“Jangan Kurang ajar. Ini akan kelihatan.” Aku menggosok bekas cupang tersebut. “Tuhkan bener. Ihhh … apa yang harus aku katakan sama mama?” tuturku. Kali ini aku benar-benar panik.
“Katakan saja sejujurnya.” Aku mencubitnya lagi. Dia memang asal saja bicara.
***Meyyis***
POV SHASHA
Dokter keluarga datang untuk memeriksa diri Davin. Aku mengantarkan lelaki paruh baya itu menemui bos sekaligus pacarku itu. “Silakan, Tuan,” tuturku sambil mengantar lelaki itu ke ruangan bosku tersebut.
“Kenapa tidak makan dengan baik?” tanya Dokter Farhan, dokter keluarga ini.
“Ah, mungkin sedikit ada perubahan suhu saja, Om. Paling juga besok baik lagi.” Davin memang minta di pukul. Rasanya gemes banget. Sudah tahu sakit begitu tapis ok kuat.
“Jangan menyepelekan sakit,” tutur Dokter Farhan.
“Bukan menyepelekan, Om. Hanya s
“Terima kasih, Bos Davin. Aku akan mulai masak yang enak untukmu.” Bubur ayam, mungkin sedikit menggugah selera. Aku mulai mencuci beras, dan sesekali menoleh dia yang memandangku lekat. Aku tersenyum, ternyata, lelaki itu juga kekanak-kanakkan kalau sedang jatuh cinta. Biarkan saja, biar dirinya merasakan gelisah. Mungkin nanti akan sedikit memberikan pelajaran untuknya, saat sudah sembuh. Aku tertawa sendiri saat menyadari sifat jahilku sudah bangkit.***Meyyis***POV DAVINOM Farhan dokter keluarga datang untuk memeriksa. Duh, semoga tidak ketahuan kalau aku sedikit berpura-pura. Aku melihat Shasha mengantar Om Farhan masuk ke ruangan ini, setelahnya dia keluar. Ck, mau kemana dia?“Kenapa tidak makan dengan baik?” tanya Om Farhan.“Ah, mungkin sedikit ada perubahan suhu saja, Om. Paling juga besok baik lagi.” Aku duduk masih pura-pura berse
Sepertinya, Shasha merawat peliharaanku dengan baik. Aku menaburkan makanan ke arah kolam dan memercikkan air di atas kolam tersebut. Ikan-ikan itu mulai berenang mendekat. Dia seperti tahu kalau aku sedang bahagia. Biarlah, semua alam tahu kalai aku sedang bahagia. Termasuk ikan-ikan sahabatku. Aku berpikir, akan melakukan sesi lamaran romantis. Sebaiknya, ikan-ikanku juga harus mengetahuinya. Di sini saja nanti.***Meyyis***“Ayo!” Aku mengajaknya pergi. Tubuhku sudah berbalut jas hitam resmi dengan dasi kupu-kupu.“Ke mana? Kamu masih sakit.” Dia masih saja bengong. Aku menggenggam tangannya dan menariknya. Setelak membukakan pintu, melindungi kepalanya agar tidak terantuk. “Awas hati-hati.” Aku menutup pintu setelah dia duduk manis. Berjalan mengitari mobil range over yang kali ini akan aku bawa untuk menuntunnya sampai di sebuah restoran mewah yang sudah aku pesan.&n
“Aku sangat suka, hanya saja, aku tidak mau jika karena kencan bersamaku kamu menghabiskan uangmu.” Aku kira dia tidak suka.“Kalau itu jangan khawatir. Ini hanya sedikita dari uang jajanku.” Aku memotongkan daging untuknya, dan mengangkat piring yang ada di depannya, untuk aku sendiri.“Terima kasih.” Dia tersipu.***Meyyis***POV DavinMakan malam sudah terlaksana. Kini tinggalah acara inti. Aku sudah tidak sabar dengan acara pada malam ini. sudah sangat percaya diri, Shasha pasti menerima. Aku tahu, dia juga menyukaiku. Tidak ada alasan untuk dirinya menolakku.“Untukmu.” Aku memberikan box warna merah muda dengan pita serupa.“Apa ini?” Dia membuka box itu, melihat cincin berwarna biru yang memang aku pesan dari Prancis khusus.“Menikahlah denganku.”
“Tidak, kamu tidak salah. Dia sudah salah paham dari dulu. Begini hancur keadaan rumah tangga keluargaku. Makanya aku benci menikah.” Aku tahu, dia sangat trauma.“Baiklah, aku tidak akan lagi mengatakan tentang menikah. Tapi, masih boleh ‘kan kita dekat?” Dia mengangguk. Syukurlah!***Meyyis***POV ShashaMakan malam romantic? Siapa yang tidak ingin? Sangat ingin, tapi aku tidak suka jika terlalu mewh begini. Buang-buang uang saja kalau aku bilang. Tapi, tidak mungkin ‘kan kalau aku bilang ke dia? secara, aku tahu omsetnya berapa milyar saja satu bulan. Makan malam begini tentu tidak sulit.“Untukmu.” Dia memberikan box warna merah muda dengan pita serupa. Aduh, kok deg-degan, ya? Dia menyatakan cinta? Ah, memang uang berperan.“Apa ini?” Aku membuka box itu, melihat cincin berwarna biru. Darahku mu
“Tidak, kamu tidak salah. Dia sudah salah paham dari dulu. Begini hancur keadaan rumah tangga keluargaku. Makanya aku benci menikah.” Aku melepaskan pelukanku.“Baiklah, aku tidak akan lagi mengatakan tentang menikah. Tapi, masih boleh ‘kan kita dekat?” Aku mengangguk. Jika dia berubah ingin cari orang lain, aku akan melepaskannya.***Meyyis***POV DAVINSetelah gagal melamar Shasha, mengantarnya pulang. Bohong kalau tidak kecewa. Tapi, aku mengahrgai keputusannya. Trauma memang tidak dapat dipaksa. Semakin aku memaksanya, bukan tidak mungakin, wanitaku itu akan semakin tidak nyaman. Aku tidak mau, dia meras jenuh nantinya. Biarkan, semua berjalan ala kadarnya dulu. Yang penting, masih dalam kendliku.Aku berjalan gontai masuk ke rumah orang tuaku. Saat seperti ini, aku butuh Devan. Kembaranku itu, akan menenangkanku. “Tumben kemari?” Dia
“Tidaklah, aku sudah siap ditolak. Sudah jangan dipikirkan. Aku bisa mengejarmu lebih giat. Maafkan aku, terlambat tahu. Sekarang tidur, kalau tidak, aku datang untuk menemanimu tidur, mau?” Tentu aku hanya bercanda.“Apaan, sih? Da … see you.” Aku tersenyum, dia pasti sudah gugup.***Meyyis***POV DAVINIngin jadi kekasih yang menyenangkan, tentu harus totalitas ‘kan? Aku akan menjamputnya hari ini. Biarkan dia meliht, bahwa aku perhatian dan menyayanginya dengan tulus. Tidak akan pudar walau dia menolakku.“Pagi, Cantik.” Dia melonjak ketika melihatku di depan pintu.“Pak Davin? Saya kaget, kenapa ada di sini?” Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Dengan tangan kiri, membukakan pintu.“Silakan, Tuan Putri. Aku menjemputmu.” Dia terlihat sangat gugup aku tahu itu da
“Kembali ke mejamu, atau aku akan menghabiskan pagi ini hanya bermesraan denganmu.” Dia mendorong dadaku, aku memberikan bekal satu ciuman di kening kepadanya. Wanitaku itu berlari menuju kubikannya. Baiklah, dia mau main slow, aku akan ladenin walau jujur aku sudah ingin memeluknya sebagai istriku***Meyyis***POV SHASHA“Pagi, Cantik.” Masya Allah, aku melonjak karena Davin ada di depan rumahku. Apa-apaan dia? datang bagai hantu, selalu saja“Pak Davin? Saya kaget, kenapa ada di sini?” Lihat senyumnya itu? Aku seperti ingin mencakar wajahnya, walau kuakui, sangat mencintainya.“Silakan, Tuan Putri. Aku menjemputmu.” Semoga dia tidak mengetahui jika aku sangat gugup, ini gila. Dia mencondongkan tubuh, mau apa dia? Ya Tuhan, aku hanya memejamkan mata, sungguh sangat gila, dia bisa sedekat ini. Oh, dia hanya meraih sabuk pengaman? Ya Tuhanku
“Kembali ke mejamu, atau aku akan menghabiskan pagi ini hanya bermesraan denganmu.” Aku mendorong dadanya, dia memberikan bekal satu ciuman di kening. Aku berlari menuju kubikan walau ini sangat sulit, aku menenangkan diri kali ini.***Meyyis***POV SHASHAKaki mungilku berlari tunggang-langgang menjauh darinya. Davin yang sekarang mirip srigala dengan taring panjang. sangat menakutkan. Karena tidak hati-hati, bahkan menabrak meja, menimbulkan luka gores pada lutut. Aku meringis.“Kamu ngapain lari-lari, sih? Kayak gak ada kerjaan saja.” Rani memperingatkanku.“Paling digangguin Kak Davin, iya ‘kan?” Perkataan Syafira hanya di balas senyum olehku.“Benarkah?” tanya Rani.“Tidak ada yang membuat Kak Shasha kalang kabut, selain CEO dingin itu. Kak, entar aku kasih trik untuk