Share

2. Bianca Elenora

Author: Ray Basil
last update Last Updated: 2022-07-22 20:56:18

Belevia Avryl mengusap wajahnya agar kelihatan tegar ketika memasuki sebuah rumah kecil asri dipenuhi pepohonan rindang di sekeliling. Terdengar celoteh anak balita tertawa riang bersama pengasuh Gemma.

"Tante Beleviaa-a!" Teriakan nyaring menyambut kehadirannya. Lengan mungil bocah terus menjulur ke atas meminta digendong seperti biasa jika adik papanya pulang bekerja dari rumah sakit.

"Hai Bianca, sayang," Belevia merengkuh erat tubuh anak berusia tiga tahun ke pelukan. "Kamu 'ga nakal kan, tidak merepotkan pengasuh Gemma?!"

Bibir anak kecil itu menyengir lucu sangat menggemaskan. "Cuma sedikit, kakiku sakit karena terjatuh, lihatlah bekas lukanya," tunjuk Bianca sambil memiringkan tubuh.

"Baiklah, nanti Tante periksa, ya sayang." Belevia mencium lembut keningnya menenangkan hati ponakan.

Sementara Gemma sibuk merapikan mainan yang terserak di lantai. Bocah perempuan kecil itu berpura-pura mengaku sakit agar tantenya yang menjadi dokter anak terus memperhatikan dirinya.

Bianca Elenora, balita yang kesepian sejak ditinggalkan orang tuanya ke luar kota beberapa hari lalu sengaja dititipkan ke adik Nicholas Dupuis. Hanya Belevia Avryl yang dapat dipercaya dan hari ini mereka berjanji mau menjemputnya.

Ehem! Dehaman keras menghentikan mereka. Di depan pintu, Michael Delano Carleone terlihat tak sabar lagi. "Cepat berkemas, Belevia! Bukan waktunya bermain dengan anak kecil, pesawatku telah lama menunggu di bandara!"

Tak cuma gadis cantik yang terkejut atas perintah kasarnya. Pengasuh Gemma tertegun mendengarnya dan buru-buru pamit pulang, pekerjaan mengasuh sudah selesai bila dokter anak itu tiba di rumah.

"Kau pegang anak ini!" Belevia menyerahkan Bianca ke Michael. "Gara-gara bentakanmu tadi, pengasuhnya langsung terbirit-birit pergi!"

"Hey, aku tak terbiasa dengan anak kecil," tolak Michael kasar, namun tangannya langsung menangkap bayi mungil yang disodorkan padanya. Sialan kau, Belevia!

Tak ada jawaban dari dokter cantik yang menghilang lenyap dibalik sebuah kamar. Kini tinggal Michael dan Bianca berada di ruang tamu saling memandang keheranan. Mata kecil bocah itu menari-nari dihadapan pria asing bertubuh besar dan kekar.

Raut wajah, rambut, hidung dan senyum manis Bianca seolah dikenal Michael seumur hidupnya. Oh, Tuhan, tak mungkin! Semua mirip Michelle Delano Carleone!

Pak! Pak! Telapak kecil balita itu menepuk pipi Michael berulang-ulang. Meraba rahang keras mulai ditumbuhi janggut tipis yang menurut Bianca aneh dan menggelikan. Papa! Papa! Celoteh mulut kecil merindukan sosok ayah yang belum kembali padanya.

Secara refleks Michael memeluk erat. Jantungnya berdegup kencang. Bocah kecil tak menyadari kedua orang tuanya sudah tiada yang tersisa hanya Om dan Tante Bianca saja. Menit demi menit berlalu mereka berdua mencoba saling mengenal dari hati ke hati.

"Keponakan yang malang," desis Michael pelan, mengecup puncak kepala Bianca. "Hadiah istimewa untukku, kau memang replika ibumu, ayo pulang bersamaku ke Milan!" Kebersamaan mereka terpotong sesaat suara ketukan langkah sepatu tergesa-gesa menghampiri.

Damien berbisik penuh rahasia agar tak terdengar siapapun. "Kita harus segera pergi dari sini, dua orang pria asing mengikuti Belevia sejak keluar dari rumah sakit tadi!"

Bedebah! Geram Michael marah.

"Ambulance yang membawa Michelle dan Nicholas sudah diberangkatkan menuju bandara, kita secepatnya menyusul mereka keluar dari negeri ini," lanjut Damien lagi.

"Okay, kau susul Belevia di kamar, seret gadis itu bila perlu agar tak membuang waktu." Michael memerintah pengawalnya. "Ku tunggu kalian berdua di mobil, cepat!"

Hari bergulir beranjak sore. Mereka harus kembali ke Puri Lombardy sebelum larut malam. Asisten Natasha mengabari persiapan di bandara Malpensa hanya menunggu kedatangan pesawat sang mafia.

Michael menatap lekat ponakan, seolah berkata, "Michelle, kau akan pulang bersamaku! Berbaring di surga bersama Mamma dan Papa, tenang berdampingan seperti satu keluarga."

-----------

Keluhan berulang-ulang dari mulut bawel Belevia membuat kepala Michael pening tak karuan. Mereka kini sedang berebut memangku si kecil Bianca di dalam pesawat.

"Sudahlah, kau duduk tenang di situ, biarkan aku memegangi balita ini!" desak Michael tak mau mengalah.

"Tidak, Bianca Elenora tanggung jawabku, dia putri kakakku!" gusar Belevia tak mau menyerah meraih bayi cantik dari pelukan pria kejam dan kasar yang tak pantas bersama ponakannya.

Michael menolak menepis tangannya. "Aku sudah tahu Bianca juga putri kakakku Michelle. Sekarang aku adik laki-laki lebih berhak mengasuh dan merawatnya!"

Bugh! Belevia memukul lengan berotot tebal lalu merengut kesal. Adik ipar Nicholas Dupuis sudah menyadari kakaknya mempunyai seorang anak perempuan yang disembunyikan oleh mereka.

Lima tahun lalu. Belevia tidak tahu siapa Michelle sebenarnya dinikahi Nicholas. Mereka mengundang dalam perkawinan sederhana. Cincin permata tersemat di jari lentik Michelle Delano Carleone dipamerkan sebagai tanda bukti keduanya telah bersatu sebagai suami dan istri.

Sejak itu mereka sepakat menyembunyikan identitas Michelle dari kedua adiknya sendiri, Michael dan Belevia. Saat kehamilan dan kelahiran Bianca Elenora, Belevia ikut merawat dan menjaganya.

Bisnis pengiriman barang milik perusahaan Nicholas sedang berkembang pesat. Mereka berencana pindah ke kota besar menyewa apartemen tak jauh dari kantor, namun kecelakaan parah merenggut nyawa mereka saat menjemput putrinya di rumah Belevia.

"Aku tak akan pernah melepaskan putri Nicholas untukmu, Bianca Elenora hanya satu-satunya bagian tersisa dari keluargaku!"

Sorot mata Belevia Avryl berapi-api memandang sang mafia pewaris Delano Carleone. Dengan penuh percaya diri mengadopsi putri Nicholas menjadi putri sendiri. Karirnya sebagai dokter anak mampu membiayai semua kehidupan mereka berdua.

Michael membalas tajam tatapannya. Suaranya pelan berbisik tak mau mengganggu Bianca tertidur dalam buaian. Mengusap lembut punggung bayi memberi kenyamanan kehangatan di situasi yang kian mencekam di antara paman dan bibinya.

"Kau hanya gadis bodoh tidak akan mampu melawan kekuasaan milikku. Uang dapat membeli segalanya, dan pengasuhan atas keponakanku ini, mengerti?!" Jawaban tegas sang mafia mematikan langkah dokter anak itu mengambil bocah kecil dari pangkuannya.

Wajah Belevia langsung berpaling ke kaca jendela menutupi kekecewaan begitu dalam. Hatinya begitu sangat terluka merasakan beban berat kehilangan kakak dan keponakan hanya dalam waktu satu hari.

Matahari mulai tenggelam begitupun cahaya kehidupan baginya. Tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pria kasar di samping berdiam diri di sepanjang perjalanan menuju ke bandara Milan seolah menutup rapat semua celah di setiap kesempatan Belevia merebut Bianca darinya.

Pekerjaan di kota kecil di Perancis Selatan ditinggalkan sejenak demi menghadiri prosesi pemakaman kakak mereka, Nicholas dan Michelle. Belevia tak ingin kembali tanpa membawa Bianca Elenora.

Bagaimanapun dia akan merebut dan mendapatkan keponakan pulang bersama dirinya, dan bukan tinggal dengan paman seorang mafia yang kejam! Tekadnya mengalahkan keangkuhan mafia sombong dan arogan.

Uang yang dimiliki Michael Delano Carleone memang dapat membeli segalanya termasuk pesawat mereka tumpangi saat ini dan menggaji pengawal di sekeliling mengawasi dirinya penuh kewaspadaan.

Tapi tetap saja mafia brengsek itu tak bisa membeli sebuah kasih sayang dan kepercayaan. Bianca Elenora lebih membutuhkan aku, bukan dirimu! Kecam Belevia dalam-dalam mengupayakan sebuah pelarian, pergi dari Milan secara diam-diam.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   88. Ultimatum Terakhir

    Belevia menarik nafas panjang di depan jendela. Bukan kehamilan kini mengkhawatirkan pikiran, tetapi suami tercinta belum pulang sejak semalam. "Hmmm...." Suara pelan menggeliat terbangun dari tidur panjang. Kelopak matanya terbuka menyisir interior kamar jauh berbeda dengan rumah sakit. Begitu hangat dan damai belum pernah dirasakan seumur hidup. "Hey, dimana aku sekarang?" gumannya pelan. "Hai, Lorenzo," sapa Belevia ramah. "Senang akhirnya siuman setelah kejadian mengerikan hampir menimpa dirimu di ruang perawatan." "Memang apa yang terjadi?" sahutnya penasaran. Nyonya rumah tersenyum menenangkan mengambil gelas berisi air di samping ranjang, dan menyerahkan ke pria yang nyaris bernasib malang. "Minumlah dulu, nanti pelayan segera siapkan makan siang untukmu." "Terima kasih." Lorenzo López meneguk beberapa kali, dan Belevia membantu mengembalikan gelas ke meja kecil. "Ceritakan padaku kejadian mengerikan apa di rumah sakit?" desaknya ingin tahu. Sikap adik Nicho

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   87. Serangan Kedua

    Panggilan telepon rahasia dari rumah sakit sangat mengganggu Hugo yang sedang bercumbu dengan kekasihnya. "Sial, mau apa malam begini Pablo hubungi aku?" geramnya marah menyingkirkan wanita cantik di atas pangkuan. "Brengsek! Ada apa?" "HI Boss, ada berita penting besok pagi Lorenzo López dipindahkan ke kediaman Michael Delano Carleone, kita harus menyelesaikan misi sebelum terlambat!" "Kerjakan sekarang!" perintah Hugo ke Pablo tanpa ulur waktu lagi. "Habisi bajingan itu jangan sampai lolos atau kutembak kepalamu jika gagal kedua kali!" Seminggu di Milan membuat situasi makin berbahaya bagi kelompok mereka. Mendengar ucapan kekasihnya yang melanjutkan misi terakhir sangat menyenangkan bagi Catherine Wilson. Duduk kembali ke pangkuan pria tampan yang mengisi hidupnya setelah ditinggalkan suami. "Akhirnya waktu tiba bagi kita berdua, sayang," desah Cathy menggoda. "Lorenzo López memberikan warisan banyak termasuk bisnis ilegal di Brazil." Gairah Hugo makin memuncak. Permaina

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   86. Zio Riccardo

    Puri Lombardy terlihat sepi saat Michael pulang lebih cepat dari kantor. Hanya Bianca Elenora menyambut senang mencium pipi ayahnya lalu kembali bermain ke taman bersama pengasuh Gemma. "Dimana istriku, Ben?" tanyanya khawatir ke penjaga Puri. Benvolio menjawab sedikit gugup, "Oh, Nyonya Belevia berpesan sebelum ke rumah sakit ingin menemui Dokter Luis Santiago sambil membawa bekal makanan dan seikat bunga mekar diambil dari halaman belakang." Michael tak menaruh curiga jika istrinya bersama kakak sepupu. "Okay, bawa tas kantorku ke ruang kerja, aku mengganti baju dulu!" serunya seraya menaiki tangga menuju ke kamar. Pengawal Damien dan Milano telah menunggu di ruang kerja melanjutkan diskusi mereka. Keduanya berhasil mendapatkan informasi penting tentang pihak yang ingin menghabisi Michael Lorenzo López. Sepuluh menit kemudian Michael Delano Carleone tiba langsung menanyakan penyelidikan mereka. "Duduklah kalian, dan ceritakan semuanya dengan detail soal penembakan misteri

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   85. Salah Paham

    Dinding putih menghiasi kamar yang sepi tanpa hiasan. Suara monitor berdenging keras memekakkan telinga. Cahaya terpancar menyilaukan membuka jalan dia kembali ke dunia. "Lorenzo, waktunya telah tiba!" Sayup terdengar panggilan seorang Ibu menyuruhnya untuk pulang. Perlahan kelopak mata membuka menyaksikan dokter dan perawat sibuk memeriksa dirinya. "Hey, dimana aku sekarang?" batinnya bertanya. "Ini bukan kamarku, dan bukan rumah asalku di Seville." Seorang dokter mengecek pupil matanya, silau senter kecil membuatnya berpaling menghindar. "Singkirkan tanganmu, brengsek!" serunya marah belum dapat mencerna situasi yang terjadi. "Lepaskan peralatan ini aku harus pulang!" Tangannya menarik kabel monitor yang terpasang di dada, dan seenaknya membuang ke lantai begitu saja. Saat ia ingin bangun barulah terasa nyeri memilukan. Kain putih balutan perban berubah merah. Gerakan yang kasar merobek jahitan medis beberapa hari lalu. "Lorenzo!" Bentakan Michael tepat waktu menghentikan

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   84. Lorenzo Siuman

    Malam membosankan di kota Milan membuat Hugo kesal tak bisa beraksi menyelesaikan misinya. Empat hari menunggu tak ada berita untuk menyusup ke rumah sakit. "Pablo, dimana perawat itu sekarang, bagaimana kabar brengsek Lorenzo?" Ia menggeleng belum menentukan taktik jitu, "Jangan tergesa-gesa, saat ini penjaga keamanan masih ketat mengawasi di ruang perawatan VVIP, tunggu sampai lengah baru melancarkan rencana kita." "Arghhhh!" Hugo menahan geram. Misi mereka gagal total malah sepupunya disandera saudara kembar di kota Milan. "Gara-gara wanita keparat membohongi kita!" Salahnya mempercayai informasi tidak akurat yang mengakibatkan bisnisnya hancur di Spanyol. Tak lama suara bel pintu berbunyi membuyarkan emosi. Ketukan sepatu high heels dan dua koper diseret ke penthouse membuatnya menoleh seketika. "Mau apa kau ke sini, huh?" bentaknya keras. "Oh, sayang," rayu Cathy memeluk kekasih. "Rencana kita memang belum berhasil tapi aku mendapatkan petunjuk penting untukmu." Ia meny

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   83. Bayi Kembar

    Di sebuah penthouse mewah baru disewa terdengar suara caci maki mafia Spanyol yang tak juga reda sejak tiba pagi tadi. Hampir saja kehilangan jejak seseorang yang berharga. "Siapa sesungguhnya Michael Delano Carleone, beraninya menculik sepupuku Michael Lorenzo López dari rumah sakit?" seru Hugo menggelegar ke pengawal yang bodoh. Alvaro, Mario, Manuel, dan Javier diam tidak berkutik. Cuma asistem Pablo mencoba membujuk lebih tenang, "Lorenzo tak bisa kemanapun, nasibnya diujung tanduk terbaring koma, dan Michael Delano Carleone belum mengetahui siapapun menyerang saudara kembarnya." "Diam kau!" tuding Hugo ke asistennya. "Gara-gara kau rencana kita berantakan, mengapa tak kau lenyapkan bedebah Lorenzo malam itu juga, huh?" Seketika Pablo berdalih, "Tiga tembakan menembus organ vital sepupumu kini hanya tinggal menghitung waktu sampai kapan dia tak bisa bertahan." Sudah tiga hari Lorenzo belum sadarkan diri di rumah sakit di Milan. Ruang perawatan dijaga ketat namun mereka berhasi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status