Sikap Michael Delano Carleone di luar dugaan. Tubuh mungil Belevia Avryl direngkuh dibopong keluar dari klub malam saat itu juga. Mereka harus menyelesaikan masalah di tempat yang lebih tenang. "Michael, cepat turunkan aku!" seru Belevia memukuli punggung suami. "Tidak, kita harus bicara soal ancamanmu tadi," balas Michael kesal. "Seenaknya saja kau menamparku, seolah dirimu tak bersalah mengapa akhirnya aku pergi mencari hiburan di sini!" Oh, tidak! Giliran Belevia merasa ketakutan sang mafia membalas dendam atas sikapnya di ruang VVIP tadi. "Aku mau pulang sendiri!" desaknya sesaat mereka tiba di lobi menunggu porsche hitam suaminya datang. "Ya, kita pulang bersama-sama!" tegas Michael menerima kunci mobil dari penjaga dan langsung meletakkan tubuh istrinya di kursi lalu memasangkan seatbelt erat. Wajah pias adik Nicholas Dupuis makin rona memerah akibat mabuk dan emosi. Kesadarannya menghilang yang tinggal hanya kemarahan semata. Di depan pintu lobi, Damien memandang bingung. Se
Matahari bersinar menerangi kamar. Hari mulai beranjak siang ketika Michael terbangun mendengar dering gawai mengganggu tidur mereka. Tak sengaja tangannya bergerak membuat kepala Belevia sedikit terusik. Huff-! Manik biru Michael melirik wajah cantik istri tertidur lelap lagi. Putri mereka di Puri Lombardy sedang menghubungi menanyakan keberadaan orang tuanya. "Papa ada di mana, sekarang?!" jerit Bianca. "Mama juga tidak ada di kamarnya!" Terdengar nada kesal dan kecewa dari suara balita saat mereka tidak ada waktu makan pagi tadi. "Hai sayang," sapanya pelan. "Kau sudah sarapan?" "Iya, tapi aku tak menemukan Papa dan Mama, memangnya sekarang ada di mana?" desak Bianca lagi. "Maafkan sayang, Papa dan Mama sedang menginap di hotel," jawab Michael jujur. "Bukankah kamu ingin punya adik bayi secepatnya?" Yes-! Terdengar keras pekik gembira balita di ujung sambungan gawai. Melonjak-lonjak kesenangan hampir saja menjatuhkan gawai milik Paman Damien bila tak segera diambil alih. Suara
Menyelinap di kamar pasien kosong, Carlotta dan Justino membicarakan kejadian akhir pekan di klub malam. Michael dan Belevia memang berseteru namun hingga pagi ini belum ada kabar selanjutnya. Harapan mereka pasangan itu bercerai secepatnya. "Sungguh sial, istrinya memergoki mencium Michael malam itu," sungut Carlotta. "Seandainya aku segera membawa pulang maka ceritanya akan berbeda." "Uhmm .. masalahmu sama denganku," umpat Justino. "Belevia pergi meninggalkanku di meja bar, pengawal dan penjaga klub malam menghajarku sampai babak belur." Masih terlihat memar di wajah walaupun sudah dikompres beberapa kali dalam dua hari tetap saja lebam itu tak hilang juga. Keduanya merasakan kesialan yang serupa. "Kita tidak bisa tinggal diam," desak Carlotta tak sabar. "Gunakan akalmu agar Michael cemburu memisahkan mereka." Jas putih Justino dicengkram kuat. Desah nafas memburu, nafsunya mengalahkan logika. Bayangan meraih kekuasaan putra Delano Carleone tanpa harus berbagi dengan dokter Belevi
Perjalanan pulang dari rumah sakit diiringi rasa galau. Pengawal Damien melirik ke kaca melihat situasi aneh terjadi dalam diri istri Michael yang berada di belakang kursi pengemudi. "Kau tak apa-apa, Nyonya Delano?" sidiknya penasaran. "Apakah ada masalah?" "Entahlah," jawabnya gusar memalingkan keluar jendela. "Mungkin Michael pernah bilang padamu ingin pergi berbulan madu, semua orang membicarakan pernikahan kami di rapat tadi. Dokter Henry pun hampir percaya rumor bersiap mengubah wakil pimpinan rumah sakit ke Dokter Carlotta." Tegas Damien menggeleng ikut kebingungan. "Suamimu tak pernah mengatakannya, darimana pihak rumah sakit tahu soal kalian pergi berlibur merayakan usai pernikahan berminggu-minggu berlalu?" Kesibukan di kantor Michael dan Belevia hampir tidak sempat keluar dari Eropa, apalagi setelah menghadapi pengadilan Perancis Selatan demi merebut hak asuh putri Michelle dan Nicholas dari keparat Aubert Bailey. "Sesuatu sedang terjadi dalam kepemimpinan rumah sakit," t
"Kau sudah membereskan semua?" tanya Michael sesaat tiba di rumah sakit dikawal Damien dan Milano. Leonardo mengangguk. "Ya Tuan, semua sudah selesai. Pembayaran rumah sakit serta pemulangan jasad Michelle dan Nicholas diatur perusahaan di Milan, semoga Captain Leroy menyambut ketika tiba di bandara nanti." "Bagus! Aku tak mau berlama-lama di sini sebaiknya kita pulang ke Milan sekarang juga," tandas Michael di depan pengawal lalu segera keluar rumah sakit membuatnya kian trauma. Tiba-tiba saja bahunya ditahan pengawal senior Damien, kemudian berbisik pelan, "Kita berbicara sebentar di ruang Dokter Belevia Avryl. Ada sesuatu sangat penting harus diketahui demi Michelle dan Nicholas." Michael melirik tajam. "Belevia Avryl? Aku tak kenal dirinya dan tak mau berurusan siapapun di negeri keparat yang mengambil nyawa kakakku!" tolaknya tegas bertemu dokter tua itu. Damien tidak mau menyerah sangat mengenal karakter keras kepala putra Tuan Delano Carleone. Pengawal Leo dan Milano berger
Belevia Avryl mengusap wajahnya agar kelihatan tegar ketika memasuki sebuah rumah kecil asri dipenuhi pepohonan rindang di sekeliling. Terdengar celoteh anak balita tertawa riang bersama pengasuh Gemma. "Tante Beleviaa-a!" Teriakan nyaring menyambut kehadirannya. Lengan mungil bocah terus menjulur ke atas meminta digendong seperti biasa jika adik papanya pulang bekerja dari rumah sakit. "Hai Bianca, sayang," Belevia merengkuh erat tubuh anak berusia tiga tahun ke pelukan. "Kamu 'ga nakal kan, tidak merepotkan pengasuh Gemma?!" Bibir anak kecil itu menyengir lucu sangat menggemaskan. "Cuma sedikit, kakiku sakit karena terjatuh, lihatlah bekas lukanya," tunjuk Bianca sambil memiringkan tubuh. "Baiklah, nanti Tante periksa, ya sayang." Belevia mencium lembut keningnya menenangkan hati ponakan. Sementara Gemma sibuk merapikan mainan yang terserak di lantai. Bocah perempuan kecil itu berpura-pura mengaku sakit agar tantenya yang menjadi dokter anak terus memperhatikan dirinya. Bianca
Siang hari usai pemakaman kedua kakak mereka. Michael dan Belevia masih berdiam diri ketika kembali ke Puri Lombardy. Balita lucu Bianca Elenora bergantian digendong, namun paman mafia selalu mendominasi mencoba merebut perhatiannya. Belevia dan Bianca ditempatkan berdekatan kamar Michael. Asisten Natasha telah diperintahkan menyiapkan seluruh keperluan adik perempuan Nicholas Dupuis dan keponakan. Sebuah kamar khusus bayi berinterior cantik dipenuhi banyak mainan mahal di sudut kamar. Boneka kecil dan besar, ayunan kuda poni, buku-buku dongeng, peralatan menggambar dan menulis, blok alphabet dari kayu, hingga miniatur istana boneka. "Bianca, hati-hati nanti kamu terjatuh," seru Belevia melarang. Lagi lagi protesnya keras terdengar sesaat memasuki kamar disediakan sang paman untuk keponakan. Sangat berbeda reaksi bocah perempuan lucu berlarian senang meraih sebuah boneka lebih besar darinya memeluk erat sambil tertawa riang gembira. Raut kesal terlukis di wajah adik Nicholas tak t
Michael mengetuk jari jemari di atas meja kerja. Pikirannya sibuk mengatur rencana hidup Bianca dan Belevia selama berada di bawah pengawasannya.Sementara informasi Damien begitu mengejutkan, pengawal itu menemukan pelaku pembunuhan terhadap Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis."Kau yakin orang itu pelaku yang sama telah menghabisi papa dan mammaku juga?"Sang mafia muda makin tak sabar memburunya secepat mungkin.Damien mengiyakan."Memang orang yang sama, namun belum aku ketahui keparat itu bekerja untuk mafia yang mana, musuh Tuan Delano Carleone begitu banyak sejak berhasil mengubah bisnis haram menjadi legal di perusahaan yang kau pimpin sekarang."Kursi besar diputar Michael menghadap ke kaca jendela, seraya berguman."Musuh memang membenci Papa Delano ketika berubah drastis tak mau lagi menjalani bisnis kotor mereka dan menganggapnya sebagai pengkhianat."Pengawal senior Damien mengangguk.Itulah alasan sebenarnya Tuan dan Nyonya Delano Carleone terbunuh di hari yang