Share

Part 2. I Will

Martin's Family Mansion

"Kakak!!"

"Kakak!!"

"Bik, dimana kakak?" Tanya Katya pada salah satu pembantunya.

Katya berlari masuk kedalam rumah dan berteriak memanggil kakak laki lakinya.

"Katya, aku di dapur." Terdengar suara yang ia rinudkan dari dalam rumahnya.

Tidak menunggu lama Katya berjalan cepat menuju kitchen island karena suara kakaknya terdengar berasal dari sana.

Kyle Collen Martin, Kakak laki laki Katya, umur mereka terpaut cukup jauh. karena hal itulah Kyle sangat menyayangi dan memanjakan Katya apalagi setelah kematian ibunya saat katya masih kecil.

"Kakak, kapan pulang? kenapa tidak menelpon dulu sih?!" Katya sudah berdiri disebelah kakaknya dengan wajah cemberut yang cantik. Kyle yang sedang minum tersenyum tipis saat didekati adiknya itu. Ia yang masih mengenakan kemeja putih dengan dua kancing teratas yang dilepas serta lengan kemeja dilipat sampai siku membuat Katya bangga mempunyai Kakak seperti Kyle yang di kenal sangat sangat tampan.

"Baru saja kok, aku kan sudah memberi pesan kalau padamu tadi kalau sudah sampai rumah." jawab Kyle sambil menaruh gelas di atas meja.

Mata Katya berbinar cerah, "kalau begitu cepat kita pergi, kakak sudah janji akan membeli kan ku tas yang aku inginkan setelah pulang dari Perancis." Ajak Katya sambil menarik sebelah lengan Kyle dan laki laki itu hampir terjatuh dari kursinya. Kyle kemudian menahannya dan menarik kembali tangannya dari tangan Katya.

"Kau kan baru pulang sekolah, kakak juga habis naik pesawat Perancis-Indonesia, dan baru sampai di rumah. apa kau tidak tidak kasian sama kakakmu, kakak capek dan masih jetlag Katya. Perginya bisa besok kan?" Sela Kyle menatap adiknya dengan wajah yang dibuat lelah.

"Ah Drama!" ledek Katya, ia kemudian menggeleng dengan mata yang membola penuh tekad. Apapun yang dia inginkan, harus dia dapatkan sekarang. Bahkan kakaknya tidak bisa melarang ataupun menolak semua keinginannya.

"Sini, mana kartu kredit kakak?" Katya yang tidak menyerah sekarang membuka telapak tangannya.

Kyle menggelengkan kepalanya pelan, dan berbalik menghadap Katya. Sehingga mereka berhadapan.

"Mau apa kau dengan kartu kreditku?" Kyle melipat tangannya di dada sambil menaikan dagunya.

Katya melakukan sikap yang sama dengan kyle yaotu melipat tangannya juga.

"Tentu saja untuk memenuhi janjimu padaku, kau tidak ingin aku sebut 'kakak ingkar janji' kan?" Cibir Katya.

"Ck..."

"Bisa saja kau meranjuk." Kyle kemudian merogoh dompetnya di saku celena dan mengeluarkan salah satu kartu kredit.

"Awas kaujangan sampai membuatku bangkrut." Kyle mengacak rambut Katya dan memberi peringatan sebelum turun dari kursi tinggi Kitchen Island.

"Kakak mau kemana sekarang?" Katya berteriak tanpa melihat setelah mendapatkan kartu kredit kakaknya.

"Istirahat, jangan masuk ke kamarku dan menganggu tidurku dengan suaramu Katya." Kyle berteriak.

"Okay. Selamat tidur kakak sayang." lontar Katya dengan senyum lebar.

Kyle berhenti berjalan, dan membalikan badannya sambil memincingkan mata melihat kearah Katya." Apa yang kamu rencanakan sekarang Katya Cessa Martin?" tanya Kyle penuh curiga.

"Apa? Tidak kok.. hehehe." Katya tersenyum manis, menyembunyikan maksud jahil dibalik senyumnya.

"Ah.. terserah kamulah, awas jangan membuatku bangkrut!" Ucap Kyle sambil berbalik menuju kamarnya dilantai dua.

Katya merogoh tasnya guna mengambil ponsel sambil berjalan menuju kamarnya.

"Hana temani aku jalan-jalan." Panggil Katya.

"aku baru sampai rumah."

"Aku jemput sekarang!"

"Tunggu! Ada apa kok tiba-tiba ngajak pergi? Kau mau mentraktirku?"

"Tenang saja, kakakku yang akan mentraktir kita." Ujar Katya.

"Hah?! Kakakmu yang ganteng sudah pulang ya? Apa dia akan pergi dengan kita juga nanti?" tanya Hana.

"Ya enggalah, cuma kartu kreditnya yang akan ikut dengan kita." Ucap Katya sumringah.

" Tunggu, aku akan sampai 1jam lagi."

"Okay.."

***

Plaza Indah Mall, Jakarta

"Katya, aku lapar, kau sudah selesai belanja kan?"

Katya mengangguk sambil mengangkat beberapa paper bag hasil belanjaannya di mall." Kau mau makan apa?"

"Sushi.."

"Kalau gitu kita makan ditempat biasa ya? Ayo.." ajak Katya sambil berjalan.

Katya dan Hana duduk di sebuah restoran sushi terkenal di mall ini dan Hana tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal di sudut ruangan.

"Katya, itu kak Aeron kan?" tunjuk Hana diam diam sambil berbisik pada Katya.

Katya berbalik melihat apa yang ditunjuk Hana padanya, dan ternyata benar saja terlihat Aeron bersama seorang Pria paruh baya, seperti ayahnya, duduk di meja tidak jauh dari meja mereka.

Kok bisa kebetulan sih! Batin Katya.

"Ya ampun, dia tampan sekali! Rasanya aku tidak akan bosan melihat wajahnya setiap saat." Hana mulai histeris tertahankan dengan mata berbinar kearah Aeron.

Katya menyenggol Hana agar temannya itu sadar karena mereka sedang berada ditempat umum. Katya mulai malas dengan ocehan Hana tentang Aeron.

"Eh lihat, ayahnya pergi tuh dan kak Aeron ditinggal sendiri." Kembali Hana menunjuk kearah kursi Aeron.

Katya kembali berbalik untuk melihat, dan ternyata tanpa disangka-sangka Aeron dari tempat duduknya malah  balik melihat kearah Katya dan Hana. Pandangan merekapun bertemu membuat Aeron yang berwajah datar menyipitkan matanya.

Deg.

Katya dengan cepat kembali membalikan badannya, jantungnya berdebar karena malu sempat terlihat memperhatikan seniornya. Tapi tidak sedikit ada rasa takut dalam dirinya saat melihat  Aeron dengan tatapan tajamnya.

"Ka-tya, Kak Aeron berjalan kearah kita." Ucapnya takjub tidak percaya, Hana membolakan matanya mengikuti arah gerakan Aerondimulai dari tempatnya sampai mendekati meja Katya dan Hana.

"Ah, jangan bohong kau Han." cibir Katya tanpa tahu kebenarannya.

Tidak lama seseorang menarik kursi dengan suara berderit dan duduk di kursi sebelahnya. Katya pun menoleh dan sontak kaget karena mendapati Aeron, si senior berada tepat disebelahnya.

Ternyata Aeron melihat mereka dari tadi dan mencoba mendatangi meja mereka.

Hana hanya bisa tersenyum sambil menganga tidak percaya, senior incarannya yang terkenal tampan duduk satu meja dan mereka saling berhadapan dalam jarak dekat. Hana berfikir mungkin ini mimpi, dan ia menepuk nepuk pipinya berkali-kali untuk memastikan.

"Hana, tutup mulutmu yang berliur! Kau membuatku malu!" Bisik Katya mencondongkan sedikit badannya pada Hana.

Hana lalu tersadar dan menutup mulutnya dengan tissu, wajah Hana berbubah merah seketika itu juga.

"Ma.. af kak, kenapa kakak duduk disini ya?" tanya Hana basa basi padahal ia senang karena pandangannya tidak bisa teralih dari wajah tampan Aeron.

"Apa kalian keberatan aku duduk disini?" tanya Aeron sambil melipat tangannya dimeja. Melihat pada Hana dan Katya bergantian sambil menunggu persetujuan.

Hana menggeleng, dan Katya hanya diam tidak mau menjawab.

"Bagaimana denganmu Katya? Aku boleh duduk bersama kalian di sini?" tanya Aeron. Ada nada jahil terselip dalam pertanyaannya. Mana mungkin Katya menolak, Aeron kan senior mereka terlebih Hana sudah melotot memberi kode bahwa dia tidak keberatan sama sekali Aeron duduk bersama mereka disini.

"Aku tadi ditinggal orang tuaku." Ujarnya santai terdengar ramah.

"Aku tidak ingin makan sendiri dan kebetulan aku melihat kalian. Kita kan satu sekolah, aku berfikir lebih baik kalau kita makan bersama. Bagaimana?" tawar Aeron melihat pada Katya. Pnadangan mata Aeron yang hanya melihatnya membuat Katya gugup setengah mati.

"Ah, silahkan kak. Kami senang kakak duduk bersama kami." Ujar Hana tersenyum lebar. Aeron sesaat mengalihkan pandangannya dari Katya pada Hana.

Katya tidak bisa berkata- kata, mulutnya terlalu kaku hanya untuk sekedar menjawab. Dia hanya mengangguk sebagai persetujuan.

Tidak lama pesanan mereka datang, karena ada Aeron, rasa lapar Katya menguap begitu saja. Hana berubah jadi jaim sambil bersikap anggun saat mencoba memakan makananya, tapi di dalam hati Katya tahu Hana sangat lapar.

Untuk beberapa saat tidak ada yang berbicara.

Hana mulai meletakkan sumpit dan mulai bertanya untuk mencairkan suasana, "Kakak mengenal Katya? soalnya kakak sudah mengetahui nama teman saya ini." Ujar Hana.

Katya yang kaget menoleh dan melotot pada Hana, kenapa membawa topik dirinya di situasi yang canggung ini sih? Batin Katya.

Aeron hanya tersenyum, dan mengangguk. Anggukan Aeron membuat Katya malu an seakrang ia menunduk karena teringat kejadian di kelas pagi itu.

"Sepertinya kalian dekat ya?" tanya Hana lagi, karena mendadak ia curiga pada Katya.

"Cukup dekat, aku meminta Katya untuk... aww..."  Katya mencubit paha Aeron sebelum laki-laki itu menyelesaikan ucapannya, refleks.

Aeron langsung mangaduh pelan, sangat pelan, dan melihat kearah katya dengan tatapan kesal sambil mengusap-ngusap pahanya yang sakit akibat cubitan Katya.

"Kenapa kak?" Hana yang berhadapan dengan Katya dan Aeron tidak tahu kejadian tadi karena terhalang meja.

"Hana, mukamu blepotan makanan, sana bersihkan dikamar mandi." Katya berbisik mengalihkan perhatian Hana dari Aeron.

Hana kaget dan langsung memegang wajahnya dan berdiri untuk pamit ke kamar mandi.

Aeron sekarang melihat Katya setelah pengusiran secara halusnya terhadap Hana.

Tanpa menunggu lagi Katya mendelik sebal pada Aeron,"Maksud kakak apa mengatakan kejadian kemarin pada Hana?!" tuntut Katya.

"Aku tidak ada maksud apa-apa kok." jawab Aeron tenang sambil kembali memasukan sushi ke dalam mulutnya.

Katya menghembuskan nafas, "Sebaiknya jaga mulut kakak, aku tidak ingin Hana dan orang lain tahu kakak pernah menembakku. Kita tidak pernah ada hubungan apapun. Ingat itu!" Peringat Katya dengan tegas.

"Kenapa? Aku memang pernah menembakmu, dan sekarang aku masih menunggu jawaban 'iya' darimu." Balas Aeron.

"Apa kakak lupa, Aku sudah menolak kakak kemarin!" Sungut Katya dengan berani.

"Tapi aku tidak menerima penolakan, Katya." Ujarnya datar.

Sulit berbicara dengan orang keras kepala. BAtin Aeron.

"Aku tidak mau diganggu kak Aeron lagi disekolah ataupun diluar, jadi mau kakak apa sekarang?!" tanya Katya, ia ingin mengakhiri semua kecanggungan ini.

"Yang aku ingin adalah kau menerimaku, dan kita pacaran." Jawab Aeron dengan tersenyum manis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status