Share

Bab 110. Kejutan

Aku berjalan menuju pintu depan sambil menepuk-nepuk tangan ke bagian celana. Sesekali netraku mencari keberadaan Mas Tama, tetapi batang hidungnya tak jua nampak. “Ke mana sih, dia?” Bibirku mengerucut.

“Eh! Kok, mati?” Langkahku langsung terhenti ketika lampu tiba-tiba padam. Refleks, aku menjerit, “Mas Tama! Please, deh! Ini gak lucu!”

Mataku melihat sekitar dengan perasaan takut. Dengan bibir bawah yang kugigit, aku berusaha mencari pegangan. Namun, kaki ini justru harus menjadi korban karena terantuk meja. “Auw, sakit,” ringisku.

Aku mencebik kesal, tapi bibirku mendumel, “jangan-jangan Mas Tama belum bayar listrik lagi? Terus, bagaimana ini?”

Nyaliku semakin menciut saat hanya bisa mendapatkan pencahayaan sedikit dari sinar bulan yang menerobos masuk lewat jendela.

“Semoga saja itu hantu dan makhluk sejenisnya gak ada yang berani ke sini. Soalnya, aku takut sama mereka,” gumamku.

“Mas, kamu di mana? Iki kenapa lampu padam, yah?” Aku mencoba memanggil suamiku lagi. Berharap den
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status