“Kamu yang lebih kenal dengan karakter wanita. Aku tidak pernah kenal dengan siapa pun kecuali Shasha dan Shafira. Coba bicarakan lagi,” tuturku. Kami saling melepas pandang ke arah barisan minuman berharga jutaan itu. Minuman yang tidak ingin sama sekali kurasakan seharum apa pun, sehebat apa pun jenisnya.
***Meyyis***
POV Shasha
Pagi ini aku merasakan lesu yang luar biasa. Akan tetapi, mau minta cuti tidak enak karena masih banyak proyek yang harus di tangani. Davin pasti kewalahan jika aku tidak ada. Maka, bersusaha baik-baik saja adalah hal yang terbaik.
“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin.
“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” kataku berbohong.
“Jangan dipaksakan.” Aku mengangguk. Padahal, demi Tuhan, kepalaku rasa mau pecah.
Davin masuk kembali ke ruangannya. Sedangkan kepalaku tidak lagi dapat terkondisi. Kakiku melangkah kea rah foto kopian, karena harus mengganda
“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Aku mengangguk. Akhirnya, setelah menyelesaikan makan siangku, Davin pamit untuk bertemu dengan klien. Aku memilih untuk memjamkan mata, tidur siang setelah Davin menutup pintu ruangan itu.***Meyyis***“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin. Aku yakin bahwa kekasihku itu sangat stress dan juga kelelahan mengurus mama tirinya. Demi Tuhan, jika mau aku tidak akan mengizinkan. Akan tetapi saat ini aku sedang tidak ingin berdeba denganya. Dirinya pasti menolak usulanku.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” katanya. Aku tahu, dirinya hanya berbohong.“Jangan dipaksakan.” Dia mengangguk. Tapi justru hal itu membuatku sangat khawatir dengannya. Akawn tetapi, aku memilih masuk kembali ke ruangan. Berulang kali aku mengintip, kali ini ia melangkah ke arah foto kopian, ka
“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Dia mengangguk. Aku meninggalkannya sebentar, untuk mengadakan meeting dengan investor. Untung saja, mereka mau berpindah tempat di dekat rumah sakit ketika aku mengatakan alasannya. Kakiku melangkah meninggalkan kamar tersebut.***Meyyis***POV ShashaElsa datang siang ini setelah Davin pergi. Dirinya terlihat lebih baik. Bagaimana pun, dirinya adalah satu-satunya saudaranya. Maka, sudah sepantasnya jika kami akur. “Bagaimana mama?” tanyaku pada Elsa.“Aku akan bawa ke RS mungkin akhir minggu,” tuturnya. Aku meraih tangan Elsa. Pasti berat untuknya, melakukan hal itu. Akan tetapi, harus karena Mama Sabrina butuh pengobatan. Jika tidak, banyak keluarga yang akan terluka. Mungkin sebanarnya sudah lama, dirinya menderita mental. Akan tetapi, hanya kami sebagai keluarga yang tidak mengetahui
“Baiklah, baiklah … kamu makanlah dulu. Ini sudah dingin supnya. Kamu pasti suka, ini adalah sup yang bisa kita buat pertama kali dulu saat masak,” ucapnya. Walau sudah kenyang, aku tidak mau mengecewakannya. Biar satu mangkuk lagi, perutku terisi.***Meyyis***POV ShashaHari ini jadwalnya aku pulang karena sudah cukup tiga hari istirahat di rumah sakit. Davin sudah siap menjemput, demikian juga dengan Elsa. Wanita itu berkata bahwa dirinya juga baru saja ke rumah sakit jiwa untuk mengantarkan Mama Sabrina.“Kamu akan pulang ke rumah?” tanya Elsa. Aku menoleh ke arah Davin. Lelaki itu mengangguk, walau aku tahu sedikit tidak rela. Kemarin saja, kekasihku itu menelepon beberapa kali. Aku tahu, dirinya tidak semalaman tidak bisa tidur. Terbukti, saat pagi ketemu matanya merah dan kelihatan lesu sangat.“Baiklah, kamu mau ikut mobil siapa?” tanya Davin. Aku tidak enak dengan Elsa, maka hampir saja meng
“Aku dengar perutmu sudah teriak-teriak minta tolong. Makanan ini spesial untukmu dan Elsa. Aku tahu, kalian berdua sama-sama tidak pandai memasak. Makanlah!” Aku tersenyum mendengar perkataan dari Davin. Ya, lelaki yang aku cintai itu benar jika aku sama sekali tidak bisa memasak. Jika masakan sederhana, mungkin saja bisa. Tapi tidak untuk yang macam-macam.Kali ini, Davin membuat masakan yang enak. Aku tidak tahu namanya, tapi ini ikan dan kaya akan rempah. Warnanya kuning dengan sedikit berlemak. Mungkin gulai, tapi kata dia bukan gulai. Yang penting, ini sangat enak. Padahal, aku tidak bisa makan ikan. Untung saja, membawa obat alergi.***Meyyis***POV DavinHari ini Shasha pulang karena sudah cukup tiga hari istirahat di rumah sakit. Aku sengaja mengosongkan jadwal sore ini agar dapat menjemput Shasha. Ternyata Elsa sudah lebih dahulu datang. Biarlah, kakak beradik itu bicara terlebih dahulu aku akan tunggu di sini
Kali ini, kari ikan akan menjadi hidangan istimewa yang mungkin saja menjadikan cinta kami tak terpisahkan. Sampai kami mulai makan, Elsa belum datang. Mungkin, kami akan meninggalkan makan terlebih dahulu karena Shasha tidak boleh terlalu lama menahan lapar.***Meyyis***Pov DavinSepertinya, aku harus membantu penyatuan setepatnya antara Elsa dan Arya, agar bisa secepatnya Shasha kembali. Aku tidak bisa jika Shasha harus berpisah jauh terus dariku. Bisa-bisa, mata panda akan tercetak lebih banyak lagi.“Arya, bisa ke kantorku hari ini?” tanyaku saat meneleponnya. Tidak sulit mencari nomor telepon dari dirinya, karena Arya memang pegacara terkenal dan aku juga pernah menggunakan jasanya. Hanya saja, bukan untuk perusahaan. Papa sudah memiliki pegacara khusus. Mungkin nanti saat pengacara papa sudah pensiun, berpikir untuk memakai jasanya.“Jika nanti siang bagaimana, Pak Davin? Saya ada sidang pagi ini. Mungkin akan sedikit
“Kita akan diskusikan itu nanti. Kita harus meneliti kasus ini. Rapat selesai, kembali ke pekerjaan kalian.” Aku memijit pelipis setelah semua pegawai keluar. Seperti biasa, Shasha tampil menjadi penyelamatku, wanita itu memberikan kenyamanan dan memijit keningku.***Meyyis***POV ShashaAku bertemu Arya di lorong saat mau ketoilet. Keningku mengkerut, setelahnya mulai mengerti. Rupanya, diam-diam Davin akan membantu Elsa untuk mendapatkan Arya kembali. Ini bagus, dengan begitu akan ada yang menjaga kakakku.“Arya? Kamu datang ke sini?” tanyaku.“Iya, big bos memanggilku.” Arya tersenyum. Lelaki itu masih sama. Selalu menawan dan rapi. Tubuhnya yang tinggi menjulang, pantas saja Elsa tidak dapat move on.Aku mempersilakan dirinya langsung ke ruangan Davin, karena mungkin dirinya sudah menunggu jika benar mamenggil Arya. Aku masuk ke toilet setelah itu. Setelah menyelesaikan hajat, kembali ke kubikan ruanga
“Kita akan diskusikan itu nanti. Kita harus meneliti kasus ini. Rapat selesai, kembali ke pekerjaan kalian.” Davin memijit pelipis setelah semua pegawai keluar. Kakiku melangkah mendekatinya. Aku tahu betapa pusingnya ia. Memberi sedikit pijitan mungkin akan membantunya. Tanganku pelan berada di pelipis, mulai memberikan pijitan.***Meyyis***POV DAVINMasalah selisih data ini membuatku sedikit pusing. Elsa juga ikut membantu mengatasinya. Kepercayaan klien itu yang sangat penting. Hari ini, ia datang ke kantorku untuk membantu membujuk beberapa klien agar tetap percaya pada produk dan menejemen kami.“Coba catatannya, selain yang sudah kuhubingi mana saja yang aku kenal. Vin, yang aku hubungi tadi tidak masalah,” tutur Elsa.“Terima kasih, kayaknya kita harus makan malam terlebih dahulu. Sayang, tolong beli makanan. Nyuruh OB saja,” perintahku pada Shasha.“Tidak perlu, aku sudah membawa.” Kam
“Lalu?” tanya Arya.“Aku sudah bilang, wanita itu memiliki sisi baik yang tidak disangka. Elsa hanya datang memabntuku. Mungkin, takut aku jatuh miskin akan membahayakan adiknya.” Lagi-lagi kelakarku itu kami sambut dengan tertawa.***Meyyis***POV SHASHAMasalah selisih data ini membuat kami harus lembur. Elsa juga ikut membantu mengatasinya. Kepercayaan klien itu yang sangat penting. Hari ini, ia datang ke kantor untuk membantu membujuk beberapa klien agar tetap percaya pada produk dan menejemen kami.“Coba catatannya, selain yang sudah kuhubingi mana saja yang aku kenal. Vin, yang aku hubungi tadi tidak masalah,” tutur Elsa. Aku memberikan beberapa lembar kertas yang diminta oleh Elsa.“Terima kasih, kayaknya kita harus makan malam terlebih dahulu. Sayang, tolong beli makanan. Nyuruh OB saja,” perintah Davin padaku yang tentu saja kuangguki.“Tidak perlu, aku sudah membawa.&rdqu