Saat tiba di rumah sakit, neneknya Clara begitu kaget karena melihat cucunya datang dengan seorang pria. Dia lebih kaget lagi ketika tangan keduanya saling bertaut, karena selama ini Clara tidak pernah dekat dengan pria manapun.
Namun, wanita itu hanya terdiam sambil menatap wajah Clara. Dia sudah siap untuk pulang, tetapi dari tadi tidak ada yang menjemputnya. Mau bicara mengenai keterlambatan cucunya, tetapi malah gagal fokus dengan kehadiran Clara dan juga pria yang tidak dia kenal.
"Nek, aku datang untuk jemput Nenek."
"Iya, kenapa lama?" tanya Nenek sambil menatap wajah Bayu.
"Maaf, Nek. Tadi kita abis nikah dulu, terus ke apartemen untuk mengurusi kepindahan kita berdua ke sana."
Bukan Clara yang menjawab, tetapi Bayu. Pria itu menjawab pertanyaan wanita tua itu sambil mendapat ke arah wanita tua itu.
"Menikah? Gak salah? Kenapa langsung menikah? Memangnya kalian sudah lama pacaran?"
"Nggak, kita nikah dadakan. Nenek gak marah, kan?"
"Kalau kamu tidak akan menyakiti cucu Nenek, tentu saja Nenek tidak akan marah. Tapi, kenapa bisa menikah secara terburu-buru?"
"Jadi gini, Nek. Aku tuh disuruh nikah sama kedua orang tua aku, tapi karena gak ada calonnya, ya udah aku nikah aja sama Clara. Selain aku dapet istri, Clara juga jadi punya suami yang akan membiayai hidupnya. Oke, kan?"
Nenek tua itu hanya menggelengkan kepalanya dengan tidak paham, dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Bayu.
Clara yang mendengar obrolan antara Bayu dan juga neneknya langsung menepuk pundak suaminya, lalu dia meminta suaminya itu untuk keluar sebentar dari dalam ruang perawatan neneknya tersebut.
"Tolong tunggu kami di parkiran saja, nanti kami menyusul."
"Elu ngusir gue?"
Lelaki itu nampak tersinggung karena merasa diusir dari sana, padahal dia masih mau mengobrol dengan nenek tua. Dia ingin berkata kalau Clara harus tinggal dengan dirinya, sedangkan nenek tua itu harus kembali kerumahnya.
"Nggak ngusir, cuma minta tolong untuk tunggu di parkiran." Clara mencoba tersenyum setelah mengatakan hal itu.
"Ck! Sama saja," ujar Bayu.
Bayu akhirnya pergi dari dalam ruang perawatan itu menuju parkiran, sedangkan Clara nampak duduk di samping neneknya. Selama ini hanya neneknya yang begitu mencintai dirinya, hanya neneknya itu yang selalu rela berkorban untuk dirinya.
Jadi, Clara memutuskan untuk tidak berbohong kepada neneknya tersebut. Dia memutuskan untuk menceritakan semuanya, dia tidak ingin menutup-nutupi apa pun dari neneknya tersebut.
"Kenapa bisa seperti itu?"
Neneknya Clara nampak begitu sedih mendengar cerita dari Clara, dia tidak menyangka kalau cucunya itu akan mengalami hal yang menurutnya tidak baik.
"Mau diapain, Nek. Mungkin udah nasib aku," ujar Clara.
"Tapi, Nak. Bagaimana kalau dia menyiksa kamu?"
"Nggak akan berani, aku itu sekretaris yang paling kompeten. Mana mungkin dia menyakiti aku, mau perusahaannya bangkrut?"
"Benar juga, tapi kamu harus hati-hati tinggal di sana. Nenek selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu, semoga kamu bahagia selalu."
Miris sekali mendengar cerita dari cucunya itu, tetapi nenek tua itu tidak bisa membantu Clara karena memang cucunya itu membutuhkan pekerjaan. Cucunya itu berkata tak ingin kehilangan sumber pendapatan yang besar.
Mulut Bayu memang terkadang dirasa kasar saat berucap, tetapi Clara merasa senang karena Bayu bukan merupakan orang yang pelit dalam memberikan bonus atau gaji bulanan.
"Siap, Nek. Ya udah ayo pulang, untuk ke depannya Nenek tidak usah bekerja lagi. Dalam setiap bulannya aku akan membiayai kehidupan Nenek, aku bahkan sudah mentransfer uang ke rekening nenek Untuk biaya hidup selama 1 bulan."
Walaupun Wanita itu sudah tua, tetapi nenek dari Clara itu masih aktif dalam bekerja. Clara memang sudah membiayai kehidupan wanita itu, tetapi tetap saja nenek itu merasa bosan kalau hanya diam saja di rumah.
Hobi nenek tua itu adalah berkebun, wanita itu menanami sekeliling rumah sederhananya dengan sayuran dan juga bumbu dapur. Dia menggunakan media tanam hidroponik.
Sayur-sayuran itu tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, tetapi nenek itu bisa menjualnya ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya.
"Iya," jawabnya dengan hati yang sedih.
Akhirnya nenek tua itu pulang ke kediamannya diantarkan oleh Bayu dan juga Clara, rumah yang sangat sederhana dan dikelilingi oleh tanaman sayuran.
"Nek, Clara gak bisa tinggal di sini. Dia udah nikah, bagaimana kalau mulai besok aku carikan pelayan untuk menjaga nenek? Menemani Nenek agar tak kesepian gitu?" usul Bayu.
"Gak usah, kalian pulang saja. Nenek bisa jaga diri," ujar Nenek Hilda.
Akhirnya Clara dan juga Bayu pulang ke apartemen, keduanya saling diam dan fokus pada pikiran masing-masing. Tiba di apartemen Bayu bahkan tak memedulikan Clara, dia langsung masuk ke dalam kamarnya.
Drrttttt! Drrttttt!
Bayu baru saja merebahkan tubuhnya, tetapi dia melihat ponselnya yang ada di atas nakas bergetar. Bayu dengan cepat bangun, tak lama kemudian senyumnya merekah karena ternyata dia mendapatkan panggilan video call dari Tiara.
"Yang, kangen!" pekik Bayu ketika wajah kekasihnya memenuhi layar ponselnya.
"Aku juga, nggak sabar pengen buru-buru pulang dan segera nikah sama kamu."
Bayu senang mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu, tetapi dia pura-pura cemberut sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Lagian aku itu udah berkali-kali bilang sama kamu, nggak usah kuliah jauh-jauh. Kuliah di sini aja, kalau gak, gak usah kuliah sekalian. Toh udah lulus langsung nikah sama aku, urus aku dan manjain aku."
"Maaf, Yang. Tapi, walau bagaimanapun juga kamu itu kan anak dari keluarga orang terpandang. Aku tetep harus kuliah walaupun nantinya hanya mendampingi kamu, agar kamu nanti tidak malu kalau berkumpul dengan teman-teman memiliki istri seperti aku."
Bayu kembali mengalahkan wajahnya ke arah sang kekasih, dia baru sadar kalau wajah Tiara berbeda dari biasanya. Matanya sedikit sembab.
"Iya, iya. Tapi---"
"Kenapa? Kenapa kamu malah liatin aku kaya gitu?" tanya Tiara karena Bayu malah tidak meneruskan ucapannya, pria itu hanya menatap Tiara dengan Intens.
"Kamu abis nangis? Ada masalah di sana? Apa aku perlu ke sana, Yang?"
Tiara sempat kaget mendengar pertanyaan dari Bayu, tetapi tak lama kemudian wanita itu bisa mengubah ekspresinya.
"Gak usah, tadi aku emang abis nangis. Kangen banget sama kamu, tunggu aku pulang ya? Gak bakal lama lagi," jawab Tiara.
"Ya," jawab Bayu sedih.
Setelah cukup lama mengobrol akhirnya panggilan video call pun terputus, Bayu malah ketiduran karena begitu lelah. Hingga pukul tujuh malam dia terbangun dan segera mandi.
"Haus," ujar Bayu setelah dia memakai pakaian lengkap.
Lalu, pria itu keluar dari dalam kamarnya. Bayu melangkahkan kakinya menuju dapur, saat dia tiba di ruang makan, dia begitu kaget karena melihat Clara yang sedang makan.
"Elu ngapain di sini?"
"Makan, Pak Bos. Di ruang makan, duduk sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut."
Bayu terdiam sejenak, pria itu seperti pria linglung. Namun, tak lama kemudian dia menepuk jidatnya karena baru ingat kalau dirinya sudah menikah.
"Astaga! Gue lupa," ujar Bayu sambil menatap makanan yang sedang disantap oleh Clara.
Di hadapan wanita itu hanya ada tumis kangkung dan juga ceplok, tetapi entah kenapa terlihat sangat enak dan membuat perut Bayu keroncongan.
"Gue laper, bagi."
Tanpa banyak bicara Bayu langsung duduk tepat di samping Clara, dia terlihat hendak mengambil makanan yang ada di sana. Namun, gerakannya terhenti ketika Clara menggeser letak makanan itu.
"Loh kok?"
"Ini makanan saya, Pak Bos. Jangan asal ambil saja," jawab Clara.
"Pelit!" ujar Bayu.
"Bodo! Saya buka pembantu Bapak, kalau mau minta dimasakin Bapak harus bayar dulu sama saya."
"Astaga!" pekik Bayu geram.
"Gak usah marah, kalau gak mau bayar mending mesen makanan di luar sana."
"Ck! Iya, iya."
Bayu mengambil ponselnya, lalu dia mentransfer sejumlah uang ke rekening milik Clara. Clara yang mendapatkan notif pesan dari m-banking miliknya langsung melihat notifikasinya, matanya tiba-tiba saja membulat dengan sempurna.
"Serius ini, Pak Bos?" taya Clara yang melihat uang sebanyak seratus juta masuk ke dalam rekeningnya.
"Serius, itu upah kamu dalam sebulan. Untuk ngepel rumah, nyuci baju gue, masak sarapan pagi, bekela makan siang sama makan malam."
"Bilang aja biaya nafkah gitu, pake disebutin segala."
"Harus disebutin, karena elu bukan bini sungguhan gue."
Ada rasa yang tak biasa ketika Bayu mengatakan hal itu, seperti ada batu besar yang menerpa hatinya.
"Oke," jawab Clara dengan memaksakan tersenyum.
"Kak, gue harap elu bisa secepatnya sadar. Bisa secepatnya pulih, gue khawatir banget."Padahal yang saat ini terbaring lemah di atas ranjang pasien bukanlah pacarnya, bukan pula istri sah dari Bernard. Namun, pria itu terlihat begitu khawatir sekali melihat keadaan Clara.Wanita itu masih memejamkan matanya, jarum infus menancap di tangannya. Wajah Clara juga begitu pucat, kulit wanita itu seperti tidak memiliki darah. Bernard sungguh merasa kasihan terhadap wanita itu.Saat Bernard menanyakan keadaan Clara, dokter berkata kalau Clara hanya kelelahan. Sepertinya aktivitasnya terlalu berlebihan, sehingga hal itu menyebabkan Clara pingsan.Satu hal yang membuat Bernard merasa begitu penasaran, dokter berkata kalau Clara kemungkinan hamil. Jadi, setelah sadar nanti dokter menyarankan wanita itu untuk memeriksakannya ke dokter kandungan."Engh! Aduh!"Clara sudah sadar, ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, wanita itu merasakan kesakitan di tangannya. Dia juga merasa kalau kepalanya
Selama berteman dengan Clara, Anton tidak pernah melihat wanita itu berduaan dengan seorang pria, teman tapi mesra atau benar-benar memiliki pacar seorang pria. Hanya dirinya teman dekat wanita itu.Selama ini Clara selalu ingin serius dalam belajar, lalu wanita itu berusaha untuk bekerja di perusahaan yang bisa menggaji dirinya dengan upah yang besar, itulah yang Anton tahu.Makanya ketika ada seorang pria yang mengatakan kalau Clara sudah menikah, Anton begitu kaget. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bayu kepada dirinya."Hei! Beneran elu udah nikah, Clara?" tanya Anton.Clara sebenarnya ingin menjawab pertanyaan dari Anton, tetapi Bayu malah menuntun wanita itu dengan paksa untuk masuk ke dalam mobilnya. Clara dengan terpaksa duduk di samping kemudi.Namun, dia menyempatkan diri untuk menurunkan kaca mobilnya, lalu dia menganggukkan kepalanya dan mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Dia merasa bersalah terhadap pria itu, walaupun dia tidak pernah berniat
Clara membuka matanya dan langsung terkejut. Dia tidak percaya apa yang dia lihat. Bayu, suaminya, terbaring di sampingnya, tidur dengan tenang. Clara merasa seperti sedang bermimpi. Mereka sudah sepakat untuk tidak tidur bersama sebelumnya.Mereka menikah hanya karena tanggung jawab, dan mereka sudah sepakat untuk tidur terpisah. Namun, kini kedunya malah tidur bersama, yang membuat Clara tak nyaman, pria itu tidur tanpa menggunakan baju tidur. Hanya menggunakan celana boxer saja.'Perasaan tadi malam kita tidur terpisah, kenapa jadi bisa tidur satu kamar?'Seingat Clara, setelah berakhirnya pergulatan panas di antara keduanya, Clara tidur di dalam kamarnya. Sedangkan Bayu memutuskan untuk tidur di dalam kamarnya juga.'Apa tadi malam gue ngigo, ya? Jalan sambil tidur, terus tanpa sengaja masuk ke dalam kamar Pak Bos?'Clara terus aja menduga-duga karena dia merasa tidak sengaja tidur dengan Bayu, justru kalau bisa dia ingin menghindari pria itu. Karena dengan kebaikan yang Bayu laku
Saat Clara datang bersama dengan Anton, Bayu baru saja memarkirkan mobilnya dan hendak masuk ke dalam lobi. Dia tiba-tiba saja merasa panas melihat pemandangan di hadapannya, Clara dan juga Anton terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.Anton mengantarkan Clara memakai motor sport, bisa dibayangkan saat di jalan pasti Clara akan memeluk pria itu dengan erat karena posisi motornya yang tak sejajar.Apalagi melihat keakraban di antara keduanya, rasanya Bayu ingin menghampiri Anton dan memberikan bogem mentah di wajah pria itu. Sayangnya Bayu gengsi, makanya pas Anton pergi, baru Bayu menegur Clara."Ck! Kenapa rasanya kesal aja kalau ingat Clara sama pria itu?"Kini Bayu sudah berada di dalam ruangannya, hatinya merasa dongkol saja. Bahkan, dia merasa tidak ingin memulai pekerjaan karena membayangkan Clara yang berdua-duaan dengan Anton."Lagian dia juga kegatelan, ngapain juga pergi sama cowok lain? Giliran diajak bareng sama gue nggak mau, sial!" umpat Bayu.Bayu terus
Bayu terbangun dari tidurnya, karena memang waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Pria itu turun dari tempat tidur hanya menggunakan boxer saja, karena memang kebiasaan Bayu kalau tidur hanya memakai boxer saja.Haus?Ya, itulah yang saat ini Bayu rasakan. Dengan santainya pria itu keluar dari dalam kamar dan melangkahkan kakinya menuju dapur, dia ingin membasahi tenggorokannya dengan air dingin."Argh!"Saat Bayu hendak mengambil air dingin dari dalam kulkas, Clara yang begitu kaget melihat Bayu tentu saja langsung berteriak. Dia kaget karena pria itu datang ke dapur dengan hanya menggunakan boxer saja.Selain itu, ada satu hal yang tentunya membuat Clara lebih kaget lagi. Dia melihat milik suaminya yang menyembul dari celana boxer itu, karena memang kebiasaan pria seperti itu.Di saat tidur dia sendirian, tetapi kalau bangun selalu saja berdua dengan miliknya. Karena miliknya yang terbangun di pagi hari itu merupakan sebuah alarm, alarm kalau kondisi tubuh pria itu memanglah bers
Saat tiba di rumah sakit, neneknya Clara begitu kaget karena melihat cucunya datang dengan seorang pria. Dia lebih kaget lagi ketika tangan keduanya saling bertaut, karena selama ini Clara tidak pernah dekat dengan pria manapun.Namun, wanita itu hanya terdiam sambil menatap wajah Clara. Dia sudah siap untuk pulang, tetapi dari tadi tidak ada yang menjemputnya. Mau bicara mengenai keterlambatan cucunya, tetapi malah gagal fokus dengan kehadiran Clara dan juga pria yang tidak dia kenal."Nek, aku datang untuk jemput Nenek.""Iya, kenapa lama?" tanya Nenek sambil menatap wajah Bayu."Maaf, Nek. Tadi kita abis nikah dulu, terus ke apartemen untuk mengurusi kepindahan kita berdua ke sana."Bukan Clara yang menjawab, tetapi Bayu. Pria itu menjawab pertanyaan wanita tua itu sambil mendapat ke arah wanita tua itu."Menikah? Gak salah? Kenapa langsung menikah? Memangnya kalian sudah lama pacaran?""Nggak, kita nikah dadakan. Nenek gak marah, kan?""Kalau kamu tidak akan menyakiti cucu Nenek,