Beranda / Romansa / Om Duda! 2 / Chapter 35: Reuni

Share

Chapter 35: Reuni

Penulis: Anaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-21 16:46:28
Bukan tanpa alasan Gio datang ke ruangan Devan untuk menemui Disya, lelaki itu ingin memberi info jika akan ada pertemuan dengan teman-teman kampusnya dulu yang belum direncakan pasti kapan dan di mana—tetapi satu yang pasti bahwa pertemuan itu akan ada katanya.

Disya kira pertemuan itu diadakan cukup lama dari hari di mana Gio memberi info, tetapi ternyata di awal weekend minggu ini sudah akan diadakan katanya. Disya harus hadir, si kembar mengancam jika ada yang tidak hadir dengan alasan tidak masuk akal maka harus membayar denda— mereka ini aneh memang. Dari pada harus mengeluarkan kocek lima juta rupiah lebih baik Disya hadir, lagipula pertemuan itu bukan acara resmi reuni kampus, hanya beberapa temannya yang kurang lebih berjumlah tiga puluhan orang, yang kebetulan memang sering mengikuti kelas yang sama—atau itu juga bisa disebut reuni?

“Hah—” Entah sudah berapa kali Disya menghembuskan napas di sela kegiatan memoles wajahya dengan make-up ketika mengetahui ada seorang lelaki y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
gimnaa ya akhir disya sama devan moga happy ending.
goodnovel comment avatar
Dominika Tabita
gak sabar nunggu devan sm disya lg.. lanjutin lg ka. makasih ya jd sering up wlpn gak tiap Hari. selalu dirindukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Om Duda! 2   Chapter 76: Pengaruh Cinta

    Walaupun ragu, tangan kanan Devan pada akhirnya mengetuk pelan pintu kamarnya. Satu... dua... tiga detik berlalu, masih menunggu balasan, bahkan berharap istrinya di dalam mempersilahkannya untuk masuk—tetapi tidak, tidak ada balasan sama sekali. "Sya... saya masuk ya," katanya yang langsung membuka handle pintu. Disya menatapnya dengan kening mengernyit, selimut sudah menutupi sebagian tubuhnya yang berada di atas kasur. "Memang Disya ngijininin Pak Devan masuk?" "Saya hanya ingin menjelaskan—" "Memang Disya minta penjelasan?" tanya Disya cepat memotong ucapannya. "Saya minta maaf jika diary itu membuat kamu tidak nyaman. Tentu ada tujuan khusus saya membuatnya, saya ingin mengabadikan setiap momen tumbuh kembang Kailash sedari masih di dalam kandungan." Walaupun Disya tidak meminta penjelasan, lelaki itu tetap menjelaskan, bahkan sekarang kedua kakinya sudah dibawa melangkah me

  • Om Duda! 2   Chapter 75: Masa Kehamilan

    Manik Disya berkaca ketika telapak tangannya menyentuh tempat tidur milik Kai. Bayangan wajah Kai dengan berbagai macam ekspresi terputar kembali dalam ingatannya. Masih ada perasaan bersalah jujur saja, huhungan keduanya sedang tidak baik saat itu, tiba-tiba sekali Disya mengetahui berita duka ketika dirinya sedang berada dalam masa pelariannya. Disya berdiri, berpindah untuk duduk di kursi meja belajar, mengusap figura foto yang menampilkan foto dirinya, Kai dan juga Devan saat berada di pasar malam beberapa tahun yang lalu. "Mommy kangen Kai...." Entah sudah yang keberapa kali kalimat seperti itu ke luar dari mulut Disya. Perempuan itu benar-benar merindukan putranya. Tangannya tidak berhenti untuk menyentuh semua barang-barang yang ada di meja belajar Kai. Sebuah storage box berwarna hitam menjadi pusat perhatian Disya detik berikutnya, sebenarnya sebuah gambar di bagian penutupnya yang paling membua

  • Om Duda! 2   Chapter 74: Hadiah

    Disya menekuk bibirnya main-main, berpura-pura kesal ketika membuka kotak kecil yang diberikan oleh suaminya. "Kenapa? Kamu tidak menyukainya, Sya?" tanya Devan, kembali memperhatikan raut wajah istrinya yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi bahagia. "Pak Devan tahu hadiah kecil ngga sih?" tanya Disya sedikit ketus. "Ini kecil, Sya—" "Ya ini harganya mahal banget pasti, bukan ratusan ribu lagi!" Devan membasahi bibirnya, lalu meraih kedua tangan Disya untuk digenggamnya. "Saya bingung ingin memberikan kamu apa, jadi saya membelikan ini—" Satu tangannya bergerak untuk menyentuh hidung Disya dengan jari telunjuknya. "Hey! Tapi tetap saja tidak baik menolak hadiah dari siapapun, Sya." Kembali mencebikkan bibirnya, Disya pada akhirnya mengangguk, menerima hadiah itu. Bentuknya memang kotak kecil tetapi harganya cukup fantastis—itu bukan ketentuannya, kesepakatannya tidak seperti itu. Jadi, beberapa hari yang lalu Disya menyarankan untuk bertukar hadiah. Perempuan itu s

  • Om Duda! 2   Chapter 73: Double Date - II

    Devan tidak berhenti memperhatikan wajah istrinya yang sudah terlelap tidur setengah jam yang lalu, mengusap sisa peluh yang membasahi kening istrinya dengan lembut—entah itu karena kegiatan bercinta sebelumnya, atau memang suhu di ruangan yang memang cukup panas karena pendingin ruangan di dalam sini tidak terlalu berfungsi. Devan juga kegerahan sebenarnya, sedari tadi matanya tidak kunjung mau terpejam. Menyunggingkan senyum ketika mengingat kegiatan keduanya, mereka belum pernah bercinta menggunakan alat kontrasepsi, pengalaman baru, dan itu berakhir begitu saja, baik Devan dan Disya setuju tidak menyukainya. Segala sesuatu tentang Disya selalu membuat Devan candu—semuanya, tidak akan pernah membuatnya bosan. Devan begitu sangat mencintai istri kecilnya itu. Mencium kening Disya untuk beberapa saat sebelum dia beranjak dari atas kasur, lelaki itu memutuskan untuk ke luar dari kamar, berniat mencari udara segar karena demi Tuhan di dalam kamar menurutnya sumpek sekali. "B

  • Om Duda! 2   Chapter 72: Double Date - I

    Hening Mungkin bisa menggambarkan situasi di dalam mobil saat ini, tidak ada yang mengeluarkan suara seolah keempatnya punya dunia masing-masing—sebenarnya Disya dan Naya yang merasa tidak nyaman dengan situasi canggung ini, keduanya sudah mencoba mencairkan suasana, beberapa kali mencari topik obrolan, tetapi kedua lelaki di sana tidak terlalu menanggapi, yang satu sibuk dengan kemudinya, yang satu sibuk dengan i-Pad di tangannya. "Mumpung lagi lewat sini, ayo kita ke caffe Rainbow, aku kangen cakenya...," rengek Naya menyentuh lengan suaminya manja. "Sudah jam segini, nanti kamu pulang kemaleman. Abang kan sudah bilang kamu menginap saja di rumah untuk malam ini, tidak usah langsung berangkat ke Bandung." Devan yang menjawab, tidak memperbolehkan untuk mengunjungi caffe yang tadi disebut oleh adiknya. Naya terlihat memanyunkan bibirnya. "Kita aja nurutin kemauannya Bang Devan yang mau makan di restonya Bu Eliza ya!" "Kalian kan masih bingung ingin makan di mana, saya hanya meny

  • Om Duda! 2   Chapter 71: Titik Terang

    "Yakin tidak papa jika saya berangkat kerja, sayang?" tanya Devan, ini adalah pertanyaan kesekian yang lelaki itu berikan kepada istrinya. Yang semulanya Disya menjawab 'Tidak papa' perempuan itu kini menatap Devan dengan bibir yang ditekuk sembari menampilkan puppy eyesnya. "Kamu ingin saya tidak berangkat kerja?" Kali ini Disya mengangguk, merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang suami. Devan menyunggingkan senyum, menyimpan jasnya di atas sofa, lalu melangkah untuk duduk di tepi kasur, setelahnya memberikan pelukan kepada istrinya. "Manja sekali, sedang datang bulan, hm?" Disya menggeleng pelan dalam dekapan suaminya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap rambut Disya lembut. Sedari tadi Disya belum menuruni kasur, perempuan itu sudah bangun tetapi memilih berdiam di kasur lengkap dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Devan sudah bertanya apakah dia boleh berangkat kerja, atau Disya ingin dirinya tetap di rumah menemani istrinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status