Belevia Avryl mengusap wajahnya agar kelihatan tegar ketika memasuki sebuah rumah kecil asri dipenuhi pepohonan rindang di sekeliling. Terdengar celoteh anak balita tertawa riang bersama pengasuh Gemma.
"Tante Beleviaa-a!" Teriakan nyaring menyambut kehadirannya. Lengan mungil bocah terus menjulur ke atas meminta digendong seperti biasa jika adik papanya pulang bekerja dari rumah sakit.
"Hai Bianca, sayang," Belevia merengkuh erat tubuh anak berusia tiga tahun ke pelukan. "Kamu 'ga nakal kan, tidak merepotkan pengasuh Gemma?!"
Bibir anak kecil itu menyengir lucu sangat menggemaskan. "Cuma sedikit, kakiku sakit karena terjatuh, lihatlah bekas lukanya," tunjuk Bianca sambil memiringkan tubuh.
"Baiklah, nanti Tante periksa, ya sayang." Belevia mencium lembut keningnya menenangkan hati ponakan.
Sementara Gemma sibuk merapikan mainan yang terserak di lantai. Bocah perempuan kecil itu berpura-pura mengaku sakit agar tantenya yang menjadi dokter anak terus memperhatikan dirinya.
Bianca Elenora, balita yang kesepian sejak ditinggalkan orang tuanya ke luar kota beberapa hari lalu sengaja dititipkan ke adik Nicholas Dupuis. Hanya Belevia Avryl yang dapat dipercaya dan hari ini mereka berjanji mau menjemputnya.
Ehem! Dehaman keras menghentikan mereka. Di depan pintu, Michael Delano Carleone terlihat tak sabar lagi. "Cepat berkemas, Belevia! Bukan waktunya bermain dengan anak kecil, pesawatku telah lama menunggu di bandara!"
Tak cuma gadis cantik yang terkejut atas perintah kasarnya. Pengasuh Gemma tertegun mendengarnya dan buru-buru pamit pulang, pekerjaan mengasuh sudah selesai bila dokter anak itu tiba di rumah.
"Kau pegang anak ini!" Belevia menyerahkan Bianca ke Michael. "Gara-gara bentakanmu tadi, pengasuhnya langsung terbirit-birit pergi!"
"Hey, aku tak terbiasa dengan anak kecil," tolak Michael kasar, namun tangannya langsung menangkap bayi mungil yang disodorkan padanya. Sialan kau, Belevia!
Tak ada jawaban dari dokter cantik yang menghilang lenyap dibalik sebuah kamar. Kini tinggal Michael dan Bianca berada di ruang tamu saling memandang keheranan. Mata kecil bocah itu menari-nari dihadapan pria asing bertubuh besar dan kekar.
Raut wajah, rambut, hidung dan senyum manis Bianca seolah dikenal Michael seumur hidupnya. Oh, Tuhan, tak mungkin! Semua mirip Michelle Delano Carleone!
Pak! Pak! Telapak kecil balita itu menepuk pipi Michael berulang-ulang. Meraba rahang keras mulai ditumbuhi janggut tipis yang menurut Bianca aneh dan menggelikan. Papa! Papa! Celoteh mulut kecil merindukan sosok ayah yang belum kembali padanya.
Secara refleks Michael memeluk erat. Jantungnya berdegup kencang. Bocah kecil tak menyadari kedua orang tuanya sudah tiada yang tersisa hanya Om dan Tante Bianca saja. Menit demi menit berlalu mereka berdua mencoba saling mengenal dari hati ke hati.
"Keponakan yang malang," desis Michael pelan, mengecup puncak kepala Bianca. "Hadiah istimewa untukku, kau memang replika ibumu, ayo pulang bersamaku ke Milan!" Kebersamaan mereka terpotong sesaat suara ketukan langkah sepatu tergesa-gesa menghampiri.
Damien berbisik penuh rahasia agar tak terdengar siapapun. "Kita harus segera pergi dari sini, dua orang pria asing mengikuti Belevia sejak keluar dari rumah sakit tadi!"
Bedebah! Geram Michael marah.
"Ambulance yang membawa Michelle dan Nicholas sudah diberangkatkan menuju bandara, kita secepatnya menyusul mereka keluar dari negeri ini," lanjut Damien lagi.
"Okay, kau susul Belevia di kamar, seret gadis itu bila perlu agar tak membuang waktu." Michael memerintah pengawalnya. "Ku tunggu kalian berdua di mobil, cepat!"
Hari bergulir beranjak sore. Mereka harus kembali ke Puri Lombardy sebelum larut malam. Asisten Natasha mengabari persiapan di bandara Malpensa hanya menunggu kedatangan pesawat sang mafia.
Michael menatap lekat ponakan, seolah berkata, "Michelle, kau akan pulang bersamaku! Berbaring di surga bersama Mamma dan Papa, tenang berdampingan seperti satu keluarga."
-----------
Keluhan berulang-ulang dari mulut bawel Belevia membuat kepala Michael pening tak karuan. Mereka kini sedang berebut memangku si kecil Bianca di dalam pesawat.
"Sudahlah, kau duduk tenang di situ, biarkan aku memegangi balita ini!" desak Michael tak mau mengalah.
"Tidak, Bianca Elenora tanggung jawabku, dia putri kakakku!" gusar Belevia tak mau menyerah meraih bayi cantik dari pelukan pria kejam dan kasar yang tak pantas bersama ponakannya.
Michael menolak menepis tangannya. "Aku sudah tahu Bianca juga putri kakakku Michelle. Sekarang aku adik laki-laki lebih berhak mengasuh dan merawatnya!"
Bugh! Belevia memukul lengan berotot tebal lalu merengut kesal. Adik ipar Nicholas Dupuis sudah menyadari kakaknya mempunyai seorang anak perempuan yang disembunyikan oleh mereka.
Lima tahun lalu. Belevia tidak tahu siapa Michelle sebenarnya dinikahi Nicholas. Mereka mengundang dalam perkawinan sederhana. Cincin permata tersemat di jari lentik Michelle Delano Carleone dipamerkan sebagai tanda bukti keduanya telah bersatu sebagai suami dan istri.
Sejak itu mereka sepakat menyembunyikan identitas Michelle dari kedua adiknya sendiri, Michael dan Belevia. Saat kehamilan dan kelahiran Bianca Elenora, Belevia ikut merawat dan menjaganya.
Bisnis pengiriman barang milik perusahaan Nicholas sedang berkembang pesat. Mereka berencana pindah ke kota besar menyewa apartemen tak jauh dari kantor, namun kecelakaan parah merenggut nyawa mereka saat menjemput putrinya di rumah Belevia.
"Aku tak akan pernah melepaskan putri Nicholas untukmu, Bianca Elenora hanya satu-satunya bagian tersisa dari keluargaku!"
Sorot mata Belevia Avryl berapi-api memandang sang mafia pewaris Delano Carleone. Dengan penuh percaya diri mengadopsi putri Nicholas menjadi putri sendiri. Karirnya sebagai dokter anak mampu membiayai semua kehidupan mereka berdua.
Michael membalas tajam tatapannya. Suaranya pelan berbisik tak mau mengganggu Bianca tertidur dalam buaian. Mengusap lembut punggung bayi memberi kenyamanan kehangatan di situasi yang kian mencekam di antara paman dan bibinya.
"Kau hanya gadis bodoh tidak akan mampu melawan kekuasaan milikku. Uang dapat membeli segalanya, dan pengasuhan atas keponakanku ini, mengerti?!" Jawaban tegas sang mafia mematikan langkah dokter anak itu mengambil bocah kecil dari pangkuannya.
Wajah Belevia langsung berpaling ke kaca jendela menutupi kekecewaan begitu dalam. Hatinya begitu sangat terluka merasakan beban berat kehilangan kakak dan keponakan hanya dalam waktu satu hari.
Matahari mulai tenggelam begitupun cahaya kehidupan baginya. Tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pria kasar di samping berdiam diri di sepanjang perjalanan menuju ke bandara Milan seolah menutup rapat semua celah di setiap kesempatan Belevia merebut Bianca darinya.
Pekerjaan di kota kecil di Perancis Selatan ditinggalkan sejenak demi menghadiri prosesi pemakaman kakak mereka, Nicholas dan Michelle. Belevia tak ingin kembali tanpa membawa Bianca Elenora.
Bagaimanapun dia akan merebut dan mendapatkan keponakan pulang bersama dirinya, dan bukan tinggal dengan paman seorang mafia yang kejam! Tekadnya mengalahkan keangkuhan mafia sombong dan arogan.
Uang yang dimiliki Michael Delano Carleone memang dapat membeli segalanya termasuk pesawat mereka tumpangi saat ini dan menggaji pengawal di sekeliling mengawasi dirinya penuh kewaspadaan.
Tapi tetap saja mafia brengsek itu tak bisa membeli sebuah kasih sayang dan kepercayaan. Bianca Elenora lebih membutuhkan aku, bukan dirimu! Kecam Belevia dalam-dalam mengupayakan sebuah pelarian, pergi dari Milan secara diam-diam.
***
Siang hari usai pemakaman kedua kakak mereka. Michael dan Belevia masih berdiam diri ketika kembali ke Puri Lombardy. Balita lucu Bianca Elenora bergantian digendong, namun paman mafia selalu mendominasi mencoba merebut perhatiannya. Belevia dan Bianca ditempatkan berdekatan kamar Michael. Asisten Natasha telah diperintahkan menyiapkan seluruh keperluan adik perempuan Nicholas Dupuis dan keponakan. Sebuah kamar khusus bayi berinterior cantik dipenuhi banyak mainan mahal di sudut kamar. Boneka kecil dan besar, ayunan kuda poni, buku-buku dongeng, peralatan menggambar dan menulis, blok alphabet dari kayu, hingga miniatur istana boneka. "Bianca, hati-hati nanti kamu terjatuh," seru Belevia melarang. Lagi lagi protesnya keras terdengar sesaat memasuki kamar disediakan sang paman untuk keponakan. Sangat berbeda reaksi bocah perempuan lucu berlarian senang meraih sebuah boneka lebih besar darinya memeluk erat sambil tertawa riang gembira. Raut kesal terlukis di wajah adik Nicholas tak t
Michael mengetuk jari jemari di atas meja kerja. Pikirannya sibuk mengatur rencana hidup Bianca dan Belevia selama berada di bawah pengawasannya.Sementara informasi Damien begitu mengejutkan, pengawal itu menemukan pelaku pembunuhan terhadap Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis."Kau yakin orang itu pelaku yang sama telah menghabisi papa dan mammaku juga?"Sang mafia muda makin tak sabar memburunya secepat mungkin.Damien mengiyakan."Memang orang yang sama, namun belum aku ketahui keparat itu bekerja untuk mafia yang mana, musuh Tuan Delano Carleone begitu banyak sejak berhasil mengubah bisnis haram menjadi legal di perusahaan yang kau pimpin sekarang."Kursi besar diputar Michael menghadap ke kaca jendela, seraya berguman."Musuh memang membenci Papa Delano ketika berubah drastis tak mau lagi menjalani bisnis kotor mereka dan menganggapnya sebagai pengkhianat."Pengawal senior Damien mengangguk.Itulah alasan sebenarnya Tuan dan Nyonya Delano Carleone terbunuh di hari yang
Pesawat yang membawa Michael dan tiga pengawal mendarat mulus di kota Nice, Perancis Selatan. Lokasinya cukup jauh dari tempat kejadian yang menewaskan kakaknya Michelle. "Di mana informanmu, Damien?" "Aubert Bailey berada di sebuah cafe di tengah kota, kita segera menuju ke sana." Dua mobil telah menanti kedatangan mereka di bandara. Damien memerintahkan pengawal dari perusahaan cabang di Perancis menjemput dan mengantarkan mereka sampai tujuan. Bruno dan Bernie mengangguk hormat sang pewaris Michael Delano Carleone, menyiapkan segala sesuatu dibutuhkan selama berada di kota ini. Kendaraan meluncur begitu tenang di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan indah laut Mediterania. Nice termasuk kota termahal di dunia bagi konglomerat, artis hingga bangsawan. Kapal pesiar megah berjejer di dermaga dari ukuran kecil hingga besar dan berfasilitas mewah dengan bar, teater, kolam renang hingga landasan helikopter di atas dak kapal. Michael memiliki beberapa dari kapal tersebut dan di
"Tante Belevia-aa, kita mau kemana?" Bianca menoleh ke kanan dan kiri kebingungan setelah merasa bukan berada di Puri Lombardy lagi.Sebelumnya mereka pergi berbelanja di Milan, tapi sekarang sudah berada di Marseille di Perancis Selatan. Dua negara yang dilintasi hanya beberapa jam saja.Bianca Elenora masih kecil untuk memahami semua, dan tertidur karena kelelahan dalam perjalanan panjang. Sebuah taksi mengantar mereka ke tujuan kota berikutnya lewat jalan darat.Cupp! Belevia mengecup lembut kening ponakannya."Sayang, kita pulang ke rumah sendiri, bukankah tadi kamu bilang ingin kembali ke Perancis?"Bianca mengangguk-anggukkan kepala. "Aku mau ketemu Mama dan Papa! Mereka pulang hari ini ya kan, Tante Belevia?!"Mata kecilnya berbinar terang, mengerjap-ngerjap senang.Tak kuasa Belevia menjawab. Hatinya berduka memeluk erat keponakan tersayang. Dia belum memberi tahu ayah dan ibu Bianca sudah tiada.Di pemakaman orang tuanya, Bianca tak menangis sama sekali, sibuk bermain boneka
Michael tak membiarkan Belevia sendirian sejak saat ini, mengikuti kemanapun dia pergi. Dan di dalam mobil berdua saja membuat raut wajah gadis cantik itu semakin masam membenci."Pergilah, kau pasti punya kesibukan lain daripada mengawasiku seperti ini!" gerutu Belevia tak senang selalu dicurigai bagai penjahat yang menculik keponakan sendiri.Sungguh keterlaluan perlakuan mafia brengsek dari ruang praktek rumah sakit sampai ke area parkir mobil, tangannya tak berhenti diseret seperti bagasi.Tak ada jawaban. Cuma kepulan asap putih dari mulut Michael dibiarkan keluar jendela.Dia sangat menikmati perjalanan. Di belakangnya, dua buah mobil pengawal mendampingi mereka. Damien, Leo, Milano, Bernie dan Bruno bersiap siaga melindungi sang pewaris serta kerabatnya."Kenapa kau tak pulang saja ke Puri Lombardy, kehadiranmu di sini sangat mengganggu kehidupan aku dan Bianca!" Belevia menghentak kemudi saking kesalnya.Di sampingnya, sang pewaris Delano Carleone malah tersenyum sinis menghad
Damien segera mengambil alih mobil Belevia. Gadis itu mengalami ketakutan karena motif busuk pengacara yang tak lain sahabat Nicholas ternyata berani berbuat nista padanya. Sang mafia Michael Delano Carleone menggenggam jari jemari Belevia memberi kekuatan dan kehangatan yang dibutuhkannya. Tak sampai hati dia memarahi kebodohan adik Nicholas setelah kejadian tadi. Andai saja mereka tak mengikuti sampai ke kantor pengacara keparat itu, mungkin ceritanya akan berbeda. Michael dapat menyesal selamanya karena tak dapat melindungi adik ipar Michelle Delano Carleone. "Damien!" serunya keras menakutkan. "Ya, Michael, ada apa?" Pengawal senior menoleh sebentar lalu fokus mengemudi lagi, memasang telinga baik-baik menyimak setiap perintah dari sang pewaris. "Suruh Bernie dan Bruno mencari tahu tentang bajingan Aubert Bailey! Apa yang dilakukan di Nice tadi pagi, dan mengapa sampai tahu kepulangan Belevia dan Bianca ke Marseille?!" "Aku melihat sebelumnya, Aubert sedang menerima telepon,
"Pengawalku hanya menerima perintah dariku, kau duduk tenang atau pilih aku lempar dirimu dari mobilmu sendiri!" gertak Michael agar gadis itu terdiam. Adik Nicholas Dupuis bersikeras menghempas cengkraman adik Michelle Delano Carleone. "Tapi ini kesempatan mengetahui lebih banyak tentang pelaku yang membuat Nicholas dan Michelle tewas. Aku tidak rela atas kematian mereka, bila kejadian itu sungguh bukan kecelakaan biasa!" "Diamlah Belevia, itu urusanku, jangan turut campur!" Michael membentak kasar kehilangan kesabaran. "Kenapa kau diam saja, apa kau takut dengan Aubert Bailey?" kecam Belevia kesal. Hap! Sengaja, sang pewaris menangkap leher jenjang gadis itu, menangkup dagu tirus untuk berhadapan langsung ke wajahnya. "Jangan pernah merendahkan kemampuanku, Belevia! Kau hanya gadis bodoh lebih baik tak tahu apa-apa. Aubert Bailey ingin menggodamu, menikahimu dan merampas harta kekayaan milik kakakmu!" "Grr-- Michael, lepaskan tanganmu, kau menyakitiku!" jeritnya terus memukul
"Om Michael!" pekik kegembiraan dari mulut kecil Bianca Elenora. Bocah kecil itu berlari kencang menyambut kedatangan adik mamanya, meminta digendong seperti biasanya. Kedua tangannya menepuk pipi pamannya ditumbuhi janggut dan kumis tipis. "Duh, ponakan Om Michael yang manja!" sindir sang pewaris sengaja di depan Belevia. Menggendong, mencium lembut kedua pipi gembul menggemaskan replika Michelle saat kecil dulu. Michael terlihat sangat bahagia melupakan perseteruan siang tadi. Dokter pediatric itu langsung memandang sebal. Ponakannya senang sekali bersama sang mafia begitu dekat dengannya. Padahal baru beberapa jam saja tak bertemu meninggalkan kota Milan. Grr ... kau itu paman mafia yang kasar dan angkuh! Desisnya pelan. Tanpa disuruh masuk pun Michael sudah menghambur ke dalam rumah kecil milik Belevia Avryl. Pengasuh Gemma beranjak pulang sesaat melihat tamunya pernah membentak mereka kemarin. Pria mengerikan termasuk para pengawal kekar yang datang bersamanya. Wajah-wajah