Anandamaya Resident Apartment
"Katya.."
Aeron masuk kedalam kamarnya karena khawatir pada Katya yang belum makan dari pagi."Katya, ini sudah siang."
Aeron melihat Katya masih di ranjangnya dan memakai selimut sampai ke lehernya.Aeron berjalan mendekati Katya dan duduk disisi ranjangnya, menurunkan sedikit selimut yang menutupi wajah.
Terlihat katya memejamkan mata, tapi air mata mengalir dari sudut matanya.
Aeron menghela nafas.
"Katya.. kau harus makan, kasian bayi kita, mungkin dia sedang kelaparan sekarang."
Katya masih diam, kepalanya pusing dan perasaanya tidak enak. Entah kenapa dia sangat malas melihat Aeron.
"Aku membawakanmu makan siang dan segelas susu ibu hamil."
Aeron menaruh nampan yang ia bawa diatas nakas sebelah ranjang.
Katya mulai membuka matanya yang ter
Martin Family Mansion.Entah berapa lama Katya menangis dikamarnya. Kamarnya terkunci dari luar dan ia sudah berteriak-teriak minta dibukakan tapi tidak ada yang mendengar. Bahkan Robert menyimpan seorang Bodyguard di depan pintu kamarnya.Sedangkan Kyle baru keluar dari kamar Axel yang telah ayahnya persiapkan. Dan Axel sudah mulai tenang dengan penjelasan dan pengertian yang Kyle sampaikan. Walaupun ia tidak bisa bertemu Katya untuk sementara waktu dikarenakan kondisi Katya yang masih belum stabil. Kemudian Kyle berjalan menuju kamar Katya dan masuk kedalam."Katya.."Perlahan ia duduk di sisi ranjang Katya."Kakak.. bagaimana Axel?" Tanyanya masih berbaring miring di ranjang. Dengan sudut mata yang masih mengeluarkan air mata. Kyle merasa kasian dengan Adiknya."Ia sudah tenang, dan kau juga harus tenang. Ingat kau sedang hamil.""Kenapa ayah berbuat sampai sejauh ini, Memisahkan aku dengan Aeron bahkan dengan cara d
Robert mengeratkan kepalan tangannya. Nafasnya naik turun karena emosi."Karena keluarga mereka yang telah membunuh ibumu Katya!!""Ayah!!" Kyle berteriak.Katya memandang Kyle dan Ayahnya bergantian."Kakak.. apa benar?" Suara Katya tercekat saat bertanya pada Kyle. Katya memegang tangan dan menyorotnya tajam meminta penjelasan.Kyle tidak menjawab, dia juga tidak membantah. Katya kemudian melihat Aeron. Air mata sudah mengalir dari sudut matanya. Kenapa situasinya jadi begini."Katya! Aku yakin itu tidak benar." Aeron berteriak maju, tapi masih ditahan Bodyguard Robert. "Tidak mungkin ayahku membunuh ibumu, mereka tidak saling mengenal.""Cih.. tanyakan pada Ayahmu!" Robert mencibir, emosi kembali naik keatas kepalanya."Ayah, tapi ibu meninggal karena kecelakaan, Bukan karena dibunuh." Katya bergumam tidak percaya."Benar, dan kau tahu siapa yang di dalam mobil saat kecelakaan itu terjadi?" Robert sedikit termenung me
Danadyaksa Family MansionAeron masuk kedalam rumahnya dengan raut wajah penuh amarah."Dimana ayahku?" tanya Aeron pada salah satu pelayan di rumahnya."Tuan diruang kerja den." Jawabnya.Tidak menunggu lama Aeron bergegas keruang kerja ayahnya.Dengan membuka kasar pintunya Aeron menerobos masuk tanpa permisi."Ada apa?" Tanya Asher tanpa melihat kearah anaknya."Apa betul ayah yang membunuh tante Karen?" Tanya Aeron penuh emosi, ia menatap ayahnya. Menunggu jawaban.Asher hanya melirik sekilas dan matanya kembali pada berkas didepannya."Dengar dari mana kau?""Ayah Katya yang memberitahuku! Apa benar?!" Aeron berteriak sambil menggebrak meja kerja ayahnya.Asher hanya diam dan menyenderkan badannya kebelakang."Katakan padaku kalau semua itu bohong Ayah!" Aeron mulai frustasi.Asher melihat anaknya dan menghela nafas sebelum menjawab."Aku tidak membunuhnya, itu kecel
"Ibumu, Karenina Salim adalah pacarku sebelum ia bertemu ayahmu."Robert menatap marah pada Asher karena teringat masa lalu."Apa?""Mungkin itu yang ku pikirkan, karena aku tidak pernah menyatakan cinta padanya. Kami begitu saja menjalani hubungan tanpa komitmen apapun." lanjut Asher"Baiklah, akan ku jelaskan.""Aku dengan Karen teman saat SMA, aku sangat menyayangi Karen karena dia wanita yang baik dan lembut." ujar Asher.Asher mulai mendekati Katya dan duduk disebelah. "Tapi aku sudah meninggalkannya, karena ego ku.""Aku pergi untuk melanjutkan pendidikanku keluar negeri dan tidak memberinya kabar karena aku pengecut. Aku tidak mau menjanjikan apa-apa pada Karen karena aku sendiri tidak yakin pada perasaanku sendiri saat itu. Tapi setiap kali aku mengingatnya, setiap kali itu juga aku merindukannya. Tapi lama kelamaan aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri dan melupakannya. Bertahun-tahun aku pergi, sempat berfikir untuk menghubun
Martin Family MansionSemua orang terdiam saat Asher selesai berbicara. Termasuk Robert yang sedikit Shock.Apa benar begitu? Apakah Karen tidak mengkhianatinya? Atau ini hanya akal-akalan Asher yang tidak ingin disalahkan? Apa dia berbohong atau ini kebenarannya? Robert meragu sekarang."Ayah..." Katya mulai melihat ayahnya diujung kursi."Jadi ayah berfikir ibu telah mengkhianati ayah sampai ia meninggal?"Robert melihat Katya dengan sedih."Jadi semua ini karena perasaan kecewa ayah terhadap ibu?" tanya Katya lagi."Apa kau percaya dengan perkataannya, Bisa saja dia berbohong!" Robert mengelak."Kenapa tidak?! Siapa lagi yang bisa kita percayai Sedangkan ibu sudah meninggal! Kita tidak bisa menanyai orang yang sudah mati, ayah!" Katya sedikit emosi.Robert mulai terpancing."Apa karena dia ayah dari suami dan menerimamu dengan tangan terbuka, jadi kau membelanya dibanding ayahmu sendiri K
Martin Family MansionAeron berbalik dan menatap Katya tajam, "jadi apa maumu Katya?!" Tanyanya.Katya tidak terima karena Aeron bertanya dengan nada tinggi padanya. Tapi ia tidak bisa menahan keinginannya."Aku mau kamu disini menemaniku dikamar ini!" Teriaknya frustasi sambil menangis.Aeron terdiam beberapa saat, yang terdengar hanya isak tangis Katya yang menelusupkan kepalanya diantara kakinya yang terlipat.Aeron menghela nafas."Katya, kenapa kau menangis?" Aeron bertanya sedatar mungkin."Kenapa kau tidak mengerti Aeron?!" Jawabnya dengan terisak.Aeron memejamkan matanya agar tidak emosi, "baiklah.." hanya itu yang dikatakan Aeron kemudian ia berjalan keluar kamar.Katya mendengar suara langkah Aeron menjauh, iapun cepat mengangkat kepalanya dan melihat Aeron akan keluar."Mau kemana?" Tanyanya dengan suara menuntut."Aku akan meletakan ini dibawah dan memberitahu Axel." Aeron berbic
Kamu selalu berhasil membuatku hilang akal Katya!" Kemudian Aeron melumat bibir Katya setelah sekian lama, dibawah guyuran hangat air Shower.Tubuh Katya berbalik dan berhadapan dengan tubuh tinggi Aeron. Ia menerima ciuman Aeron dan membalasnya tidak kalah liar. Tangannya sudah melingkar di belakang leher suaminya itu. Lama mereka berciuman disertai guyuran air Shower.Sebelah Tangan Aeron berada di pinggang Katya menahan tubuhnya dan sebelahnya lagi terlepas dan mematikan air shower. Kemudian ciuman mereka berhenti karena kehabisan udara.Katya dan Aeron saling menatap mata masing-masing dengan nafas yang memburu naik turun. Serta rambut dan tubuh mereka yang basah membuat mereka masing-masing terlihat seksi.Aeron kembali mendekatkan wajahnya dengan Katya secara perlahan. Bibirnya kembali mendaratkan ciuman-ciuman kecil menggoda pada bibir Katya. Katya tersenyum kecil, kemudian perlahan membuka kancing baju Aeron Satu persatu dan membukanya.
International Hospital"Danadyaksa, bawa istri dan anakmu pergi dari sini sekarang juga!" Kembali perintah ayahnya terasa begitu menyakitkan untuk Katya.Tidak perlu waktu lama Katya mulai meneteskan Air mata, dan pergi berbalik keluar dari ruangan."Mommy..." Axel mengikuti Katya keluar dari ruangan perawatan Kakeknya.Aeron tidak langsung menyusul, ia melihat pada Robert dengan tatapan kecewa."Seharusnya anda tidak perlu berkata seperti itu pada putri anda sendiri om."Ujar Aeron.Robert tidak suka dengan nada bicara Aeron padanya."Tidak usah mengguruiku anak muda, lebih baik kau juga pergi dari sini secepatnya." Ucap sinis Robert."Tanpa anda suruh pun saya akan keluar. Tapi saya berharap anda tidak berkata dan melakukan hal yang dapat menyakiti Katya lagi. Semua yang dia lakukan, menyembunyikan kehamilannya, membesarkan cucu anda dan tidak memberitahu anda semua ini karena ia tidak ingin membebani an