“Mas, pantas saja kau begitu sabar walau sudah dijahati sama mereka. Tapi aku belum bisa.” Eliana membalikkan tubuhnya, sehingga tengkurap dan bertemu pandang dengan suaminya. Bayu tersxenyum mendengar perkataan istrinya. Dia bangkit dan diikuti oleh istrinya yang masih mengenakan mukena. Bayu melepas baju muslimnya, untuk di gantung di gantungan baju. Setelah itu, dia membantu istrinya melepaskan mukena. Mereka tersenyum saling memberikan respon. Hal-hal kecil seperti itu memang sangat di butuhkan bagi suami-istri untuk membangun chemisti.
“Sudah lapar, sudah siapkan makan malam? Atau kita siapkan bersama?” Bayu membantu istrinya melipat mukenanya bagian atas, sedangkan Eliana melipat bagian bawahnya.
“Pakai baju dulu. Surti bisa kepingin kalau lihat dadamu yang bidang. Entar dia narik suaminya untuk masuk kamar dan tidak jadi jaga malam.” Eliana mengambilkan kaos oblong milik suaminya. Bayu malah memeluknya dari belakang.
&l
“Kau selalu mempesona, Sayang. Kau membuat aku tidak mau mencabut resolverku dari rumahnya.” Eliana menepuk dada suaminya yang selalu menggodanya, sehingga dia merasakan sangat malu. Eliana menyusup ke dalam dada telanjang suaminya yang basah oleh keringat.Mereka membersihkan diri setelah itu tidur saling memeluk.Pagi menjelang. Mereka bersiap untuk aktifitas. Bayu kali ini menerima orderan pagi. Dia menerima orderan di pasar karena nanti malam akan berkencan dengan istrinya. Malam ini ulang tahun Eliana. Jadi dia seharian akan menemani istrinya dan hanya mengambil orderan pada pagi hari. Bayu sudah berada di pasar menunggu pelanggannya. Dia berada di ujung tempat pemberhentian motor, untuk menunggu penumpangnya.“Ibu santi?” tanya Bayu. Wanita itu mengangguk. Bayu meminta beranjaannya dan meletakkannya didepan. Setelah itu dengan hati-hati dia membawa penumpang tersebut menuju rumahnya.Toni melihat Bayu membawa langganannya. Di
"Sabar, Bu. Pak Bayu sudah di tangani. Ibu tidak perlu khawatir." Perawat tersebut maklum pada kondisi mental seorang istri yang demikian panik karena suaminya terkena musibah. Apalagi, berita yang dia dengar sangat parah.Eliana sudah sampai di depan ruangan Bayu yang ada di dalam ruang bedah. Beberapa luka sobek harus di jahit, agar tidak menganga.“Mari, Bu. Anda boleh masuk dan menemani suami anda.” Dia tidak melihat siapapun di ruangan itu, selain para tim medis. Eliana mencari orang yang telah menyelamatkan suaminya. Tapi,hanya ruang hampa. Tidak dapat dia menemukan orang itu.“Ibu, apakah sudah menemukan darah AB?” tanya seorang suster.“Saya akan mencarinya, Sus.” Eliana menghubungi semua rekannya. Belum juga menemukan darah AB. Kabar Bayu sakit sampai juga di telinga Miranda. Dia akan menggunakan kesempatan ini untuk menarik perhatian Bayu lagi. Namun sayangnya,Stefan saat ini menempel t
Tidak berapa lama, ada seorang laki-laki paruh baya dan perempuan datang menyambangi.“Kamu siapa?” tanya wanita itu.“Saya sahabat Eliana, Nyonya. Saya Irwan.” Irwan menangkupkan kedua tangannya memberikan hormat pada Mamanya Eliana. Sedangkan Eliana, baru saja tersadar dari tidurnya. Dia mengerjapkan matanya, kemudian menoleh ke arah mama dan papanya yang baru datang.“Ma ....” Eliana berlari ke arah mamanya dia menangis dipelukan mamanya.“Kenapa, Sayang? Dia siapa?”“Dia temanku, Ma. Dia yang mendonorkan darah untuk mas Bayu.” Eliana menghapus jejak air matanya.“Oh, terima kasih, sudah menyelamatkan mantuku.” Agung menyalami Irwan. Irwan menambatkan senyum, untuk menyambut tangan Agung mertua Bayu. Lelaki itu mengucapkan banyak terima kasih kepada pemuda itu. Irwan merasa, kebahagiaan Eliana begitu lengkap. Sea
Note : Maaf ya reader, baru bisa up. Semoga suka hari ini. Happy reading!Wanita itu ikut ambulance ke rumah sakit. Sedangkan salah satu petugas, membawa motornya dari belakang. Dalam perjalanan ke rumah sakit, wanita itu terlihat menelpon seseorang.“Halo, Kak Eli. Nilam terlambat sampai rumah sakit. Aku nolongin orang yang kecelakaan tadi.” Rupanya, Nilam adalah adik Bayu . Dia dihubungi Eliana kalau kakanya mengalami kecelakaan. Akan tetapi, dia tidak diperkenankan untuk bilang kepada ibunya Bayu. Bisa gawat, jika ibunya tahu kondisi Bayu. Nilam kuliah di Jakarta juga. Hanya beda lokasi saja.“Oh, iya. Mas Bayu sudah ditangani. Sudah mendapatkan donor juga. Tadi, aku menghubungi kamu secepatnya, karena sudah bingung cari darah bergolongan AB.” Eliana sudah lebih santai dalam berbicara, karena Bayu sudah melewati masa kritis.“Baiklah, kalau begitu, Kak.” Nilam memutuskan samb
“Silakan, Nona. Anda tidak perlu khawatir. Dokter Irwan adalah salah satu dokter di rumahs akit ini. jadi, kami akan berusaha semampu kami.” Nilam menganggukkan kepala. Kemudian, dia melangkah untuk pulang. Sebelum benar-benar pergi, dia menengok Irwan terlebih dahulu. Nilam tersnyum. Lelaki itu memang misterius. Walau dengan mata terpejam, bisa menghipnotisnya. Tapi, sayangnya dia tidak mungkin mengenal lebih jauh. Ini hanya pertemuan kebetulan saja.Nilam berbalik dan menuju ke ruang sekretariat untuk meminta kunci motornya. Setelah kunci motor dia dapat, maka Nilam melajukan motornya ke rumah sakit, yang sudah di berikathukan Eliana kaka iparnya, temtat Bayu dirawat. Nilam senyum-senyum sendiri, membayangkan dokter tampan itu. Ini hal yang sangat aneh. Akan tetapi, tentu sangat mendebarkan juga. Irwan memang memiliki semua yang disukai wanita. Namun, Nilam berbeda. Dia wanita tomboy yang memiliki selera berbeda dari wanita pada umumnya. Dia suka c
Bayu sudah siuman. Nilam mengajak kakanya tersebut bicara. Nilam sedikiit mengajaknya bercanda agar tidak diliputi dengan ketegangan. Terlihat alat pernapasan juga sudah dilepas dari tubuh Bayu.“Mas, kamu itu mau sok sakti atau bagaimana? Sebenernya apa yang terjadi?” Bayu melirik ke arah adiknya tersebut.“Sok sakti bagaimana? La wong aku juga tidak menyangka jika akan jadi korban. Kerjaanku ‘kan di Jalan Nilam.” Bayu memperbaiki posisi tdurnya dibantu oleh Eliana.“Jantungku terasa ada di ujung mau lepas tau?” Nilam mengubah posisi duduknya lebih dekat dengan Bayu.“Baru mau ‘kan? Belum beneran lepas?” Bayu membalas celoteh adiknya.“Ye, metong dong kalau lepas beneran?” Mereka bercanda hingga malam semakin larut dan suster jaga memperingatkan agar pasien istirahat. Eliana dan Niam kelauar dari ruangan Bay
Esok hari sudah menjelang. Pagi-pagi sekali Eliana sudah mengelap tubuh Bayu. Sambil melakukannya, Eliana berpamitan untuk menjenguk Irwan. Bayu mengijinkannya. Eliana memeluknya sambil mengucapkan terima kasih.“Hutang satu, ya?” Bayu mengedipkan mata.“Kok hutang?” Eliana tidak mengerti yang dimaksud Bayu.“Aku minta bayaran untuk ijinku hari ini.” Eliana belum juga mengerti yang diinginkan suaminya.“Kalau aku sudah sembuh, kamu harus memberikanku service terbaikmu. Aku merindukanmu di ranjang, Sayang.” Eliana membelalakan matanya mendengar kata suaminya. Dia mencubit lengan suaminya tersebut.“Dasar mesum! Aku juga merindukanmu. Mungkin besok kita pulang semoga .... “ Eliana menjeda kaliamatnya.‘Semoga apa?” Bayu memegang kedua pipi Eliana dengan kedua tangannya.
Eliana bertemu dengan Nilam diintu masuk. Kepergiannya mengundang tanya Nilam hingga seutas tanya dilontarkan oleh Nilam kepadanya.“Kak Eli mau pulang?” tanya Nilam.“Aku mau menjenguk sahabatku. Katanya kecelakaan.”“Aku mengenalnya? Pingin kenal juga dong?” Nilam seperti tertarik untuk mengenal seseorang yang akan ditemui Eliana.“Boleh! Lagi pula paling cuma sebentar. Kamu nggak kuliah?” Eliana balik bertanya.“Aku sduah habis kelas. Tinggal buat skripsi saja. Satailah sejenak.” Eliana mengangguk. Kali ini, dia bersama dengan Nilam menemui Irwan. Setidaknya, ada teman saat bertemu dengan Irwan tidak beduaan. Sebab, walau pun sudah mendapat ijin dari suaminya, bisa saja fitnah timbul dari pertemuan itu. Sebab Irwan adalah cinta pertama Eliana.Wanita itu mengendarai mobil mewahnya dengan sangat ha