Menikah dengan seorang Ustadz muda yang digemari semua kalangan membuat hidup Oncom berubah total. Perbedaan sikap dan sifat menjadi hal yang paling utama dalam pertimbangan dirinya. Hidupnya yang berantakan dengan prinsip Kumaha Aing harus ia rubah karena hidup dilingkungan pesantren. Kedatangan wanita bernama Firda dalam sosial media hingga ke area pesantren membuatnya merasa insecure dengan membandingkan dirinya dan wanita itu dalam segala aspek. Apalagi wanita itu merupakan teman masa sekolah suaminya dan secara terang-terangan mengharapkan memiliki ikatan dengan Naufal walaupun hanya dalam sebuah unggahan, bahkan Firda menyebarkan fitnah jika dirinya akan dijadikan istri kedua oleh Naufal membuat laki-laki itu marah dalam melakukan tindakan pada tegas pada Firda.
Lihat lebih banyak"Ibu minta tolong untuk kali ini aja Oncom nurut ya sama kami. Ini semua buat kebaikan Oncom, biar ibu sama bapak juga tenang kalau sewaktu-waktu pergi ninggalin, Oncom. Ustadz Naufal pasti bisa menggantikan ibu sama bapak nantinya," bujuk Sutirah pada hari ini.
Oncom sudah mengetahui akan adanya hari ini, karena kedua orang tuanya sudah mengatakan dari beberapa tahun lalu tentang dia yang sudah dijodohkan sedari dulu. Namun, Oncom masih tidak percaya dengan laki-laki calon suaminya itu. Rasanya tidak mungkin dengan perbedaan mereka yang sangat jauh bagaikan langit dan bumi. Bukan tentang harta, tapi lebih pada akhlak yang bagaikan cerminan antara surga dan neraka. Di mana laki-laki yang katanya calon suaminya itu cerminan surga, sedangkan dia sendiri bagaikan cerminan neraka.
Naufal nama laki-laki yang akan dijodohkan dengan Oncom. Anak seorang pemilik pondok pesantren yang ada di daerahnya. Seorang ustadz muda yang baru dua bulan lalu kembali dari menuntut ilmu. Oncom belum pernah melihatnya kembali setelah lulus sekolah dulu. Namun, ia sangat yakin tentang perbedaan mereka yang sangat jauh.
Seorang ustadz muda sudah pasti kalem berwajah adem dengan sopan santun yang sangat tinggi. Sedangkan Oncom dengan gaya berantakan dan apa adanya tanpa pakaian yang menutupi aurat sudah pasti menjadi bahan perbandingan masyarakat luas. Membayangkannya saja Oncom sudah merasa konyol dan untuk pertama kalinya ia memikirkan bagaimana omongan orang lain nanti.
"Bukan gitu, Bu. Cuma gini, apa ibu sama bapak terlebih keluarga Abah Yai enggak mikirin gimana perasaan ustadz Naufal? Enggak mikirin omongan masyarakat. Oncom cuma kasian sama ustadz itu kalau harus nikah sama Oncom. Oncom sih alhamdulillah dapetin suami yang kata orang spek surga. Nah ustadz Naufal yang istighfar nantinya kalau dapetin, Oncom. Jadi daripada malu nantinya mendingan enggak usah maksain. Lagian ibu sama bapak kayak udah tahu aja kapan mau ninggalin, Oncom."
Oncom menjabarkan apa yang ia pikirkan jika perjodohan itu benar-benar terjadi. Hidupnya memang berantakan dengan daya pikir yang terbilang lemah, dan ia tidak ingin mengajak orang lain untuk menemani hidup yang tidak terarah ini. Apalagi Naufal seorang ustadz yang kelak akan meneruskan kepimpinan pondok pesantren yang lumayan besar itu. Dan bukankan seharusnya seorang ustadz bersanding dengan seorang Ning dari kalangan pondok juga.
Oncom hanya takut perjodohan ini atas unsur politik, di mana bapak mantan Lurah Sukira yang akan maju sebagai calon anggota legislatif untuk daerah pilihan satu dan menekan Abah Yai agar mau menjodohkan Naufal dengannya. Pikiran Oncom sudah terlalu jauh jika hal itu memang benar-benar terjadi. Oncom takut rumah tangganya nanti seperti cerita pada novel-novel perjodohan karena terpaksa. Bagus jika berujung cinta tapi jika sebaliknya? Oncom tidak mau menjadi janda muda. Ia lebih memilih menjadi perawan tua dibandingkan harus menjadi janda muda.
"Kita emang enggak pernah tahu kapan Allah akan mengambil nyawa, tapi sebagai manusia kita wajib berikhtiar bukan? Lagipula umur Oncom udah dua puluh delapan, kapan mau ngasih cucu buat ibu? Gita aja udah punya Juragan ganteng," rayu ibu Sutirah dengan membawa nama sahabatnya.
"Ya mangkanya jangan suka ngomong mau ninggalin, Oncom. Satu pertanyaan Oncom, ini enggak ada kaitannya sama politik, 'kan?"
"Maksudnya?"
"Gini, Bu. Bapak 'kan mau nyalon DPRD nih, jangan-jangan bapak neken Abah Yai lagi buat jodohin Oncom sama anaknya, supaya Abah dapet suara banyak." Bukannya menjawab ibu justru tertawa dengan penjelasan ku.
"Enggak ada hubungannya, Sayang. Kalau misalnya bapak pengen dapetin suara banyak dari landasan Abah Yai yang ada bapak harus baik-baikin, bukan justru maksa Abah Yai buat jodohin kamu sama ustadz Naufal. Oncom 'kan tau sendiri bapak berani nyalon juga atas dukungan abah Yai sama Oncom. Kalau enggak di dukung kalian berdua bapak enggak mungkin maju, 'kan?"
Oncom berpikir sejenak dan membenarkan penjelasan ibunya. Memang otaknya tidak sampai untuk hal-hal yang menurutnya berat.
"Ya udah terserah kalian aja. Asal ntar malem Oncom mau ngomong itu sama si Ustadz, mau nanya emang dia beneran mau nikah sama Oncom. Sekarang ibu keluar aja Oncom mau tidur."
"Nanti kamu kabur."
"Ya Allah, Oncom mau kabur lewat mana coba? Jendela semua di tralis, pintu dikunci dari luar."
"Oke, tapi janji ya jangan kabur? Ibu mohon buat kali ini." Seketika ia merasa jahat karena membuat ibunya harus memohon seperti itu.
"Janji calon ibu Dewan."
Setelah itu Sutirah ke luar dan sepertinya mengunci pintu dari luar, mungkin takut ia kabur. Padahal Oncom sudah mengatakan iya yang artinya dia menerima dengan tidak akan melakukan hal yang membuat mereka malu.
Untuk menghilangkan rasa bosan yang mulai melanda Oncom mulai menyalakan handphone. Membuka aplikasi pemutar musik untuk menenangkan pikiran yang sejujurnya kacau.
Mungkin sekarang Oncom mulai pada tahap lelah menjalani hidup dan pasrah akan perjodohan yang sudah ditentukan. Sejak kembali ke kampung halaman hidupnya pun kembali pada kehampaan. Tidak ada teman berkeluh kesah, tidak ada teman untuk melakukan hal-hal menyenangkan, karena mereka semua yang mendekati hanyalah bentuk hormat pada orang tuanya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Jika saja ia dari keluarga biasa sudah pasti akan selalu mendapatkan hinaan selama hidup.
Matanya hampir tertutup karena alunan musik dan juga rasa bosan. Namun, harus ia batalkan karena dering panggilan telepon dari salah satu sahabat gilanya yang bermata sipit. Seorang laki-laki keturunan Tionghoa yang tidak pernah malu menunjukkan kasih sayangnya di manapun pada Oncom. Namanya Kent, dia sering mengatakan jika Oncom Selir kesayangannya. Karena posisi ratu tetap pada Gita, sahabatnya juga.
Pertemanan mereka memang aneh, Oncom, Gita dan enam laki-laki dengan fisik dan materi nyaris sempurna yang mereka sebut anak Onta. Anak Onta yang menganggap mereka raja dengan satu ratu bernama Anggita Purnama. Sedangkan ia hanyalah selir untuk lima raja. Karena Andra tidak mau memiliki selir katanya.
Namun, walaupun posisinya hanya sebagai selir, perlakuan mereka tetap sama tanpa pernah membedakan antara dia dan Gita. Hal yang membuatnya merasa diterima atas semua kekurangan.
"Assalamu'alaikum. Selamat siang, Sayang."
Untung saja hatinya sekuat baja, jadi Oncom tidak kayang atas perlakuan satu rajanya itu. Laki-laki bermata sipit yang akan membuat perempuan melayang akan kelembutan sikapnya. Kenneth Arial Rasyad, pewaris dari Arial Life & Tools, perusahaan yang bergerak untuk bidang teknik dan pertukangan. Perusahaan yang berpusat di negeri sakura dengan anak cabang lebih dari dua puluh diberbagai negara.
"Alaika salam. Hati Oncom lemah, Ko. Tolong jangan terus dibombardir pake kata, Sayang. Oncom takut epilepsi kalo terus-terusan di sayang." Kent tertawa mendengar balasannya, tawa yang membuat matanya semakin tertutup.
"Selirnya Koko lagi apa?"
Ah sudahlah, jika ia tidak menggembok hati dengan kunci ganda sudah pasti Oncom akan terbang akan kelembutan sikap Kent.
"Lagi galau."
"Mau dikawinin ya?" ledek Kent tepat sasaran.
Gita pasti sudah memberitahu anak Onta tentang kabar perjodohannya.
"Iya, tolong bawa kabur Oncom dong, Ko. Oncom enggak mau ini sebenernya," pintanya dengan candaan.
"Yakin? Ntar di bawa kabur nangis pengen pulang," balas Kent membuat mereka sama-sama tertawa.
"Ah Koko mah! Oncom nangis beneran nih," rengek Oncom dengan manja.
Hanya pada Kent memang Oncom sangat manja, karena di antara anak Onta yang lain Kent lah yang paling memanjakannya.
Obrolan berlanjut hingga tanpa sadar Oncom terlelap dengan telpon yang masih terhubung. Kent yang melihat itu tersenyum dan membiarkan layar handphonenya penuh dengan wajah Oncom, dan harus ia akhirnya saat akan menghadiri meeting.
***
Suasana rumah cukup ramai malam ini, apalagi saat keluarga Ustadz Naufal datang dengan rombongannya. Bukan Oncom yang terlihat gelisah tetapi ibu Sutirah yang merasakan itu membuat Oncom tertawa pelan. Penampilan Oncom malam ini tertutup dan sebenarnya ia merasa gugup, tapi tetap bersikap santai seperti biasanya. Selain Gita dan anak Onta tidak akan ada yang tahu saat Oncom gugup."Ibu keluar duluan ya mau nyambut keluarga abah, Yai. Nanti ibu kesini lagi kalau bapak udah nyuruh kamu keluar," pesan Ibu Sutirah sebelum keluar dari kamar Oncom.
Kamarnya cukup jauh dari ruang tamu, sehingga Oncom tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Tidak ada yang menemaninya di dalam kamar itu karena ia memang tidak memiliki teman dekat di kampungnya. Oncom memiliki dua orang kakak perempuan, yang sayangnya tidak pernah menginginkan kehadirannya. Mereka menganggap Oncom hanyalah aib keluarga sehingga malu untuk mengakui Oncom sebagai adik mereka. Saat ini pun mereka tidak datang bahkan hanya untuk mengucapkan kata selamat. Dan Oncom tidak memperdulikan itu, bahkan Oncom memang meminta pada bapak dan ibunya untuk tidak mengizinkan mereka hadir pada malam ini.
Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg
Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka
Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t
Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini
Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz
Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.
Laila berlari menuju rumah orang tuanya, ia tidak sabar untuk segera sampai tapi kenapa rasanya jarak itu sangat jauh hingga napasnya naik turun dan tidak sampai-sampai walau ia sudah berlari cukup kencang menurutnya. "Assalamu'alaikum, Ibu!" Laila mengetuk pintu dengan tergesa begitu sampai di depan pintu kamar orang tuanya. Ia tahu di dalam kamar hanya ada ibunya karena Abah Yai sedang menghadiri pengajian rutin di balai desa yang berlangsung sampai tengah malam. "Waalaikumsalam, ada apa, La?" "Teteh kayaknya mau lahiran deh, Bu. Udah meringis aja dari tadi," jawab Laila dengan wajah paniknya. "Ayo kita ke sana," ajak Bu Nyai.Dua wanita beda generasi itu segera berjalan menuju rumah Naufal setelah meminta salah satu santri untuk mengabarkan pada Abah Yai juga pada Sarif untuk menyiapkan mobil. Kebahagiaan yang diselimuti kekhawatiran rasanya sangat mendebarkan apalagi untuk seorang Ibu seperti Bu Nyai yang sudah merasakan bagaimana sakitnya melahirkan. "Assalamu'alaikum, Neng
Perkiraan lahirnya masih dua minggu lagi tapi perutnya sudah sering kencang dan tendangan yang cukup kuat kadang membuat Oncom meringis. Jangan tanya bagaimana khawatirnya Naufal yang bahkan sangat jarang tidur pada malam hari yang ia isi dengan berbagai dzikir sekaligus menjaga istrinya, karena kata dokter kelahiran anak mereka bisa kurang dari hari perkiraan lahir atau lebih. Naufal selalu siaga berjaga-jaga anaknya ingin segera keluar di malam hari hingga dirinya harus bergadang dan akan tidur setelah sholat subuh walaupun itu bukan waktu yang baik, tapi semua ia lakukan demi anaknya. Naufal berpikir jika siang hari banyak orang yang menjaga istrinya maka dari itu malam adalah bagiannya. Laila bahkan sudah satu minggu menginap di rumahnya berjaga-jaga jika mereka membutuhkan bantuan. Adiknya juga sudah membantu mempersiapkan tas berisi perlengkapan kakak iparnya jika sewaktu-waktu sang keponakan ingin segera lahir. "Kenapa, Sayang?" tanya Naufal saat melihat istrinya meringis.Ja
Sebagai calon orang tua yang mempersiapkan dengan sangat baik semua kenyamanan dan kesehatan istri serta calon anaknya Naufal mengikuti semua instruksi dari dokter kandungan yang datang setiap minggu satu kali ke rumahnya. Dokter kandungan dari rumah sakit swasta yang terkenal dengan pelayanan ramahnya bernama Anggia, teman dari Hendrik yang diminta dan dibayar langsung oleh anak Onta satu itu untuk mengontrol calon keponakannya. "Jangan lupa senam hamil ya bapaknya juga ikutan. Banyakin sujud sama jalan pagi kalau kuat jangan pake sendal. Hari rabu kita USG ya. Pikirannya ditenangin ya Teh jangan sampe tensi nya naik lagi," pesan Anggia setelah ia memeriksa kondisi Oncom."InsyaAllah, Dok. Makasih ya udah selalu siaga buat saya," balas Oncom karena dokter itu begitu baik dan lembut."Sama-sama dan udah tugas saya. Kalau gitu saya permisi dulu ya. Buat obatnya abisin yang kemarin aja. Enggak usah dianter assalamu'alaikum," salam Anggia pada keduanya."Waalaikumsalam warahmatullahi w
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen