm cadangan. Pemuda itu tak hanya menyuruh, tetapi juga memakaikan helm di kepala pacarnya.

"Udah siap?" tanya Sandy .

"Udah, ayo jalan." Kirana menjawab.

Motor pun melaju meninggalkan kawasan pabrik. Selama perjalan itu Sandy terus bergidik merasa kedinginan. Dia berpikir bahwa nanti akan membeli jaket baru yang lebih tebal.

"Kiran, bisa peluk bentar, nggak? Aku kedinginan," Sandy berkata sembari mengendikkan bahu.

Meski terdengar seperti tengah memanfaat kesempatan di atas kesempitan, tetapi sebenarnya Sandy memang hanya ingin mendapat kehangatan tambahan. Dia tidak berpikir neko-neko saat itu. Murni karena kedinginan saja.

Kirana melingkarkan kedua tangannya tanpa berkata apa-apa.

Anehnya, Sandy justru merasa semakin kedinginan. Bahkan gigi pemuda itu sampai gemeletak saking dingin yang dirasa. Sedikit penasaran, Sandy pun mencoba melihat Kirana dari kaca spion.

"Ya Allah Gusti," Sandy bergumam dengan wajah panik.

Bagaimana tidak panik, yang dia lihat di belakang bukan Kirana pacarnya, melainkan sesosok pocong yang memakai helm. Sumpah, Sandy ingin menangis saat itu juga. Boro mah sudah minta dipeluk, ternyata malah dipeluk pocong. Bau busuk pun mulai tercium menyengat.

"Abang Sandy sudah tahu, ya?"

Suara datar di belakang terdengar jelas di telinga Sandy .

"Pocong kurang ajar! Kenapa bohong pakek nyamar jadi Kirana segala," sentak Sandy .

"Habisnya Abang tadi nggak mau nganterin pas aku datang ke pangkalan ojek. Jadi aku nyamar aja jadi pacarnya Bang Sandy," jawab si pocong. Makhluk berbalutkan kafan putih itu tertawa setelah selesai berkata-kata.

"Kamu yang di pangkalan?" tanya Sandy .

"Iya, tadi aku berdiri di belakang Abang." Si pocong mengangguk hingga helm di kepalanya membentur helm yang dikenakan oleh Sandy .

Sandy memejamkan mata, dia merasa sedang ditipu dan dipermainkan. Jika tahu kalau pocong itu akan tetap ikut, dia tak akan repot menyuruhnya pergi sejak awal.

"Ya udah, mau diantar ke mana? Kamu sudah jadi pocong, berarti ke makam, 'kan?" tanya Sandy . Dia sudah tak bisa kabur lagi kalau sudah begini.

"Bukan ke makam, tapi ke rumah," jawab pocong itu.

"Kenapa ke rumah?" tanya Sandy lagi.

"Karena jasadku tertukar dengan jasad orang lain."

"Kok bisa?" Sandy bertanya dengan suara yang meninggi. Dia jelas merasa kaget mendengar ada kasus jasad tertukar.

"Ceritanya panjang, Abang mau denger ceritanya atau enggak?" tanya pocong itu.

"Ceritain lah, nanti aku dianggap gila kalau tiba-tiba datang ke rumahmu tanpa penjelasan," jawab Sandy .

"Jadi gini ceritanya. Aku adalah salah satu korban tewas dari lima korban lain dalam kebakaran di sebuah ruko. Itulah sebabnya jasadku bisa tertukar dengan jasad yang lain." Si pocong menjelaskan.

Sandy manggut-manggut mengerti. "Terus, rumah kamu di mana? Jangan jauh-jauh, ya? Aku mau jemput pacarku soalnya," ucap Sandy sambil sedikit memberi saran.

"Nggak jauh kok, rumah Aisyah di Cikembar di belakang gereja," jawab si pocong.

"Ngomong dari tadi! Ini kita sudah jalan jauh ke arah lain," sahut Sandy .

"Siapa suruh Abang ngebut tanpa bertanya."

"Kamu yang salah, ngapain nyamar jadi Kirana . Aku 'kan jadi jadi nggak nanya-nanya tadi," sungut Sandy .

Pemuda itu pun memperhatikan jalan dan berbalik arah ketika dirasa aman. Motor pun melesat cepat ke arah lain dan melakukan menuju ke rumah pocong bernama Aisyah. Nama yang cantik, meski tak secantik akhir hidupnya.

Beberapa menit kemudian, motor telah sampai di sebuah rumah setengah badan yang terletak di belakang gereja.

"Sudah bener ini rumahnya?" Sandy bertanya sembari menatap ke depan rumah.

Pocong Aisyah turun dari motor dan berdiri di samping Sandy . Sandy sampai beringsut saking kaget melihat perwujudan pocong tersebut.

Sandy pun mengetuk pintu dan mengucap salam. Namun, dia melirik ke arah pocong Aisyah setelahnya. "Maaf, keluargamu muslim, 'kan?" tanyanya. Sandy takut salah karena rumah Aisyah berada di belakang gereja.

Pocong Aisyah mengangguk membenarkan. Sandy merasa lega karena dia tidak salah mengucap salam.

Tak lama, pintu terbuka dan menampakkan seorang pria paruh baya yang berjalan sempoyongan. Sekilas lihat saja Sandy tahu bahwa pria itu sedang mabuk. Sandy hapal dari bau alkohol yang tercium dari arah pria itu.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita muda muncul di belakang pria mabuk itu. Saat itulah pocong Aisyah bebeksik di telinga Sandy . Pengakuan pocong itu membuat wajah Sandy terlihat marah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ojek Dua Alam   Weton Jum'at Kliwon

    Selama libur mengojek, bukannya bisa bersantai, Sandy justru didatangi oleh hantu wanita yang terus menerus meminta untuk diantarkan pulang. Meskipun terganggu, Sandy berusaha mengabaikan rengekan makhluk tersebut dan tetap fokus pada kegiatannya di rumah.Setiap malam hantu wanita itu akan tidur di samping Sandy, menempel di gendongannya ketika Sandy berbenah rumah, bahkan kadang sampai ikut masuk ke kamar mandi. Dirasa sudah terlalu mengganggu, Sandy tidak dapat menahan diri untuk tidak menimpali."Dengar, Mbak, saya ini lagi libur. Tolong hargai dong," ujar Sandy dengan nada kesal saat hantu wanita itu muncul lagi di hadapannya.Hantu tersebut hanya cengengesan seolah teguran dari Sandy adalah hal lucu yang patut ditertawakan."Malah ketawa!" Sandy nampak tersinggung ketika ditertawakan. Dia mendengus dan berusaha untuk mendepak kepala si hantu wanita yang terus mencemooh di depannya.Saat itu Mak Ijah juga sedang libur bekerja, wanita itu nampak geleng-geleng kepala melihat putran

  • Ojek Dua Alam   Ada yang menjaga

    "Sekarang saya harus bagaimana, Pak ustadz?" Mak Ijah bertanya."Cukup perbanyak doa saja. Insyaallah Sandy tidak akan kenapa-kenapa," jawab Ustadz Abdullah."Tapi, tadi katanya ada jin yang mau mengambil raga anak saya. Itu bagaimana jadinya, ustadz? Apa perlu ada pengusiran semacam ruqyah?" Mak Ijah bertanya kembali. Dia belum puas mendengar jawaban ustadz Abdullah.Ustadz Abdullah tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya perlahan. "Sandy mungkin tidak kuat sampai dia lepas raga, tapi ada hal lain yang melindunginya.""Khodamnya?" Kali ini Angel yang bertanya. Gadis itu sebenarnya tidak terlalu mengerti dunia supranatural, hanya saja, trend pengecekan khodam membuat dirinya sedikit penasaran sampai mencari tahu di internet tentang hal tersebut. Dan konon, hal-hal semacam itu emang ada di dunia nyata."Bukan. Sandy tidak punya khodam, tapi ada yang menjaganya saja. Tidak terlihat wujudnya, tapi saya bisa merasakan keberadaannya," jelas ustadz Abdullah. Lalu, sang ustadz melirik ke ara

  • Ojek Dua Alam   Jin yang ingin menguasai tubuh Sandy

    Meskipun dia telah menyelesaikan kasus pembunuhan tragis yang menimpa Maryati, dia tidak bisa begitu saja melupakan keluarga yang ditinggalkan. Sandy terus mengunjungi rumah Maryati, memastikan bahwa keluarga mendiang mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dari aparat desa setempat.Dia tidak selalu datang sendiri, kadang-kadang dia membawa ketiga pacarnya, yang juga berbagi rasa kepedulian yang sama. Mereka sering berpatungan untuk membawa makanan dan minuman bagi keluarga Maryati, mencoba meringankan sedikit beban keluarga tersebut.Sandy senang karena pacar-pacarnya itu menunjukkan solidaritas yang luar biasa dan keinginan tulus untuk membantu, menunjukkan bahwa empati dan tindakan nyata dapat meringankan penderitaan orang lain.Sandy bahkan sengaja libur mengojek hanya untuk datang ke rumah Pak Jaja. Seperti yang ia lakukan saat ini. Bersama Angel, karena hanya gadis itulah yang bisa mendapatkan curi. Sedangkan Siska dan Imel sedang ada jadwal pekerjaan yang tak bisa ditinggal

  • Ojek Dua Alam   Arwah termutilasi

    Maryati adalah seorang wanita yang bekerja di pabrik yang sama dengan Imel. Namun, gadis 26 tahun itu hanyalah karyawan biasa. Selain bekerja di pabrik, Maryati juga menggantungkan hidupnya dengan berjualan.Tentunya bukan berjualan makanan atau benda, melainkan menjajakan tubuhnya sendiri. Kehidupannya yang penuh dengan ketidakpastian dan bahaya tidak pernah ia bayangkan akan berakhir tragis di tangan salah satu pelanggannya. Perempuan itu berambut hitam panjang dan memiliki mata yang selalu tampak sedih. Dia sering mengenakan pakaian yang mencolok untuk menarik perhatian pelanggan di hari libur kerja.Maryati terpaksa, karena gajinya hanya sebatas UMR yang pada tahun itu baru menyentuh Rp. 885.000 saja.Suatu malam yang kelam, ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanannya berujung pada kemarahan yang tak terkendali. Maryati dibunuh dengan brutal di kamar kosnya yang sempit. Pelanggan tersebut tidak hanya menghabisi nyawa Maryati, tetapi juga memutilasi tubuhnya dengan sadis, meningg

  • Ojek Dua Alam   First kiss

    Seminar pencegahan bunuh diri yang telah direncanakan akhirnya dilaksanakan di balai desa, mengundang seluruh warga desa untuk hadir. Karena diadakan pada hari Minggu, suasana di balai desa terasa meriah layaknya sebuah acara besar, dengan tepi jalan yang dipenuhi oleh para pedagang kaki lima.Bahkan warga dari kampung lain pun nampak hadir ke tempat tersebut karena rasa penasaran mereka.Sandy, yang menjadi salah satu penggagas acara, turut dibantu oleh ketiga pacarnya yang hadir. Mereka bukan hanya sekedar hadir, tapi juga berperan sebagai pembicara dalam seminar tersebut. Keberadaan mereka di sana menambah dinamika dalam jalannya seminar, membahas tentang pentingnya kesadaran akan kesehatan mental dan cara-cara pencegahan bunuh diri.Ketiga pacar Sandy, meski memiliki latar belakang yang berbeda, kompak dalam menyampaikan materi. Mereka saling melengkapi dalam memberikan perspektif dan solusi praktis yang bisa diaplikasikan oleh warga desa. Kehadiran mereka juga semakin memperkuat

  • Ojek Dua Alam   Arwah Mustafa

    Sandy mengucap salam dan masuk ke dalam rumah. Kening pemuda itu berkerut karena Mak Ijah masih terjaga dan bum juga mengunci pintu, padahal biasanya Sandy tak akan bisa masuk rumah melewati pintu jika pulang sudah lewat tengah malam."Tumben belum dikunci pintunya, Mak?" Sandy bertanya setelah mencium punggung tangan sang ibunda.Mak Ijah mendengus pelan sambil menatap putranya dengan lekat. Hidungnya kembang kempis seakan tengah mencium aroma yang tak biasa. "Siapa lagi yang kamu bawa kali ini? Bau banget!" Mak Ijah memencet hidungnya sendiri sehingga suaranya menjadi bindeng.Sontak Sandy menoleh ke belakang. "Oh, Mak bisa lihat juga bapak-bapak itu?" tanya Sandy."Ya enggak, lah! Mak cuma nyium baunya aja, kamu ngapain bawa-bawa hantu lagi, sih? Nggak inget kemarin Ayu sampai meninggal karena kamu ikut campur urusan orang!?" Mak Ijah berkata dengan nada tinggi. Wanita itu jelas takut bila arwah yang dibawa Sandy kali ini akan membuat putranya terlibat dalam kasus lain yang membaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status