"Kau sudah membereskan semua?" tanya Michael sesaat tiba di rumah sakit dikawal Damien dan Milano.
Leonardo mengangguk. "Ya Tuan, semua sudah selesai. Pembayaran rumah sakit serta pemulangan jasad Michelle dan Nicholas diatur perusahaan di Milan, semoga Captain Leroy menyambut ketika tiba di bandara nanti."
"Bagus! Aku tak mau berlama-lama di sini sebaiknya kita pulang ke Milan sekarang juga," tandas Michael di depan pengawal lalu segera keluar rumah sakit membuatnya kian trauma.
Tiba-tiba saja bahunya ditahan pengawal senior Damien, kemudian berbisik pelan, "Kita berbicara sebentar di ruang Dokter Belevia Avryl. Ada sesuatu sangat penting harus diketahui demi Michelle dan Nicholas."
Michael melirik tajam. "Belevia Avryl? Aku tak kenal dirinya dan tak mau berurusan siapapun di negeri keparat yang mengambil nyawa kakakku!" tolaknya tegas bertemu dokter tua itu.
Damien tidak mau menyerah sangat mengenal karakter keras kepala putra Tuan Delano Carleone. Pengawal Leo dan Milano bergerak mundur dari hadapan mereka mengawasi dari jauh jikalau terjadi baku hantam di antara pengawal senior dan sang mafia muda.
"Sebelumnya ayahmu sering menitipkan padaku, kini aku mewakili menjadi penasihat dan pengawal setia dari keluarga Delano Carleone," paksa Damien memperingatkan sang pewaris mengikuti sarannya. "Temui Dokter Belevia Avryl sekarang, atau kuseret ke ruangannya!"
Sial! Michael mati kutu. Pria paruh baya brengsek selalu mendampingi ketika berbisnis dan mengawal sesuai pesan mendiang Papa Delano.
"Okay, okay, sebenarnya ada apa dengan dokter itu? Kita tidak pernah bertemu, mengapa harus susah payah mengenalnya. Urusan rumah sakit toh telah tuntas ..."
Ucapan Michael belum selesai. Bahunya ditarik Damien kuat menuju ke selasar rumah sakit. Di belakang Leo dan Milano mengikuti mereka. Petugas resepsionis menunjukkan ke ruang pediatric dokter spesialis anak. Di sanalah dokter Belevia Avryl sedang bekerja.
Bau rumah sakit dibenci Michael. Aromanya khas. Teringat Mamma dan Papa terbaring kaku saat menjumpai untuk terakhir kali. Kini kakaknya Michelle juga harus dijemput pulang dalam keadaan tak bernyawa. Jiwanya semakin terluka mengenang satu persatu orang-orang disayangi pergi dengan cara tragis.
Michael terkejut mendengar kabar kematian kakak perempuan dikasihi sekaligus dibenci selama ini. Michelle Delano Carleone menikahi Nicholas Dupuis pria biasa bukan dari kalangan mereka. Kakaknya melarikan diri bertahun-tahun tidak pernah ingin kembali ke keluarga.
Perseteruan antara Michael dan Michelle memisahkan mereka bertahun-tahun lamanya. Ditambah kematian orang tua mereka sebelumnya akibat kecelakaan mobil sama seperti putri sulung saat ini. Cinta, airmata dan kematian bagai lingkaran setan dalam keluarga mafia.
Nyawa dibayar nyawa kerap terjadi demi mempertahankan klan kekuasaan dan kekayaan. Tiga orang dicintai telah pergi tak pernah kembali. Kebencian yang membutakan segalanya walau Michael telah melarang keras dan memisahkan mereka demi keselamatan hidupnya.
Peristiwa kecelakaan merenggut nyawa keduanya tak dapat terelakkan lagi. Pihak aparat Perancis segera tiba dan mencampuri urusan keluarga sementara status Michael Delano Carleone sangat berseberangan sebagai pewaris klan mafia kejam terkenal di Italia.
Sesampai di depan pintu ruang pediatric belum sempat mengetuk tiba-tiba seorang dokter keluar tergesa-gesa sambil menangis tersedu. "Dokter Belevia?" tegur Michael cepat sebelum wanita itu bergegas pergi.
Wow! Keningnya berkerut. Dia mengira dokter anak itu wanita tua tapi ternyata seorang gadis cantik berjas putih bersih. Rambut pirang digelung memperlihatkan leher jenjang halus dan mulus.
"Maaf, anda siapa dan ada keperluan apa bertemu denganku?" Belevia Avryl menyeka air mata di pipi seperti sedang menangisi sesuatu. "Aku sedang terburu-buru menemui keponakan, kita berbicara lain kali saja!"
Michael pun salah tingkah tidak tahu kepentingan apa berjumpa gadis cantik itu.mUntung Damien langsung mengambil posisi darinya. Teringat pesan Leo yang dibaca ketika pesawat putra Delano Carleone mengudara menuju Marseille dan selanjutnya mereka melakukan perjalanan darat ke rumah sakit di kota kecil yang jauh.
"Maaf Nona, apa kau adik dari Nicholas Dupuis?" tanya Damien penasaran.
Belevia menatap kesal dikepung empat pria kekar yang menghambat perjalanan pulang ke rumah. "Nicholas memang kakakku, kalian siapa dan ada urusan apa dengannya?"
Hey, apa-apaan ini?! Pertanyaan Damien dan jawaban Belevia membuat Michael tercengang hebat. Mengapa tidak ada yang memberi tahu jika kakak ipar memiliki adik perempuan seorang dokter di rumah sakit tempat bersemayam Michelle dan Nicholas.
"Hai Belevia, aku Michael adik Michelle Delano Carleone." Buru-buru memperkenalkan diri. "Kedatangan kami kemari untuk menjemput jasad mereka agar dimakamkan di samping orang tuaku di Italia."
Bola mata Belevia Avryl membesar. "Tidak, kau tak boleh membawa mereka pergi dari sini!" Sontak tangisnya berubah kemarahan. "Biar aku saja memberi penghormatan terakhir ke kakakku dan istrinya, kau tidak berhak atas jasad mereka!"
Tungkai kaki Michael melangkah menggertak kuat. Gadis itu tak sebanding mereka pun beradu pandang dan saling berseberangan dalam satu keinginan. Dokter cantik itu mendongakkan dagu menatap tajam tanpa rasa takut melawan pria sombong dan angkuh tiba-tiba saja mengaku adik dari istri Nicholas Dupuis.
"Kau tak pernah tahu berurusan dengan siapa kali ini, Belevia. Aku peringatkan sekali lagi bahwa Michelle dan Nicholas lebih baik dikebumikan di negeriku bukan di sini!" Michael memberi perintah tak boleh dibantah.
Grr! Hampir saja tangan kecil Belevia memukul ke dada pria brengsek namun dicegah pengawal paruh baya yang juga asing baginya.
"Nona Belevia, sebaiknya kau ikut kami sekarang demi keselamatan hidupmu, dan tolong jangan membuang waktu lagi terlalu lama," ujar Damien menengahi. "Pesawat segera diberangkatkan jika semuanya sudah siap."
Dokter cantik itu menggeleng kuat. "Aku tak bisa pergi tanpa ponakanku, mengapa kalian begitu repot ingin membawa Nicholas dan Michelle jauh dari sini huh?!"
Damien tersenyum bijaksana tak mau mengulur waktu, dan berkata, "Nanti penjelasannya, biar sekarang kami antar ke rumah untuk menjemput keponakanmu."
Dengan hati ragu dan curiga Belevia menoleh sinis ke Michael yang bertingkah sama membalasnya kesal. Dan pengawal senior Damien menahan lengan sang mafia agar tetap tenang tak membuat kericuhan.
Ada sebuah kejutan besar hadiah istimewa harus ditemui mereka. Misteri kecelakaan dialami Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis belum sempat terungkap. Adiknya harus bersabar sampai pemakaman mereka selesai lebih dulu kemudian memburu para pelaku.
Beriringan mereka keluar rumah sakit. Dokter muda itu tak diperkenankan mengendarai mobilnya sendiri. Leo dan Milano membawa sampai ke rumah. Belevia dipaksa Damien untuk duduk bersama Michael agar aman di dalam pengawasan.
"Tunjukkan dimana kediamanmu, kita dikawal dua anak buahku di belakang," ujarnya menyalakan kendaraan perusahaan milik sang pewaris mafia di Perancis Selatan.
Dalam 20 menit perjalanan tiada tegur sapa atau pembicaraan penting. Michael dan Belevia sedang menahan diri tidak ingin bertanya berseteru di situasi menegangkan seperti ini. Keduanya memilih menatap keluar kaca jendela seolah bermusuhan.
Belevia bersikeras seperti diucapkan di rumah sakit tadi. Namun pria yang berada di samping bersikukuh tak mau diganggu. Kembali buliran air mata mengalir di sudut mata membayangkan sebentar lagi jasad Nicholas dibawa pergi dari kota kelahiran untuk dibaringkan bersama istrinya di Italia.
Kini hidupnya seorang diri tanpa kakak yang ramah baik hati dan pekerja keras demi memperjuangkan adik kesayangan menjadi seorang dokter. Belevia kehilangan petunjuk arah tiada teman berbagi suka duka.
Diam-diam Michael memperhatikan sosok gadis cantik di sebelah. Tangan mungil itu sibuk mengusap derai air mata tanpa suara. Jantungnya ikut terasa sesak merasakan hal sama kehilangan kakak dikasihi mereka.
"Bersihkan tangismu!" sentaknya keras mengambil beberapa helai tisu menyerahkan di atas pangkuan gadis itu. "Mukamu jadi jelek buruk rupa sembab tak bercahaya!"
Pfff! Belevia hampir mengucap terima kasih namun terhalang kata-kata kasar tadi. "Jangan pernah campuri urusanku!" protesnya keras langsung menyeka wajah tak ingin tampil berantakan di depan keponakan nanti.
Detik-detik menegangkan bagi Belevia jika Michael mengetahui kejutan istimewa menanti di rumah. Andai saja Michelle mau jujur ke adik sendiri tak mungkin pria brengsek itu begitu berani menyerang saat berada di luar ruang kerja praktik tadi.
Bibir tipisnya digigit pelan menahan kecemasan yang luar biasa.
***
Belevia Avryl mengusap wajahnya agar kelihatan tegar ketika memasuki sebuah rumah kecil asri dipenuhi pepohonan rindang di sekeliling. Terdengar celoteh anak balita tertawa riang bersama pengasuh Gemma. "Tante Beleviaa-a!" Teriakan nyaring menyambut kehadirannya. Lengan mungil bocah terus menjulur ke atas meminta digendong seperti biasa jika adik papanya pulang bekerja dari rumah sakit. "Hai Bianca, sayang," Belevia merengkuh erat tubuh anak berusia tiga tahun ke pelukan. "Kamu 'ga nakal kan, tidak merepotkan pengasuh Gemma?!" Bibir anak kecil itu menyengir lucu sangat menggemaskan. "Cuma sedikit, kakiku sakit karena terjatuh, lihatlah bekas lukanya," tunjuk Bianca sambil memiringkan tubuh. "Baiklah, nanti Tante periksa, ya sayang." Belevia mencium lembut keningnya menenangkan hati ponakan. Sementara Gemma sibuk merapikan mainan yang terserak di lantai. Bocah perempuan kecil itu berpura-pura mengaku sakit agar tantenya yang menjadi dokter anak terus memperhatikan dirinya. Bianca
Siang hari usai pemakaman kedua kakak mereka. Michael dan Belevia masih berdiam diri ketika kembali ke Puri Lombardy. Balita lucu Bianca Elenora bergantian digendong, namun paman mafia selalu mendominasi mencoba merebut perhatiannya. Belevia dan Bianca ditempatkan berdekatan kamar Michael. Asisten Natasha telah diperintahkan menyiapkan seluruh keperluan adik perempuan Nicholas Dupuis dan keponakan. Sebuah kamar khusus bayi berinterior cantik dipenuhi banyak mainan mahal di sudut kamar. Boneka kecil dan besar, ayunan kuda poni, buku-buku dongeng, peralatan menggambar dan menulis, blok alphabet dari kayu, hingga miniatur istana boneka. "Bianca, hati-hati nanti kamu terjatuh," seru Belevia melarang. Lagi lagi protesnya keras terdengar sesaat memasuki kamar disediakan sang paman untuk keponakan. Sangat berbeda reaksi bocah perempuan lucu berlarian senang meraih sebuah boneka lebih besar darinya memeluk erat sambil tertawa riang gembira. Raut kesal terlukis di wajah adik Nicholas tak t
Michael mengetuk jari jemari di atas meja kerja. Pikirannya sibuk mengatur rencana hidup Bianca dan Belevia selama berada di bawah pengawasannya.Sementara informasi Damien begitu mengejutkan, pengawal itu menemukan pelaku pembunuhan terhadap Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis."Kau yakin orang itu pelaku yang sama telah menghabisi papa dan mammaku juga?"Sang mafia muda makin tak sabar memburunya secepat mungkin.Damien mengiyakan."Memang orang yang sama, namun belum aku ketahui keparat itu bekerja untuk mafia yang mana, musuh Tuan Delano Carleone begitu banyak sejak berhasil mengubah bisnis haram menjadi legal di perusahaan yang kau pimpin sekarang."Kursi besar diputar Michael menghadap ke kaca jendela, seraya berguman."Musuh memang membenci Papa Delano ketika berubah drastis tak mau lagi menjalani bisnis kotor mereka dan menganggapnya sebagai pengkhianat."Pengawal senior Damien mengangguk.Itulah alasan sebenarnya Tuan dan Nyonya Delano Carleone terbunuh di hari yang
Pesawat yang membawa Michael dan tiga pengawal mendarat mulus di kota Nice, Perancis Selatan. Lokasinya cukup jauh dari tempat kejadian yang menewaskan kakaknya Michelle. "Di mana informanmu, Damien?" "Aubert Bailey berada di sebuah cafe di tengah kota, kita segera menuju ke sana." Dua mobil telah menanti kedatangan mereka di bandara. Damien memerintahkan pengawal dari perusahaan cabang di Perancis menjemput dan mengantarkan mereka sampai tujuan. Bruno dan Bernie mengangguk hormat sang pewaris Michael Delano Carleone, menyiapkan segala sesuatu dibutuhkan selama berada di kota ini. Kendaraan meluncur begitu tenang di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan indah laut Mediterania. Nice termasuk kota termahal di dunia bagi konglomerat, artis hingga bangsawan. Kapal pesiar megah berjejer di dermaga dari ukuran kecil hingga besar dan berfasilitas mewah dengan bar, teater, kolam renang hingga landasan helikopter di atas dak kapal. Michael memiliki beberapa dari kapal tersebut dan di
"Tante Belevia-aa, kita mau kemana?" Bianca menoleh ke kanan dan kiri kebingungan setelah merasa bukan berada di Puri Lombardy lagi.Sebelumnya mereka pergi berbelanja di Milan, tapi sekarang sudah berada di Marseille di Perancis Selatan. Dua negara yang dilintasi hanya beberapa jam saja.Bianca Elenora masih kecil untuk memahami semua, dan tertidur karena kelelahan dalam perjalanan panjang. Sebuah taksi mengantar mereka ke tujuan kota berikutnya lewat jalan darat.Cupp! Belevia mengecup lembut kening ponakannya."Sayang, kita pulang ke rumah sendiri, bukankah tadi kamu bilang ingin kembali ke Perancis?"Bianca mengangguk-anggukkan kepala. "Aku mau ketemu Mama dan Papa! Mereka pulang hari ini ya kan, Tante Belevia?!"Mata kecilnya berbinar terang, mengerjap-ngerjap senang.Tak kuasa Belevia menjawab. Hatinya berduka memeluk erat keponakan tersayang. Dia belum memberi tahu ayah dan ibu Bianca sudah tiada.Di pemakaman orang tuanya, Bianca tak menangis sama sekali, sibuk bermain boneka
Michael tak membiarkan Belevia sendirian sejak saat ini, mengikuti kemanapun dia pergi. Dan di dalam mobil berdua saja membuat raut wajah gadis cantik itu semakin masam membenci."Pergilah, kau pasti punya kesibukan lain daripada mengawasiku seperti ini!" gerutu Belevia tak senang selalu dicurigai bagai penjahat yang menculik keponakan sendiri.Sungguh keterlaluan perlakuan mafia brengsek dari ruang praktek rumah sakit sampai ke area parkir mobil, tangannya tak berhenti diseret seperti bagasi.Tak ada jawaban. Cuma kepulan asap putih dari mulut Michael dibiarkan keluar jendela.Dia sangat menikmati perjalanan. Di belakangnya, dua buah mobil pengawal mendampingi mereka. Damien, Leo, Milano, Bernie dan Bruno bersiap siaga melindungi sang pewaris serta kerabatnya."Kenapa kau tak pulang saja ke Puri Lombardy, kehadiranmu di sini sangat mengganggu kehidupan aku dan Bianca!" Belevia menghentak kemudi saking kesalnya.Di sampingnya, sang pewaris Delano Carleone malah tersenyum sinis menghad
Damien segera mengambil alih mobil Belevia. Gadis itu mengalami ketakutan karena motif busuk pengacara yang tak lain sahabat Nicholas ternyata berani berbuat nista padanya. Sang mafia Michael Delano Carleone menggenggam jari jemari Belevia memberi kekuatan dan kehangatan yang dibutuhkannya. Tak sampai hati dia memarahi kebodohan adik Nicholas setelah kejadian tadi. Andai saja mereka tak mengikuti sampai ke kantor pengacara keparat itu, mungkin ceritanya akan berbeda. Michael dapat menyesal selamanya karena tak dapat melindungi adik ipar Michelle Delano Carleone. "Damien!" serunya keras menakutkan. "Ya, Michael, ada apa?" Pengawal senior menoleh sebentar lalu fokus mengemudi lagi, memasang telinga baik-baik menyimak setiap perintah dari sang pewaris. "Suruh Bernie dan Bruno mencari tahu tentang bajingan Aubert Bailey! Apa yang dilakukan di Nice tadi pagi, dan mengapa sampai tahu kepulangan Belevia dan Bianca ke Marseille?!" "Aku melihat sebelumnya, Aubert sedang menerima telepon,
"Pengawalku hanya menerima perintah dariku, kau duduk tenang atau pilih aku lempar dirimu dari mobilmu sendiri!" gertak Michael agar gadis itu terdiam. Adik Nicholas Dupuis bersikeras menghempas cengkraman adik Michelle Delano Carleone. "Tapi ini kesempatan mengetahui lebih banyak tentang pelaku yang membuat Nicholas dan Michelle tewas. Aku tidak rela atas kematian mereka, bila kejadian itu sungguh bukan kecelakaan biasa!" "Diamlah Belevia, itu urusanku, jangan turut campur!" Michael membentak kasar kehilangan kesabaran. "Kenapa kau diam saja, apa kau takut dengan Aubert Bailey?" kecam Belevia kesal. Hap! Sengaja, sang pewaris menangkap leher jenjang gadis itu, menangkup dagu tirus untuk berhadapan langsung ke wajahnya. "Jangan pernah merendahkan kemampuanku, Belevia! Kau hanya gadis bodoh lebih baik tak tahu apa-apa. Aubert Bailey ingin menggodamu, menikahimu dan merampas harta kekayaan milik kakakmu!" "Grr-- Michael, lepaskan tanganmu, kau menyakitiku!" jeritnya terus memukul