Home / Romansa / One Day In Your Life / Jodoh Dari Tuhan 1

Share

Jodoh Dari Tuhan 1

Author: Red Maira
last update Last Updated: 2021-10-01 12:52:40

Di antara kelelahan dan tidurnya, di antara jeritan perang dan rudal-rudal yang menghancurkan satu kota, di antara pertengkaran suami istri dan nafsu birahi, Annastasia bermimpi. Dan mimpinya, membawanya ke masa lalu. Ke masa sebelum ia menikah dengan suaminya, Isaac. Berbagai kejadian terasa telah berlalu begitu jauh sekali, seakan semuanya terjadi dalam kehidupan yang sebelumnya, dan tiba-tiba saja kembali sambil membawa memori perasaan yang ganjil.

***

Ada saat-saat dimana kamu kehilangan semua yang kamu punya. Ketika kamu gagal. Ketika orang-orang yang kamu cintai pergi meninggalkanmu, dan kamu merasa begitu sendirian. Kamu bahkan tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup. Kamu hilang arah. Hilang tujuan. Kamu seperti tersesat di sebuah labirin gelap. Kamu mencoba mencari-cari cahaya, tetapi kamu tidak menemukannya.

Itulah yang dirasakan Annastasia ketika orang tuanya dinyatakan meninggal. Bahkan dalam mimpi, perasaan kehilangan orang tua sama saja buruknya. Ketika orang tuanya meninggal, ketika itu juga Ann merasa dirinya ikut meninggal. Ketika ia melihat jasad kedua orang tuanya terkubur ke dalam tanah, saat itu juga ia merasa seluruh hidupnya ikut terkubur.

Ann menangis berhari-hari. Ia merasa tidak sanggup untuk menjalani beban ini. Ini terlalu berat. Ini terlalu— Mengapa kematian selalu datang tanpa memberi peringatan? Mengapa Tuhan mengambil semua yang dimilikinya secara mendadak? Mengapa Tuhan tidak menganugerahinya hati yang kuat untuk menghadapi musibah ini? Mengapa Tuhan— Begitu banyak keluhan di bibir Ann, yang rasanya ia ingin muntahkan di hadapan Tuhan. Tapi semuanya tak ia katakan. Keluhan itu, hanya terpendam di relung hatinya. Bagaimana ia bisa mengeluh? Shalaim melarangnya untuk mengeluh.

"Ya Tuhan..." Ann berbisik lirih, bersama dengan air matanya yang terus meleleh. Ia bersujud.

"Aku sebatang kara..." bisiknya, seraya membayangkan teman-temannya yang bergembira bersama ayah-ibunya. Entah, apakah ini bisa disebut keluhan atau bukan. Ia tak peduli lagi. Pertahanannya runtuh.

"Ya Tuhan, apakah aku kuat menghadapi ini semua?" lanjutnya, terus terisak.

"Apakah aku sanggup, Tuhan? Aku merasa tidak sanggup... hiks.. hiks... hiks... hiks..."

Annastasia, kata teman-temannya, sebenarnya adalah gadis yang periang. Ia adalah pemilik salah satu senyum termanis di sekolah. Siapapun bisa jatuh cinta hanya dengan melihat senyumnya.

Namun, sejak tragedi yang menimpa kedua orang tuanya, senyum itu menghilang. Lenyap. Seolah-olah senyum itu tak pernah terukir di bibirnya. Sebuah kehilangan memang mampu membuat seseorang berubah ke dalam bentuk yang paling tidak bisa dibayangkan sekalipun.

***

Beberapa hari berlalu ketika Ann sedang duduk di lantai rumahnya, Tuan Mendeelev datang menyapa.

"Ann..." seru Tuan Mendeleev, lembut.

Ann menoleh sebentar. Diletakannya sebuah novel yang sedang dibacanya. Membaca novel adalah salah satu usahanya untuk menghibur diri, untuk lari dari realita menyedihkan yang dideritanya.

Ann mencium tangan Tuan Mendeelev, hormat. Tuan Mendeelev tak bisa berkata-kata sepersekian detik. Ia prihatin. Tidak ada gadis periang lagi. Yang ia lihat disitu, hanyalah wajah sendu dengan mata bengkak-karena terlalu banyak menangis. Ia mengusap kepala Ann.

"Letakanlah kesedihanmu cukup sampai hari ini saja," seru Tuan Mendeelev. "Gantilah pakaian hitammu dengan gaun berwarna putih. Sebab sebentar lagi, kebahagiaan akan menyertaimu."

Ann termenung. Otaknya tidak cukup cepat untuk memahami maksud dari Tuan Mendeelev.

"Kamu masih ingat kan sama anakku yang namanya Isaac?"

Ann terkejut.

"Kamu ingat tentang perjodohan itu?"

Kedua mata Ann berkaca-kaca.

"Ya, sekarang waktunya kamu bertemu dengan dia."

Tangis Ann lepas.

Cobaan apalagi ini? Ia belum sembuh dari rasa kehilangan. Sekarang, ia harus menikah dengan lelaki yang tak ia kenal? Oke, perjodohan ini memang telah direncanakan sejak lama. Tapi apakah eksekusinya harus secepat ini? Bagaimana dengan Ori, kekasihnya? Ann masih belum siap berpisah dengan orang yang dicintainya lagi. Bagaimana kalau lelaki yang bernama Isaac itu—

"Ini permintaan dari ayahmu juga, Ann," Tuan Mendeelev berusaha tidak menyinggung hati Ann.

"Isaac bersedia menjadi suamimu. Ia bersedia menjagamu dan hidup bersamamu," lanjut Tuan Mendeleev ketika Ann hanya diam saja.

"Aku berusaha membantumu, Ann. Gak baik seorang gadis hidup sendirian di dunia ini. Harus ada seseorang yang melindungi dan menjaganya. Lagipula, sekarang sedang zaman perang." Tuan Mendeleev menegaskan alasannya.

"Pernikahannya dipercepat yaa. Demi kebaikan kamu juga."

"Iya, Tuan Mendeelev."

Ann tidak bisa menolak. Hidup memang tidak memberinya pilihan apa-apa. Pun ia sudah tidak punya apa-apa dan siapa-siapa.

Lalu, pada hari yang sudah ditentukan, di batas senja, di sebuah taman yang dipenuhi pepohonan maple, di pertengahan musim gugur, Ann dan Isaac dipertemukan.

Pertama kali Ann melihat Isaac... Ann langsung terpesona. Kedua netranya berbinar-binar, menyalakan sorotan cahaya positif. Isaac tampil sebagai pria tampan dan gagah. Dengan tinggi dan berat badan yang proporsional. Kulit putih yang tidak pucat. Lelaki itu makin elegan mengenakan mantel abu-abunya yang tampak begitu pas di badan. Mantel musim dingin yang terbuat dari bahan yang tebal dan lembut. Rambut ash-nya Oh lihat rambutnya yang tertata rapi. Sorot mata bundarnya Oh... hidung mancungnya... garis alisnya... bibir delimanya... semua tercetak dalam bentuk dan ukuran yang pas. Sesuatu pahatan sempurna alam semesta. Sebentar, Ann menarik napas untuk mengagumi Isaac.

"Malaikat?" bisik Nyonya Mendeelev kepada Ann. Ia duduk disamping Ann, sambil mengolesi selai ke roti.

Segaris angin berayun, menerbangkan dedaunan kuning. Sesekali, pohon maple yang menaungi meja makan mereka bergemirisik. Sejuk sekali.

"Tidakkah Isaac tampak seperti malaikat di matamu, Ann?" Tanya Nyoba Mendeelev.

Ann tertegun sejenak.

"Ada yang bilang, kalau kamu melihat malaikat di dalam diri seseorang, berarti dia adalah jodohmu."

Nyonya Mendeelev memegang tangan Ann, mencoba lebih dekat dengan calon menantunya.

"Aku melihat malaikat di wajah suamiku," Nyonya Mendeelev memandang Ann, syahdu. "Kalau kamu tidak bisa melihat malaikat di dalam diri Isaac, sebaiknya perjodohan ini dibatalkan saja, karena—"

"Tidak, tidak, Nyonya," Ann menyela. Ia berpikir untuk tidak akan mengecewakan almarhum kedua orang tuanya dan keluarga Mendeelev-yang sudah susah payah membantunya. Lagipula, bagaimana mungkin ia tega mengecewakan mereka? Hanya mereka yang Ann punya sekarang. Satu-satunya.

"Aku melihat malaikat dalam diri Isaac," bisik Ann, disusul senyuman tipis. Tipis sekali. Seolah senyum untuk menghormati Nyonya Mendeleev saja.

Senyum Nyonya Mendeelev mengembang, seperti roti yang diberi ragi. Langsung ia mengatakan kepada keluarga besar Mendeelev yang sedang menikmati hidangan di atas meja itu.

"Ann melihatnya!" Nyonya Mendeelev semangat.

Mereka langsung bersorak.

"Wah, bagus! Isaac juga melihatnya!" jawab Tuan Mendeelev.

Mereka makin bersorak!

"Kalian berdua memang berjodoh," seru yang lain, bahagia. Tepuk tangan mengudara.

Isaac yang duduk bersebrangan dengan Ann, tertegun. Ekor matanya memandang gadis itu, seolah tak percaya. Suatu kebohongan telah terjadi di sini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • One Day In Your Life   Setelah Malam Pertama

    Annastasia membuka matanya perlahan dan langsung disambut oleh pemandangan langit-langit berlampu redup yang menggantung rendah. Awalnya pemandangan itu tampak samar-samar, sebelum akhirnya menjadi jelas. Persis seperti orang yang baru tersadar dari pingsannya. Namun, Ann tidak pingsan. Ia hanya tertidur terlalu lelap. Ia merasa ia bermimpi dalam tidurnya, sepertinya ia berjalan-jalan ke masa lalunya dan mengenang kepahitan hidupnya. Tentang kecelakaan orang tuanya. Tentang pernikahannya. Tentang kebohongannya di Temple of The Prophet. Ia bahkan masih bisa mendengar sedikit bunyi gemerincing gelang kakinya di hari jadinya sebagai pengantin. Seperti sebuah suara yang mengalir di telinganya, menembus dimensi khayal. Namun, detik berikutnya ketika nyawanya benar-benar sudah pulih, semua kelebat bayangan itu lenyap. Semua bunyi menghilang dan hanya menyisakan hening. Tanpa bangkit dari tidurnya, Ann menoleh ke kanan dan melihat Isaac sedang sibuk mengetik-ngetik di balik meja ko

  • One Day In Your Life   Kesepian Ann

    Mimpi itu berlangsung lama di kepala Ann. Mimpi yang kembali memutar memorinya terdahulu, dan saat ini, Ann seakan bisa mendengar bunyi gemerincing gelang kakinya memenuhi ruangan. Waktu itu adalah pertama kalinya Ann tiba di rumah ini, rumah Isaac yang besar dan luas. Langkah Ann terhenti di ruang ibadah. Ia terpukau dengan hiasan-hiasan dinding yang terukir."Abang punya ruang ibadah. Syukurlah," seru Ann. "Ternyata rumah Isaac tidak seburuk yang aku kira. Laki-laki itu pasti setidaknya cukup perhatian dengan agamanya," batinnya.Isaac tidak menjawab, ia malah pergi ke ruang tengah, tempat segalanya terlihat lebih modern. Ia duduk disana. Tanpa ekspresi. Matanya seakan menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan hal lain."Abang..." seru Ann. Gadis itu mencoba akrab dengan suaminya, yang kemudian dibalas oleh Isaac dengan muka masam.Ann menyerah. Satu penolakan ajakan bicara dari suaminya sudah cukup membuatnya berspekulasi bahwa Isaac bukanlah orang yang r

  • One Day In Your Life   Jodoh Dari Tuhan 2

    Akhir dari pertemuan antara Ann dan Isaac adalah... mereka semua menuju Temple of The Prophet untuk meminta kepada para Shalaim tanggal berapa dan hari apa pernikahan seharusnya dilaksanakan. Sementara Tuan dan Nyonya Mendeelev asyik berdiskusi dengan para Shalaim, Ann duduk di lantai di depan gapura Kuil. Ia khusyuk memandangi langit Amonmakh yang keemasan. "Lo bener-bener ngeliat?" tanya Isaac, yang tiba-tiba sudah ada disampingnya. Entah dari mana ia datang. Ann menoleh sebentar, tapi kemudian Isaac membuang muka, sehingga Ann kembali menatap kuil di depannya. "Gue gak denger jawaban lo," desak Isaac. "Enggak," jawab Ann. Lalu, ia diam. "Gue juga enggak ngeliat malaikat dari dalam diri lo," tegas Isaac. "Tapi gue bilang gue liat, karena...." kalimat Isaac tertahan sejenak. "Gue gak mau ngecewain orang tua gue aja." Hening. Dedaunan maple di teras berguguran terseret angin, menyusur masuk ke halaman kuil. Pepohon Mesquite ber

  • One Day In Your Life    Jodoh Dari Tuhan 1

    Di antara kelelahan dan tidurnya, di antara jeritan perang dan rudal-rudal yang menghancurkan satu kota, di antara pertengkaran suami istri dan nafsu birahi, Annastasia bermimpi. Dan mimpinya, membawanya ke masa lalu. Ke masa sebelum ia menikah dengan suaminya, Isaac. Berbagai kejadian terasa telah berlalu begitu jauh sekali, seakan semuanya terjadi dalam kehidupan yang sebelumnya, dan tiba-tiba saja kembali sambil membawa memori perasaan yang ganjil. *** Ada saat-saat dimana kamu kehilangan semua yang kamu punya. Ketika kamu gagal. Ketika orang-orang yang kamu cintai pergi meninggalkanmu, dan kamu merasa begitu sendirian. Kamu bahkan tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup. Kamu hilang arah. Hilang tujuan. Kamu seperti tersesat di sebuah labirin gelap. Kamu mencoba mencari-cari cahaya, tetapi kamu tidak menemukannya. Itulah yang dirasakan Annastasia ketika orang tuanya dinyatakan meninggal. Bahkan dalam mimpi, perasaan kehilangan orang tua sama saja bur

  • One Day In Your Life   Si Vis Pacem, Para Bellum

    Lalu bersamaan dengan proses reproduksi yang terjadi antara suami istri, Isaac dan Ann, mimpi buruk peperangan kembali muncul menjadi background mengerikan dari kisah mereka. Dini hari, sekitar pukul tiga lewat tujuh, serangan udara meledak di wilayah terluar dari North Bank, tepatnya di Teluk Tengah. Kejadian ini tepat seminggu setelah Rotsfeller menyebarkan surat ancaman lewat udara yang menginstruksikan North Bank untuk menyerah, meletakkan senjata, angkat tangan dan mengibarkan bendera putih. Namun, Raja Armani tak pernah merespon ancaman tersebut dan Raja Nathaniel menganggap itu sebagai sebuah pertentangan. Maka. ia pun merasa bahwa North Bank halal diserbu. "Si Vis Pacem, Para Bellum," pesan The Holy Lord King Nathaniel dalam suatu pidatonya di hadapan seluruh pejabat dan bangsawan Meyhem. Artinya, "Jika Engkau menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk perang." Sebuah pernyataan yang cukup ironi mengingat ia sendiri yang mencetuskan pera

  • One Day In Your Life   "Sekarang lo nyerah kan, Ann?"

    Ann terjatuh, tetapi ia berhasil bangkit berdiri. Dengan mata yang sama melototnya dengan Isaac, Ann mengacungkan jari tengah. "F*CK YOU!!!" Teriaknya dengan nada yang paling tinggi dan paling kasar yang pernah diteriakkan oleh seorang istri. "GUE JUGA BISA KEJAM SAMA LO, BRENGS*K!!!" Ann menjambak rambut Isaac. Keras. Kuat. Kencang. Seolah-olah seluruh kekesalannya tumpah di jambakan itu. "AARGGHH!!!" Isaac mengaduh. Ia memegangi kepalanya. Ia menginjak kaki Ann dengan kakinya sampai Ann kesakitan dan jambakannya lepas. Isaac mendorong Ann lagi. Ann terjatuh untuk ke sekian kalinya. "OKE, KALAU ITU MAU LO!!!" Seru Isaac. Ia merapihkan kerah bajunya lalu berkacak pinggang sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Matanya nyolot, menatap tajam. Setelah mengelap keringat dengan punggung tangannya, ia menunjuk Ann, "GUE PASTIIN KALI INI GUE GAK AKAN KALAH DARI LO!!!" Ann berdiri lagi lalu menampar Isaac. PLAAKK!!! Isa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status