Kami meninggalkan Om Tom dan aku tidak lagi dapat melihatnya, aku dan Lucas berjalan menjauh dari meja makan dan dia mengajakku untuk ke kamarnya, untuk pertama kalinya aku datang ke mansion dan tidak di tidur di kamar tamu. Jika memang aku akan tidak di kamar Lucas malam ini. Entahlah, aku ragu jika memang kamu harus melakukan percintaan malam ini, aku juga tidak yakin bahwa aku mau seperti aku menginginkannya dengan Thomas Archer. Dia membuka pintu kamar miliknya dan dia mempersalahkan aku terlebih dahulu sembari berkata, "Ladies First.” Aku tersenyum mendengarnya dan masuk ke dalam sana. Ini bukan pertama kali aku masuk ke dalam kamar Lucas tetapi ini adalah yang pertama dari sekian lama. Terakhir kali aku masuk ke dalam sana adalah pada saat aku masih remaja dan kamarnya terlampau sangat berbeda dari sebelumnya. Di dinding terdapat banyak sekali perubahan, cat warna, poster yang tertermpel, tidak ada lagi gitar seperti sebelumnya, kali ini lebih dewasa, lebih sederhana. “Kama
Teddy Archer hanya bicara beberapa menit saja dan dia berpamitan pergi pada kami, lalu setelah itu malam tiba dan semuanya tampak baik-baik saja. Lucas berbisik kepadaku, “Bagaimana kalau kau bermalam saja di sini?” Aku sontak terkejut dan menoleh ke belakang, ke arahnya, menatapnya dengan tatapan mata yang menyipit. “Ayah akan sendirian di rumah.” Aku menjawab singkat. “Aku sudah hubungi Om Martin dan dia setuju.”Mataku membelalak sempurna, aku tidak tahu akan mengatakan apa padanya, tapi rasanya ini adalah pemaksaan dan aku tidak punya alasan lain. “Aku akan pikirkan.” Hanya itu yang bisa aku katakan, dia hanya tersenyum menggeleng lalu meraih tangan ku saat Tante Amanda dan Annie meninggalkan kami, yang kini hanya ada kami. “Ayolah Lisa, kita sudah berkencan dan kita bisa tinggal serumah.” Dia mendekat, serumah? Astaga kita kencan baru sehari. Ingin sekali aku mengatakan itu tapi aku tidak ingin merusak perasannya, “Bahkan sekamar.” Aku dukyp tersentak tetapi tubuhku tetap
Aku menatap layar ponselku dan nama Lucas berada di dalam layar. Aku masih bergetar pelan, walau begitu tanganku masih bisa menjawab panggilan Lucas. “Halo.” “Lisa. Astaga aku betul-betul mintaa maaf soal tadi, tetapi sekarang aku akan pulang, dan apa boleh aku menebus kesalahan ku jika aku mengajak mu makan malam, bersama Om Martin?” Aku memutar bola mataku dan aku rasa tidak, “Sepertinya aku tidak bisa Lucas.” Punggungku masih terasa sangat sakit, entahlah, tadi tidak terasa sakit sama sekali, tetapi sekarang tubuhku terasa begitu remuk dan benda yang berada dia antara pahaku mulai sangat nyeri, aku tidak tahu kenapa sekarang baru begitu terasa buruk. “Kenapa? Apa kau baik-baik saja? Sekarang kau ada di mana? Aku akan jemput.” “Tidak-tidak, Lucas. Aku baik-baik saja. Aku hanya—”“Astaga, ada pesan dari Annie.” Aku mendengarnya meringis di dalam ponsel, dia tidak menjawab ucapanku tetapi aku bisa merasakan nafasnya yang terdengar cepat. “Lucas, apa kau baik-baik saja?” “Ayah,
Dia tidak ingat apa yang terjadi, tetapi kepalanya begitu menyakitkan beberapa saat yang lalu. Sekarang yang dia rasakan adalah rasa sakit itu yang kemudian terasa perlahan menghilang dengan kedua kelopak mata yang terlihat pelan-pelan terbuka. Kedua kelopak matanya terbuka pelan-pelan dan saat itu terjadi, pandangannya kabur, dia membutuhkan kacamata tetapi tangannya tidak bisa meraba apa pun. “Uhk … Uhk … Uhk!” “Aku akan mengambilkan air.” Dia mendengar suara itu sesaat setelah dia terbangun dan matanya terbuka, menatap ke samping dan melihat sosok yang ingin dia lihat. Gadis itu berlutut di samping ranjang menawarkan segelas air putih dan Tom meraihnya pelan, meneguknya dengan cepat lalu pandangannya mulai sedikit jelas. “Lisa?” Dia bergumam lembut dengan tangan yang terangkat ke pipi gadis itu, dia nyaris menyentuh pipi itu, dan menariknya dengan lembut untuk jatuh ke dalam pelukannya, atau setidaknya dia bisa mengecup hangat gadis yang tiba-tiba muncul di hadapannya, sebelu
“Apa kau sengaja membuat kancing terusan mu itu terbuka?” Suara itu terdengar oleh telinga Tom yang sekarang bersendar di dinding dapur bagian luar, dia sengaja mengikuti Martin masuk ke dalam dapur dan penasaran dengan apa yang dia akan katakan kepada Lisa. “Tidak. Kenapa Ayah berpikir begitu?” Tom menyipitkan keningnya, dia berpikir bahwa mungkin Lisa lupa menutupnya atau sengaja agar Tom melihat. Tom sendiri senyum-senyum kecil di tempatnya dan menunggu pengakuan Lisa yang lainnya. “Apa kau sadar dia adalah calon mertua mu? Aku melihatnya menatap dadamu tadi, apa kau sengaja?” Sontak senyum kecil Tom menghilang, dia tentu merasa tersindir saat Martin menyinggung mengani Tom yang sempat menatap dada Lisa, dan menang benar dia sempat melakukannya, dia hanya berpaling bukan karena dia sadar tidak baik memandang dada seorang gadis yang berstatus sebagai putri sahabat mu, tetapi karena saat itu, Martin melihat Tom melakukannya. “Jangan lakukan itu lagi! Tom mungkin tidak nyaman d
Aku bangkit dari ranjang dan menengok keluar jendela, benar saja bahwa ayah sudah berada di rumah, tetapi masalahnya ini belum jam lima sore atau dia pulang lebih awal. Aku yakin dia masih berada di garasi sibuk dengan barang-barangnya sehingga kami masih punya waktu untuk keluar dari kamar ku. Kuberikan kode kepada Om Tom untuk segera keluar dari kamar dan dia juga ikut berdiri dan keluar dari kamarku lebih dulu lalu aku mengikuti di belakangnya. “Ayah masih di garasi, kurasa.” Dan saat kami berada di ruang utama, segera Om Tom berjalan ke sisi lain, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tapi dia masuk ke dalam dapur. Dan aku melihat pintu rumah terbuka. Jantungku rasanya hampir jatuh saat itu juga. Dan kulihat ayah yang sekarang berdiri di ambang pintu menatapku dengan heran, “Lisa?” Aku masih terdiam dalam sesaat dan masih bingung dengan apa yang Om Tom lakukan di dapur, ataudia sedang bersembunyi dan bagaimana aku menjelaskan pada ayah. “Kau tidak sama Lucas?” “Kok Ayah pul