Share

5. Bertemu Kekasih Belevia

Pesawat yang membawa Michael dan tiga pengawal mendarat mulus di kota Nice, Perancis Selatan. Lokasinya cukup jauh dari tempat kejadian yang menewaskan kakaknya Michelle.

"Di mana informanmu, Damien?"

"Aubert Bailey berada di sebuah cafe di tengah kota, kita segera menuju ke sana."

Dua mobil telah menanti kedatangan mereka di bandara. Damien memerintahkan pengawal dari perusahaan cabang di Perancis menjemput dan mengantarkan mereka sampai tujuan.

Bruno dan Bernie mengangguk hormat sang pewaris Michael Delano Carleone, menyiapkan segala sesuatu dibutuhkan selama berada di kota ini. Kendaraan meluncur begitu tenang di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan indah laut Mediterania.

Nice termasuk kota termahal di dunia bagi konglomerat, artis hingga bangsawan. Kapal pesiar megah berjejer di dermaga dari ukuran kecil hingga besar dan berfasilitas mewah dengan bar, teater, kolam renang hingga landasan helikopter di atas dak kapal.

Michael memiliki beberapa dari kapal tersebut dan disewakan harga fantastis demi keuntungan bisnis semata. Kedatangannya kali ini bukan berlibur tapi memburu pelaku pembunuhan keluarganya.

Tiba di sebuah cafe. Damien mengawal Michael sampai ke dalam.

Sementara Milano dan Leo berjaga di luar bersama Bernie dan Bruno. Pilihan sang mafia malah duduk di teras luar, berpayung warna warni menggugah selera menghabisi seseorang di pagi yang cerah seperti ini.

Asap putih mengepul keluar dari mulutnya, dan secangkir kopi pahit disuguhkan di atas meja.

"Michael!" tegur seorang pria asing.

Sang mafia muda menoleh sejenak lalu berpaling lurus memandangi pantai di seberang cafe.

Aubert Bailey sudah berada di sini sejak tadi. Damien mempersilakannya duduk di dekat Michael kemudian bercerita tentang pelaku yang mereka cari selama ini.

"Maaf menyita waktumu sampai datang ke sini," ujarnya berbasa-basi.

"Katakan cepat apa yang telah kau ketahui soal kecelakaan yang menewaskan Michelle dan Nicholas!" desak Michael tak sabar, sepagi ini dia harus terbang ke kota lain menemui pria yang tak dikenal sama sekali.

Dengan penuh keyakinan Aubert menyampaikan informasi penting. "Michael, aku sangat mencurigai Alain Wood melakukan sesuatu keji terhadap sahabatku Nicholas dan istrinya."

Kontan saja sang pewaris memandang tegas ke lawan bicara, "Darimana kau tahu semua itu?"

Senyum licik Aubert Bailey menyembunyikan rahasia. Kini sang pewaris Delano Carleone tertarik menyimak setiap perkataan darinya. Upayanya berhasil membuat pria berkuasa itu datang ke kota Nice secepat ini.

"Kita berbisnis di bidang yang sama. Namun, aku akui kekuasaan dan kekayaanmu sangat jauh dariku. Yang terdengar dari kolegaku yang lain, Alain Wood telah menjalin kerja sama memproduksi narkoba di Perancis."

"Aku tak berbisnis barang haram lagi sejak orang tuaku tewas!"

Pandangan Michael menusuk tajam ke informan brengsek mencoba mengusik ketenangan dirinya.

Aubert langsung gugup, serba salah menyinggung sang pewaris Delano Carleone.

"Oh maaf, maksudku keparat itu mengejar wilayah yang pernah dikuasai saat Tuan Delano Carleone masih hidup, dan tetap diperebutkan sampai sekarang."

Michael menoleh ke Damien yang langsung memahami sang mafia mulai bosan terhadap Aubert seolah-olah bersikap sebagai informan hebat padahal ada sesuatu dibalik semua itu.

"Nicholas memiliki perusahaan pengiriman barang, dia juga dijebak untuk menyelundupkan narkoba milik Alain Wood dan koleganya ke seluruh Eropa Barat."

Aubrey menjelaskan bila sahabatnya menjadi korban karena alasan tersebut.

"Sebutkan seluruh nama yang kau ketahui, biar aku yang menghancurkan satu persatu!" tekan Michael untuk terakhir kalinya. 

"Aku akan menyebutkan semua nama tersebut untukmu tapi dengan satu syarat!" tantang Aubert Bailey.

Kota ini memang semakin membosankan bertemu pria meminta imbalan keuntungan, bukan datang menjalin kepercayaan bisnis dengan mafia seperti dirinya.

Michael mengernyitkan dahi, semakin berhati-hati.

"Apa yang kau inginkan, brengsek?!"

"Belevia Avryl!" Pungkas Aubert Bailey sangat menginginkan gadis itu.

Dua pria muda beradu pandang, saling bermusuhan. Negoisasi berjalan semakin tidak seimbang. Gadis cantik mempesona memang sumber masalah bagi para pria.

Bastardo! Desis Michael tajam.

"Ada hubungan apa kau dan dokter itu?" tanya sang pewaris kesal.

Aubert mulai berani melangkahi aturan main dari perjanjian mereka berdua.

"Nicholas ingin aku menjaganya tapi sejak beberapa hari lalu kau membawa gadis itu jauh ke Milan. Belevia itu kekasihku, dia milikku, Michael!"

"Aku tak akan pernah menyerahkan gadis itu padamu sampai kapanpun, Aubert! Dia dalam pengawasanku, termasuk putri Nicholas dan Michelle. Menyingkirlah darinya, atau aku habisi kau sekarang juga!"

Hah! Aubert Bailey tersentak dan memandang marah sang pewaris Delano Carleone.

"Kau tak berhak atas kehidupan adik Nicholas dan putrinya Bianca Elenora, mereka lebih aman bersamaku di Nice, jauh dari kota Marseille. Bukankah kau pun tak mampu menyelamatkan nyawa orang tuamu sendiri!"

Deg-! Damien langsung melirik ke arah sang pewaris, berjaga-jaga dan memantau situasi.

Cafe belum ramai pengunjung. Wisatawan belum berdatangan. Dia menghitung korban jiwa dan material saat baku tembak terjadi andai putra bungsu Delano Carleone melesatkan satu peluru langsung ke jantung Aubert Bailey yang berani menghina dan merendahkan harga dirinya.

Senyum sinis Michael secara jelas balik mengejek pria yang dilihat pertama kali, sekaligus yang terakhir ingin mengakhiri hidupnya detik ini juga.

"Kau bilang sendiri tadi, kekuasaan dan kekayaanku jauh dari kemampuanmu. Jauhi Belevia dan Bianca, jika berani kau mendekati mereka, tamatlah riwayatmu!"

Secangkir kopi pahit miliknya menjadi dingin ditinggalkan Michael begitu saja tak mau lagi berurusan dengan cecunguk yang merebut dua gadis cantik miliknya di Puri Lombardy.

Kau tak ada apa-apanya dariku, Aubert!

Setiap tetes darah mengalir di tubuh Bianca Elenora adalah bagian dari Michelle Delano Carleone. Dan Belevia Avryl adik suaminya, mau tak mau harus dilindungi Michael karena mereka satu keluarga tidak terpisahkan.

Bianca tak akan mau lepas dari Tante Belevia, dan Om Michael baru saja menemukan hadiah istimewa, balita cantik sang pewaris Delano Carleone berikutnya.

Dia tak mau keponakannya hidup bersama orang asing yang tidak sanggup melindungi dari ancaman musuh keluarga mereka. Aubert Bailey, pecundang kecil telah lancang merusak keharmonisan klan Delano Carleone.

Michael akan terus mengingat pria itu sebaik kata-kata hinaan tadi padanya.

Damien buru-buru mendampingi sang pewaris menuju mobil. Dari kejauhan melihat Aubert Bailey sedang tersenyum saat menerima panggilan penting dari gawainya.

Raut wajah gembira, tak seperti sebelumnya ketika berbicara dengan Michael tadi. Negoisasi mereka kacau balau, informasi yang diberikan Aubert tak lengkap sama sekali.

Tidak lama dering gawai Damien berbunyi, langsung mengangkat panggilan anak buahnya yang berada di Puri Lombardy, Milan.

"Ada apa, Benvolio?"

"Damien, ada masalah di sini!" seru Benvolio di ujung sambungan telepon mereka.

Grr--! Damien menggerutu kesal.

"Cepat katakan ada masalah apa, aku masih banyak urusan di Nice mendampingi Tuan Muda berbisnis!"

Suara Benvolio berubah gugup, karirnya di ujung tanduk karena lalai dalam tugas.

"Hmm ... Nona Belevia dan Nona kecil Bianca menghilang, tadi aku dan pengasuh Gina pergi mengantar ke pusat perbelanjaan. Sudah dua jam kami mencari namun tak juga menemukan mereka!"

Sial! Damien semakin emosi mendengarnya.

"Mengapa kau bisa lepaskan mereka begitu saja, seharusnya kau hubungi Tuan Michael meminta ijinnya lebih dulu, dasar bodoh!"

"Tapi, Damien ..."

Benvolio mengelak dipersalahkan.

"Aku melihat sendiri Nona Belevia sedang menghubungi Tuan Michael sebelum kami keluar Puri Lombardy, membuatku percaya jika sudah mendapatkan ijinnya."

Oopss!

"Segera kalian cek ke bandara Malpensa, kabari aku secepatnya sebelum kami pulang ke Milan hanya untuk menembakmu, brengsek!"

Damien menutup panggilan Benvolio sambil menghela nafas yang begitu berat.

Dia tak pernah sempat menembak anak buahnya, karena sang pewaris Michael sendiri menghabisi dirinya saat mendengar berita menjengkelkan ini.

Di dalam mobil Michael menunggu kesal, pengawal setia keluarganya begitu lambat datang. Sesaat pintu tertutup, Damien menyampaikan pesan secara hati-hati.

"Ada berita buruk, Belevia dan Bianca kabur dari Milan sejak dua jam lalu!"

"Hmm ... "

Michael begitu tenang mendengarkan kabar darinya.

Disulutnya sebatang rokok dan membuka kaca jendela membiarkan udara luar menerpa ke wajahnya. Asap putih melayang ke udara di kota Nice.

Senyumnya mengembang lebar. Pelukan hangat gadis itu di kamar pribadinya begitu dalam membekas di benak. Awas kau, Belevia! Aku akan menghukummu lebih kejam!

Dia sangat tahu kemana dokter sialan itu membawa keponakannya Bianca pergi.

"Damien, hubungi Captain Leroy bersiap lepas landas, kita berangkat ke Marseille sekarang-!" perintah sang pewaris tegas tanpa terbantah.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status