Share

Khawatir

“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Aku mengangguk. Akhirnya, setelah menyelesaikan makan siangku, Davin pamit untuk bertemu dengan klien. Aku memilih untuk memjamkan mata, tidur siang setelah Davin menutup pintu ruangan itu.

***Meyyis***

“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin. Aku yakin bahwa kekasihku itu sangat stress dan juga kelelahan mengurus mama tirinya. Demi Tuhan, jika mau aku tidak akan mengizinkan. Akan tetapi saat ini aku sedang tidak ingin berdeba denganya. Dirinya pasti menolak usulanku.

“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” katanya. Aku tahu, dirinya hanya berbohong.

“Jangan dipaksakan.” Dia mengangguk. Tapi justru hal itu membuatku sangat khawatir dengannya. Akawn tetapi, aku memilih masuk kembali ke ruangan. Berulang kali aku mengintip, kali ini ia  melangkah ke arah foto kopian, ka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status