Share

3. Kepergok Damien

Author: Ray Basil
last update Last Updated: 2022-07-22 21:15:12

Siang hari usai pemakaman kedua kakak mereka. Michael dan Belevia masih berdiam diri ketika kembali ke Puri Lombardy. Balita lucu Bianca Elenora bergantian digendong, namun paman mafia selalu mendominasi mencoba merebut perhatiannya.

Belevia dan Bianca ditempatkan berdekatan kamar Michael. Asisten Natasha telah diperintahkan menyiapkan seluruh keperluan adik perempuan Nicholas Dupuis dan keponakan.

Sebuah kamar khusus bayi berinterior cantik dipenuhi banyak mainan mahal di sudut kamar. Boneka kecil dan besar, ayunan kuda poni, buku-buku dongeng, peralatan menggambar dan menulis, blok alphabet dari kayu, hingga miniatur istana boneka.

"Bianca, hati-hati nanti kamu terjatuh," seru Belevia melarang.

Lagi lagi protesnya keras terdengar sesaat memasuki kamar disediakan sang paman untuk keponakan. Sangat berbeda reaksi bocah perempuan lucu berlarian senang meraih sebuah boneka lebih besar darinya memeluk erat sambil tertawa riang gembira.

Raut kesal terlukis di wajah adik Nicholas tak terbendung, dan berkata, "Kau sungguh keterlaluan, Michael! Sengaja memanjakan Bianca padahal kami tak mau berlama-lama tinggal di sini!"

Kamar balita berisi ranjang kecil, sofa dan meja minimalis seukuran anak-anak serta lemari memuat pakaian baru dan kotak mainan besar. Terlalu mewah bagi bocah mungil tak sepadan pernah diberikan oleh ayah dan ibunya sendiri.

"Biarkan saja ponakanku bermain di sini, lantainya sudah dilapisi karpet tebal membuatnya aman bila terjatuh, dan radio monitor memantau aktivitasnya saat terbangun di malam hari." Michael menjelaskan agar Belevia tak terlalu khawatir.

Pengasuh Gina mulai dipekerjakan dan dibantu para pelayan di Puri Lombardy. Pengawalnya sepanjang waktu mengawasi di halaman dan teras belakang. Sang pewaris ingin putri Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis hidup bahagia, aman dan nyaman berkecukupan saat tinggal di kediamannya.

"Sore ini kami kembali ke Perancis, Bianca tinggal bersamaku bukan di rumah ini." Belevia menolak kebaikan adik Michelle yang penuh propaganda. Mafia kejam dan kasar belum menikah tak pantas mengasuh seorang bayi sendirian.

Puri Lombardy bukan tempat layak membesarkan Bianca Elenora. Pamannya lebih sering pergi berbisnis ke luar kota maupun luar negeri daripada di rumah untuk merawatnya.

Seketika itu juga lengan Belevia ditarik seenaknya saja oleh Michael, diseret keluar dari kamar Bianca sedang asyik bermain aneka ragam mainan baru di atas karpet ditemani pengasuh Gina.

"Kita berbicara di kamarku saja," ajak Michael menuju kamar utama. "Selama ini aku bosan mendengarkan keluhan dan rengekanmu. Baru sehari kau di sini, kepalaku makin pening dibuatnya!"

Belevia menolak ajakannya apalagi berduaan berada di kamar pribadi sang mafia. Semakin dia meronta makin kencang cengkraman pria brengsek. "Grr Michael, lepaskan tanganku, aku mau pulang sekarang," tampiknya marah. "Urusan kita sudah selesai saat pemakaman kakakku tadi!"

Adik Michelle bukanlah pria baik hati. Perlakuan terhadap dokter anak itu sungguh kelewatan. Pintu kamarnya ditutup rapat-rapat, perdebatan mereka tak didengar oleh siapapun termasuk ponakan.

Dibalik pintu berdiri tegak sambil berkacak pinggang dan mulai memaki kesal. "Dengarkan baik-baik, dasar gadis manja dan bodoh, kau tak tahu arti bahaya mengancam di sekelilingmu huh?!"

"Apa maksud perkataanmu itu?"

Belevia membalas tidak terima sikap yang kasar beradu pandangan tajam. Michael selalu menjadi pemenang karena dia akhirnya sering memalingkan wajah sedikit malu terpesona ketampanannya.

"Michelle dan Nicholas bukan tewas karena kecelakaan tunggal tapi sabotase, mereka dikejar musuh keluarga sejak dulu!" ungkap Michael berterus terang. "Kaulah sasaran berikut setelah keluar dari rumah sakit menuju kediamanmu menjemput keponakanku, Bianca!"

Aa-apa! Bola mata Belevia melebar tak percaya. "Kau berdusta, sungguh tak yakin semua ucapanmu, memang kau sengaja menahan kami berdua supaya tetap tinggal di Milan."

"Terserah apa katamu," sungut Michael emosi. "Sekarang kalian berdua tanggung jawabku. Michelle pasti tak bahagia di alam sana jika tahu aku menyia-nyiakan putrinya dan adik ipar yang menyebalkan!"

Hah! Belevia semakin berang dikatakan seperti itu. "Aku dan Bianca dapat mengurus diri sendiri tanpa campur tangan darimu, toh selama ini kau pun tidak pernah tahu keberadaan kami!"

Senyum Michael malah mengejek dokter anak cantik berani melawan semua kehendaknya, dan membiarkan gadis itu mempertahankan pendapat yang salah. Kemudian duduk di atas ranjang empuk mengamati seluruh keindahan tubuh adik Nicholas di depan mata.

"Michelle tak pernah tahu jika selama beberapa bulan ini dalam pantauanku. Leo selalu mengawasi dari jauh kemanapun dia dan suaminya pergi, namun jejak putrinya tidak diketahui sebelumnya karena selalu dititipkan di rumahmu!" cecar Michael geram.

Andai dia tahu kakaknya memiliki seorang anak tak segan Michael meminta kembali ke Puri Lombardy walau harus bersama suami yang tak disukai. Nicholas berhasil merebut cinta Michelle dan meninggalkan seluruh kenangan keluarga demi hidup bersama pria dari kalangan biasa bukan keluarga mafia kaya raya.

"Kau seperti membenci kakakku dan Michelle sejak mereka menikah?" selidik Belevia.

"Hmm ... kau memang benar!" Michael menjawab jujur, "Michelle dijodohkan Benigno, putra keluarga mafia, tapi dia kabur tak menyukai pilihan orang tuaku setelah mereka juga tewas kecelakaan."

Oh, apa yang sesungguhnya terjadi pada keluarga pria ini?! Belevia makin bertanya-tanya.

Puri Lombardy begitu luas sejauh mata memandang. Halaman depan dipenuhi taman di desain begitu apik. Bangunan puri klasik dibangun berabad-abad lalu. Pemandangan danau Como indah walau Belevia sempat melihat dari balik kaca ketika melintasi tadi pagi berangkat dan pulang dari pemakaman kakak mereka.

Belevia belum pernah menjejakkan kaki di sana namun keinginan besarnya kembali ke rumah kecil di Perancis Selatan, bukan di Milan Utara di mana berada sekarang. Lalu mencoba meluluhkan hati sang pewaris yang tak beranjak ketika menghampiri sedang berpangku tangan.

"Itukah alasan membenci kakakmu sendiri tanpa mempedulikan kebahagiaan bersama pria yang dicintainya?" desak Belevia ingin tahu. "Karena kakakku Nicholas tak layak mendampingi Michelle, bukan orang kaya atau penguasa di negeri ini?"

Betapa hinanya Nicholas di mata Michael bila alasan utama tak menyukainya karena harta. Kakaknya pekerja keras, selalu membantu meneruskan pendidikan menjadi seorang dokter yang dicita-citakan sejak kecil.

Belevia kian membenci, terlebih sang pewaris terdiam tak mau menjawab pertanyaan semakin membenarkan keberadaannya dan Bianca akan menjadi beban berikutnya.

"Sebaiknya kami pulang sore ini ke Perancis, kau bebas menjadi dirimu sendiri tanpa mencampuri kehidupan ponakanmu, anggaplah Bianca tak pernah ada sebelumnya!" Keputusannya sudah bulat. Pekerjaan di rumah sakit sudah menunggu tak bisa mengambil cuti lama, dan harus membesarkan Bianca di tangan sendiri.

Baru saja hendak beranjak berdiri sontak lengan Belevia ditahan Michael yang menatap penuh ancaman. "Kau tak dapat pergi kemana-mana lagi, tempat kalian di Puri Lombardy! Aku harus menjamin keamanan kalian untuk selanjutnya!" Dia tak mau main-main dalam hidupnya, kehilangan Michelle sudah cukup baginya.

"Hey, aku manusia bebas, kau tak berhak menentukan hidupku!" Belevia menepis genggaman erat pria kasar dan brengsek seolah-olah berkuasa atas dirinya.

Brukk! Secara sengaja Michael menarik kencang menjatuhkan dokter anak di atas ranjang, menahan dengan kedua tangan mengunci Belevia di bawah tubuh yang kekar. "Aku peringatkan terakhir kali, kulakukan semua sekarang ini demi keselamatan hidup kalian. Musuh Delano Carleone mengincar kau dan ponakanku!"

Belevia memalingkan wajah darinya namun Michael mendesak mendengarkan ucapannya lagi. "Mereka tak pernah menyisakan satu anggota keluarga demi mewarisi tahta kekuasaan dan kekayaan kecuali merebutnya, walaupun harus saling menumpahkan darah, kau paham itu?!"

Dokter anak itu memberontak kuat dari rengkuhan Michael. Namun sang mafia bersikukuh tak mau melepas. Nafas menderu di antara mereka berdua. Kedekatan terjadi lebih membahayakan daripada ancaman musuh.

Sungguh Michael Delano Carleone lebih berbahaya bagi Belevia Avryl. Mereka hanya Om dan Tante Bianca Elenora putri Michelle dan Nicholas yang tak pernah memiliki hubungan apapun sebelum pertemuan kemarin di rumah sakit.

Tiada lagi keinginan mengetahui lebih jauh tentang sang pewaris dan keluarganya kembali. Bugh! Kepalan tangan Belevia memukul dada berotot. "Arghh, menyingkirlah dariku, kau itu berat, tubuhmu membuat sesak nafas!" jeritnya kencang.

Pria itu malah menatap lekat terpaku menelusuri hingga ke bibir tipis Belevia Avryl. Suasana yang luar biasa mencekam jika mereka tak mampu menghentikan semua ini maka sulit bagi adik Nicholas Dupuis keluar dari Puri Lombardy.

Michael!

Pintu kamar terbuka lebar. Damien berteriak memanggil putra Delano Carleone, melongok terkejut melihat pemandangan dua orang dewasa sedang berada di atas ranjang. "Oh sorry, ku pikir kau sendirian di kamar."

"Brengsek, ada apa kau mencariku?" Michael menoleh tajam tanpa sekalipun ingin melepaskan pelukan ke Belevia yang gelisah ditatap pengawal setia keluarga. Suasana intim berubah kaku gara-gara kedatangannya.

Kesempatan bagi dokter anak berontak lebih keras di saat sang mafia lengah. Huff! Sekuat tenaga menyingkir dari tubuh berat di atasnya lalu beranjak berdiri merapikan diri bergegas keluar kamar tanpa melihat mereka sedang tersenyum simpul padanya.

Sialan kau Michael! Umpat Belevia pelan.

Sikap adik Michelle membuatnya malu di depan pengawal Damien. Mereka berdua kepergok di atas ranjang, dan kejadian tadi menyakiti perasaan. Rencananya semakin kuat diam-diam Belevia dan Bianca meninggalkan Milan Utara tanpa diketahui sang mafia. Dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   89. Dua Pecundang

    Dalam beberapa minggu Lorenzo dirawat di Puri Lombardy, Dokter Luis meminta pengawal mendorong kursi roda pasien ke ruang makan. Ia sengaja berusaha mengubah pandangan dua bersaudara yang berseteru dendam masa lalu. "Idemu benar-benar bodoh!" makinya kesal. "Ini bukan rumahku, buat apa memaksa sarapan dengan mereka, sebaiknya kembalikan aku ke rumah sakit menjalankan terapi sialan di sana saja!" Tangan Luis langsung menekan kencang bahu pasien yang mengaduh kesakitan. "Dasar bajingan tidak tahu cara berterima kasih, andai Michael enggan membawa saudaranya sekarat dari Granada ke Milan, kau tak akan pernah hidup sampai pagi ini!" Lorenzo tetap melawan walau cengkramannya belum dilepaskan, "Aku tak peduli, dan tak butuh bantuannya!" "Hmm.... kurasa, sebuah suntikan beracun kedua kali lebih mampu menutup mulutmu!" Luis memperingatkan sikap brengsek itu. "Belevia, adik kesayanganku, berani menghancurkan keluarganya sama saja menantang diriku!" Barulah Lorenzo López tersadar. Is

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   88. Ultimatum Terakhir

    Belevia menarik nafas panjang di depan jendela. Bukan kehamilan kini mengkhawatirkan pikiran, tetapi suami tercinta belum pulang sejak semalam. "Hmmm...." Suara pelan menggeliat terbangun dari tidur panjang. Kelopak matanya terbuka menyisir interior kamar jauh berbeda dengan rumah sakit. Begitu hangat dan damai belum pernah dirasakan seumur hidup. "Hey, dimana aku sekarang?" gumannya pelan. "Hai, Lorenzo," sapa Belevia ramah. "Senang akhirnya siuman setelah kejadian mengerikan hampir menimpa dirimu di ruang perawatan." "Memang apa yang terjadi?" sahutnya penasaran. Nyonya rumah tersenyum menenangkan mengambil gelas berisi air di samping ranjang, dan menyerahkan ke pria yang nyaris bernasib malang. "Minumlah dulu, nanti pelayan segera siapkan makan siang untukmu." "Terima kasih." Lorenzo López meneguk beberapa kali, dan Belevia membantu mengembalikan gelas ke meja kecil. "Ceritakan padaku kejadian mengerikan apa di rumah sakit?" desaknya ingin tahu. Sikap adik Nicho

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   87. Serangan Kedua

    Panggilan telepon rahasia dari rumah sakit sangat mengganggu Hugo yang sedang bercumbu dengan kekasihnya. "Sial, mau apa malam begini Pablo hubungi aku?" geramnya marah menyingkirkan wanita cantik di atas pangkuan. "Brengsek! Ada apa?" "HI Boss, ada berita penting besok pagi Lorenzo López dipindahkan ke kediaman Michael Delano Carleone, kita harus menyelesaikan misi sebelum terlambat!" "Kerjakan sekarang!" perintah Hugo ke Pablo tanpa ulur waktu lagi. "Habisi bajingan itu jangan sampai lolos atau kutembak kepalamu jika gagal kedua kali!" Seminggu di Milan membuat situasi makin berbahaya bagi kelompok mereka. Mendengar ucapan kekasihnya yang melanjutkan misi terakhir sangat menyenangkan bagi Catherine Wilson. Duduk kembali ke pangkuan pria tampan yang mengisi hidupnya setelah ditinggalkan suami. "Akhirnya waktu tiba bagi kita berdua, sayang," desah Cathy menggoda. "Lorenzo López memberikan warisan banyak termasuk bisnis ilegal di Brazil." Gairah Hugo makin memuncak. Permaina

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   86. Zio Riccardo

    Puri Lombardy terlihat sepi saat Michael pulang lebih cepat dari kantor. Hanya Bianca Elenora menyambut senang mencium pipi ayahnya lalu kembali bermain ke taman bersama pengasuh Gemma. "Dimana istriku, Ben?" tanyanya khawatir ke penjaga Puri. Benvolio menjawab sedikit gugup, "Oh, Nyonya Belevia berpesan sebelum ke rumah sakit ingin menemui Dokter Luis Santiago sambil membawa bekal makanan dan seikat bunga mekar diambil dari halaman belakang." Michael tak menaruh curiga jika istrinya bersama kakak sepupu. "Okay, bawa tas kantorku ke ruang kerja, aku mengganti baju dulu!" serunya seraya menaiki tangga menuju ke kamar. Pengawal Damien dan Milano telah menunggu di ruang kerja melanjutkan diskusi mereka. Keduanya berhasil mendapatkan informasi penting tentang pihak yang ingin menghabisi Michael Lorenzo López. Sepuluh menit kemudian Michael Delano Carleone tiba langsung menanyakan penyelidikan mereka. "Duduklah kalian, dan ceritakan semuanya dengan detail soal penembakan misteri

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   85. Salah Paham

    Dinding putih menghiasi kamar yang sepi tanpa hiasan. Suara monitor berdenging keras memekakkan telinga. Cahaya terpancar menyilaukan membuka jalan dia kembali ke dunia. "Lorenzo, waktunya telah tiba!" Sayup terdengar panggilan seorang Ibu menyuruhnya untuk pulang. Perlahan kelopak mata membuka menyaksikan dokter dan perawat sibuk memeriksa dirinya. "Hey, dimana aku sekarang?" batinnya bertanya. "Ini bukan kamarku, dan bukan rumah asalku di Seville." Seorang dokter mengecek pupil matanya, silau senter kecil membuatnya berpaling menghindar. "Singkirkan tanganmu, brengsek!" serunya marah belum dapat mencerna situasi yang terjadi. "Lepaskan peralatan ini aku harus pulang!" Tangannya menarik kabel monitor yang terpasang di dada, dan seenaknya membuang ke lantai begitu saja. Saat ia ingin bangun barulah terasa nyeri memilukan. Kain putih balutan perban berubah merah. Gerakan yang kasar merobek jahitan medis beberapa hari lalu. "Lorenzo!" Bentakan Michael tepat waktu menghentikan

  • Om Mafia, Nikahi Tanteku, Yuk!   84. Lorenzo Siuman

    Malam membosankan di kota Milan membuat Hugo kesal tak bisa beraksi menyelesaikan misinya. Empat hari menunggu tak ada berita untuk menyusup ke rumah sakit. "Pablo, dimana perawat itu sekarang, bagaimana kabar brengsek Lorenzo?" Ia menggeleng belum menentukan taktik jitu, "Jangan tergesa-gesa, saat ini penjaga keamanan masih ketat mengawasi di ruang perawatan VVIP, tunggu sampai lengah baru melancarkan rencana kita." "Arghhhh!" Hugo menahan geram. Misi mereka gagal total malah sepupunya disandera saudara kembar di kota Milan. "Gara-gara wanita keparat membohongi kita!" Salahnya mempercayai informasi tidak akurat yang mengakibatkan bisnisnya hancur di Spanyol. Tak lama suara bel pintu berbunyi membuyarkan emosi. Ketukan sepatu high heels dan dua koper diseret ke penthouse membuatnya menoleh seketika. "Mau apa kau ke sini, huh?" bentaknya keras. "Oh, sayang," rayu Cathy memeluk kekasih. "Rencana kita memang belum berhasil tapi aku mendapatkan petunjuk penting untukmu." Ia meny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status