Share

Bab 109. Pindah Rumah

Haish! "Sumpah, yah! Situ gak on lagi, ‘kan?!" Naina melotot merasakan bagian bawah Tama yang kembali keras. “Arghh, kenapa dirimu mesum banget sih, Mas!”

"Aku nggak bisa nahan kalo deket kamu, Sayang."

Mas Tama hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia dengan santai tidur menyamping dan menjadikan satu tangannya sebagai tumpuan. Melihatku yang bagaikan Badut Mampang yang sedang mangkal di lampu merah.

"Tidak!”

"Ada apa, Sayang?" tanya Mas Tama panik. Dia hendak beranjak dari atas kasur. Akan tetapi, aku melarangnya.

"Jangan mendekat!" teriakku sambil memegang handle pintu. Mataku sudah menatapnya dengan penuh peringatan.

Yang tadi pagi aja masih sakit, Cuy. Ya, kali mau digempur lagi. Bisa modar aku nanti yang ada.

"Kenapa?" Mas Tama mengernyit. Dia sudah duduk di tepi ranjang, menatapku yang sudah blingsatan di pintu.

"Aku lapar!" Wajahku memelas, bahkan demi bisa membuat Mas Tama semakin yakin aku mengusap perut datarku.

“Aku masih ingin hidup, Mas.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status