Home / Rumah Tangga / Oncom Milik Ustadz / Tanggal Pernikahan

Share

Tanggal Pernikahan

Author: Kochan18
last update Last Updated: 2024-04-20 12:50:00

Untaian kata yang menjadi nasihat untuk keyakinan akan pilihan sudah Oncom dengar dengan baik. Pertimbangan dengan dukungan orang-orang baik menjadikan Oncom akhirnya menetapkan pilihan untuk menerima sang Ustadz sebagai pendamping hidup. Sambil menyelam minum air, itulah yang menjadi tujuan pernikahannya nanti. Di mana Oncom bukan hanya memiliki suami idaman, tapi ia juga yakin Naufal bisa menuntunnya untuk menjadi manusia lebih baik.

Setelah pemasangan cincin oleh Bu Nyai sebagai simbol lamaran resmi acara berlanjut pada makan malam yang sudah di persiapkan dengan berbagai macam menu. Ruang makan yang kini terlihat luas karena tidak adanya meja beserta kursi karena mereka akan makan secara lesehan agar lebih leluasa. Naufal ditunjuk untuk memimpin doa sebelum makan setelahnya selesai mereka makan dengan khidmat. Sesekali diselingi obrolan random termasuk masalah pencalonan Sukira.

Setelah makan mereka kembali ke ruang tamu. Tidak ada yang merokok untuk menyegarkan mulut, karena mereka semua memang bukan perokok. Mereka lebih memilih memakan buah dan permen untuk menyegarkan mulut.

"Ini kalau setuju yah, Abah mau kalian menikah sesegera mungkin. Karena hal baik harus segera dilaksanakan."

"Kalau saya terserah Abah aja gimana baiknya. Abah yang tahu dan paham betul hari baik untuk pernikahan itu kapan," balas Sukira sebagai rasa hormat juga.

"Semua hari itu baik, cuma sebagai manusia kita pasti cari yang terbaik. Tanggal dua lima bulan depan. Jadi kita punya waktu satu bulan buat nyiapin semua acaranya," putus Abah Yai yang membuat Arif tersenyum.

"Kami setuju saja, Bah. Gimana buat, Oncom?" tanya Sukira pada anaknya.

"Oncom mah siap lahir batin, walaupun bohong dikit." Hal itu membuat mereka semua tertawa.

Oncom memang selalu mencairkan suasana. Disaat Naufal tidak bisa berkutik selalu ada Oncom yang menarik. 

"Buat Oval sendiri gimana?" tanya Bu Nyai.

"InsyaAllah Oval lebih dari siap," jawab Naufal dengan senyum.

"Wah beneran enggak sabar ini mah kayaknya," ledek Abah Yai yang kembali membuat mereka tertawa.

Setelah menentukan tanggal pernikahan mereka melanjutkan dengan obrolan banyak hal. Sukira dan Abah Yai mengobrol masalah politik, Bu Nyai, Sutirah, Oncom dan Naufal menyusun konsep pernikahan. Waktu satu bulan akan sangat cepat jika tidak di susun dari sekarang. Naufal dan Oncom sepakat untuk konsep pesta rakyat karena itu juga merupakan salah satu impian Oncom yang tentu disetujui oleh orang tuanya maupun orang tua Naufal. Tidak ada perbedaan undangan, semua sama untuk acara mereka nanti. Mereka juga tidak akan menerima amplop atau hadiah lainnya. Menggunakan lapangan desa, untuk makanan mereka akan menggunakan jasa para pemilik catering yang ada di daerah mereka sendiri. 

Mereka sepakat walaupun Naufal merupakan anak pemilik pondok tapi mereka tidak akan menyuruh para santri maupun santriwati untuk membantu di hari pernikahan mereka. Karena pada hari itu mereka semua harus menjadi tamu yang menikmati pesta dengan sukaria. Semua akan di urus oleh wedding organizer, mereka hanya tinggal menyiapkan dana saja. 

"Tanpa mengurangi rasa hormat, Bah, Ibu, Ustadz. Untuk masalah dana tolong jangan dipikirkan, karena saya dan Oncom memiliki nazar kalau Oncom menikah saya akan mengadakan pesta rakyat untuk warga saya sendiri. Saya ingin mereka merasakan kebahagiaan sama seperti yang saya rasakan. Saya juga mohon izin untuk mengadakan beberapa hiburan, Bah." Izin Sukira.

Bagaimanapun calon besannya merupakan guru besar, ia harus menghargai dan meminta izin terlebih dahulu.

"Tapi bagaimanapun Abah 'kan pihak laki-laki, jadi harus ada pembagian Dana. Biar setengah-setengah aja sama, Abah. Kalau buat hiburan Abah terserah aja, yang penting jangan sampai menimbulkan kemudarathan untuk kita semua."

"Jangan, Bah. Ini udah kayak janji buat, Kira. Jadi uangnya di simpan aja buat pembangunan pesantren. Ini cuma hiburan rakyat biasa. Topeng, nasyid, bodoran sama debus palingan. Kalau paculan 'kan masuknya adat pengantin."

"Tambahin undang Lesti Kejora, Bos. Biar makin rame," celetuk Oncom.

"Banyak sekali?" tanya Bu Nyai kaget.

"Ceramah agama 'kan buat malem sambil riungan. Debus sama nasyid buat siang hari, topeng sama bodoran malem hari setelah paculan, Bu. Kalau buat artis besar kayak Lesti enggak bisa dadakan, Sayang. Jadwalnya pasti penuh." Sutirah ikut menjawab.

"Gampang itu, Bu Bos. Itu serahin sama Oncom aja. Pokoknya ada Lesti aja nantinya," keukeuh Oncom.

Entah benar atau tidak Oncom bisa mendatangkan bintang besar seperti Lesti. Jikalau sampai bisa tentu warga akan sangat heboh dan bahagia, mengingat hampir seluruh warga di desanya menyukai penyanyi bersuara merdu itu.

"Ya udah di atur aja, yang penting jangan sampe buat calon mempelai kecapean." Timpal Abah Yai lagi.

"Punten, Bah, Pak. Buat Neng Rini sendiri, maharnya minta apa?" tanya Naufal yang sedari tadi hanya mendengarkan.

Oncom menoleh saat mendengar pertanyaan Naufal. Menatap sebentar laki-laki bermata bening dengan wajah yang ditumbuhi bulu halus juga memiliki cahaya. Di tanya tentang mahar Oncom tidak tahu apa-apa dan sejujurnya terserah saja. Oncom tidak mempermasalahkan itu. Walaupun hanya dengan seribu rupiah akan Oncom terima.

"Oncom sih terserah aja. Semampunya ustadz dan tidak memberatkan. Helikopter juga gasken," jawab Oncom santai.

"Waduhn kudu jual apa ya kalo mau beli helikopter buat mahar?" canda Naufal membuat mereka semua tertawa.

"Gak usah pusing, Ustadz. 'Kan ada miniatur nya," balas Sukira yang kembali membuat ruangan ramai.

"Ya udah berarti masalah mahar terserah pihak Abah ya. Dan ingat, Oncom enggak boleh nolak nantinya."

Abah Yai mengetahui dengan jelas bagaimana Oncom yang selalu menolak pemberian dalam bentuk apa pun dari orang lain. Karena Oncom selalu merasa orang tuanya mampu memberikan apa yang ia inginkan, tanpa perlu menerima pemberian orang lain.

"Siap! Oncom terima. Tapi Oncom juga punya permintaan, Ustadz. Oncom enggak mau seperangkat alat solat di jadiin mahar, cukup di jadiin seserahan aja. Bukan karena harga, tapi tanggungjawabnya. Ibadah Oncom masih bolong-bolong soalnya. Oncom takut enggak bisa pakenya, apalagi kalau mukena nya bagus."

Bukan Oncom memandang harga, lebih pada tanggungjawab yang harus ia ambil jika alat sholat dijadikan mahar. Oncom takut jika nanti tidak dipakai olehnya, karena Oncom merupakan tipe orang yang jika sudah suka pada satu barang, maka hanya itu yang ia pakai. Sedangkan ia memiliki mukena kesyangan yang selalu menemanimu sholat walaupun bolong-bolong.

"Siap, Nyai."

Naufal hanya mengiyakan permintaan calon istrinya. Tidak masalah alat sholat yang hanya dijadikan seserahan saja yang penting fungsinya. Naufal yakin sudah menyiapkan mental dengan baik saat ia memutuskan untuk menikah dengan Oncom, yang kata orang hidupnya acak-acakan. Naufal yakin dan akan berusaha membimbing wanita yang sebenarnya cantik jika mau mengurus diri dengan baik. 

Setelah itu Oncom meminta izin pada para orang tua untuk berbicara berdua dengan Naufal di sofa lain yang masih terlihat jelas oleh mereka semua. Naufal hanya mengikuti dengan penasaran apa yang ingin ditanyakan oleh calon istrinya.

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oncom Milik Ustadz   Naufal Jodohnya Oncom

    Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg

  • Oncom Milik Ustadz   Isi Pikiran Oncom

    Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka

  • Oncom Milik Ustadz   Iri Pada Saka

    Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t

  • Oncom Milik Ustadz   Menjadi Ibu

    Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini

  • Oncom Milik Ustadz   Sakala Zayyan Afkar

    Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz

  • Oncom Milik Ustadz   Neng Hebat!

    Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status