BAB 2 - INTENTIONS
Di Taman Belakang kediaman Keenan,
Mom Nia yang tengah bersantai dengan sang suami seusai sarapan dikejutkan dengan dering ponselnya yang ia letakkan di meja tidak jauh dengan tempat ia duduk. Terlihat nama “My Son” memanggil, mom Nia lekas mengangkat panggilan sang putra dengan me-loudspeaker agar dad Adam bisa mendengarnya juga.
“Halo son, ada apa kau menghubungi mommy ?” tanya mom Nia dengan meletakkan ponselnya kembali di meja.
“Tante Nad meminta mommy dan daddy untuk kerumahnya sekarang. Ada hal penting yang ingin om Ardian dan tante Nad bahas dengan mommy dan daddy sekarang. Ken sudah hampir sampai, jadi tidak bisa menjemput kalian,” jawab sang putra di seberang telepon. Mendengar ucapan sang putra, keduanya saling pandang dengan seulas senyuman.
“Baiklah son, tunggu daddy dan mommy beberapa menit lagi. Sampaikan pada om Ardian kami sedang dalam perjalanan,” kali ini terdengar sang daddy yang menjawab ucapan sang putra.
“Okay, see you dad,” jawab Ken sembari memutuskan sambungan telepon.
Ken yang sudah sampai dikediaman Ardian 25 menit sejak menyelesaikan sambungan telepon dengan kedua orang tuanya tampak tengah bebincang dengan tuan rumah. Ardian tampak membicarakan bisnis dan harga saham saat ini dengan Ken yang sedang menikmati cookies buatan Nadhine. Nadhine yang belum melihat kedatangan putrinya bergegas menelepon tetangga sekaligus sahabatnya yang tidak lain ibu dari sahabat sang putri untuk menyuruhya agar cepat pulang karena sang kekasih berada dirumah.
“Halo mel, apa putriku ada dirumahmu ?” tanya Nad pada Amel.
“Halo Nad, iya putrimu sedang ada dirumahku. Sebentar aku panggilkan ya,” jawab Amel diseberang sana. Terdengar suara sahabatnya memanggil nama sang putri, setelah berbicara dengan sang putri dan menyuruhya agar cepat pulang karena ada tamu ia pun mengakhiri sambungan teleponnya. Saat ia kembali keruang keluarga dan kembali mendudukkan dirinya dekat sang suami, Ken menanyakan keberadaan sang kekasih ketika dia tidak melihatnya dari tadi.
“Tan, dimana si cerewet ? Ken tidak melihatnya dari tadi.” Nadhine yang mendengar calon menantunya menanyakan keberadaan putrinya pun menoleh.
“Oh dia sedang bersepeda dengan sahabatnya. Tunggu saja ken, setelah ini dia pasti akan datang. Tante sudah menghubunginya agar segera pulang,” jawabnya dengan senyum karena merasa Ken sangat perhatian kepada putrinya.
“Apa dia tidak membawa ponselnya lagi ?” tanya Ken karena ia tidak bisa menghubungi sang kekasih.
“Haha, iya kau betul boy. Dia tidak membawa ponselnnya, tenanglah dia baik – baik saja,” jawab Ardian yang tengah tersenyum mendengar perkataan Ken. Ken pun hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
***
Ditengah perjalanan pulang,
Rissa yang sedang dalam perjalanan menuju rumahnya pun tiba – tiba menghentikan sepedanya ketika melihat ada mobil hitam yang tidak asing berhenti di depannya.
“Mau apalagi dia ?” batin Rissa.
Sosok pria bertubuh atletis dengan mengenakan kaos putih polos dibalut dengan kemeja lengan pendek floral print warna biru langit dengan kancing yang sengaja tidak dikancingkan agar terkesan lebih manly dan badboy turun dari mobil dan berjalan dengan gagahnya menghampiri Rissa yang tampak cuek dan tidak senang.
“Hai my dear, apa kau baru saja bersepeda dengan kedua sahabatmu ?” sapanya. Rissa yang mendengar panggilan yang membuatnya kesal pun menjawab dengan mencebikkan bibirnya.
“ Haha, apa kau bilang ? my dear ? apa kau sudah amnesia, dasar sinting,” ketus Rissa. Pria itu yang mendengar jawaban dari gadis yang berada di depannya hanya mengulas senyum tipisnya dan berjalan semakin mendekatinya seraya berkata, “Dear, kau belum menjawab pertanyaanku. Aku tidak amnesia, bahkan aku sangat ingat jika gadis cantik didepanku adalah berlian yang harus aku jaga agar tidak jatuh pada tangan lain,” balas pria blasteran Indo Jepang itu.
“Dasar pria sinting, apa sih maunya ?” batin Rissa. Rissa hanya menatapnya datar dan enggan menjawab pertanyaan dari pria tersebut, sambil menaikkan bibirnya ia menjawab
“ Ya, aku baru saja bersepeda dengan mereka. Berlian katamu ? kalau aku berlian yang harus kau jaga, kenapa kau meninggalkannya dengan lebih memilih benda perak yang harganya tentu dibawah berlian ?!” sinis Rissa dengan menaikkan nada bicaranya. Pria itu hanya diam membeku dan mengingat kejadian dua setengah tahun lalu dimana ia memutuskan hubungannya dengan Rissa dan lebih memilih menjalin hubungan dengan teman sekampus Rissa yang terkenal sebagai perebut kekasih orang.
Kazu tampak menyesali kesalahan yang ia lakukan pada Rissa, ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Rissa dan Gavin, kakak Rissa yang tidak lain sahabat Kazu. Hubungannya tidak lagi baik dengan Gavin semenjak dia memutuskan hubungan dan membuat adik kesayangannya menangisinya berbulan – bulan bahkan hampir satu tahun. Merasa tidak perlu menjawab dan meladeni pria didepannya, Rissa mulai mengayuh sepedanya lagi untuk pergi dari hadapan pria menyebalkan yang membuatnya patah hati berbulan – bulan. Kazu pun membiarkan gadis di depannya itu pergi dan hanya menatapnya dengan penuh penyesalan dan hanya menghela nafasnya kasar, lalu berjalan menuju mobilnya untuk melanjutkan perjalanannya kerumah si benda perak yang dimaksud Rissa tadi karena tempat tinggalnya memang masih di dekat lingkungan perumahan Rissa tinggal, hanya berbeda blok saja.
Setelah 10 menit mengayuh sepedanya, Rissa sampai rumah bersamaan dengan mobil dad Adam dan mom Nia yang leih dulu masuk halaman. Mom Nia yang melihat Rissa memarkir sepedanya di sebelah mobilnya segera turun dan memeluk tubuh Rissa dengan penuh sayang, sedangkan dad Adam yang melihat istrinya memeluk calon menantunya menyunggingkan senyuman yang membuat siapa yang melihat akan ikut tersenyum.
“Oh my sweetheart, mom sangat rindu denganmu,” ucap mom Nia masih memeluk Rissa. Rissa yang mendapatkan pelukan dari mom Nia membalas dengan memeluk dan menyengir,
“Mom, Rissa juga merindukan mom. Maafkan Rissa belum sempat kerumah mom dan dad,” jawab Rissa dengan manja. Dad Adam pun menghampiri kedua wanita yang saling memeluk itu dan mengajak mereka segera masuk kedalam. Mereka bertiga berjalan dan saling bergandengan dengan posisi Rissa di tengah kedua pasutri yang menginginkan kehadiran sosok anak perempuan dalam pernikahannya tetapi hingga usianya telah separuh baya Tuhan tidak mengijinkan mereka memiliki momongan lagi.
Kedatangan ketiga orang yang tengah mereka tunggu pun segera disambut oleh semua yang berada di ruang keluarga. Tampak papa Ardian dan mama Nadhine menyambut kedatangan dad Adam dan mom Nia dengan bertegur sapa dan saling memeluk dan segera berjalan kearah ruang tamu karena akan membicarakan suatu hal. Sedangkan Rissa yang baru saja datang, mendapat tatapan tajam dari pria yang tengah duduk di sofa dengan menyandarkan punggungnya bersama sang kakak hanya bisa menyengir canggung.
Rissa pun menghampiri kedua pria yang duduk bersebelahan itu dan menyapa mereka dengan suara khasnya yang cempreng, “Halo kak Gavin, halo by,” sapanya dengan mendudukkan dirinya di sebelah kanan Gavin yang tertawa melihat adiknya salah tingkah dengan tatapan tajam dari Keenan.
“Apa kau tidak membawa ponselmu lagi sa ?” tanya Gavin memecah kecanggungan Rissa dan Ken.
“Aku tidak membawanya kak, aku hanya membawa mp3 mu saja. Ini, terima kasih..” jawab Rissa dengan menyerahkan mp3 milik Gavin yang ia pinjam tadi pagi untuk menemaninya bersepeda. Gavin pun menerimanya dan pamit pada kedua makhluk yang tengah mendiamkan satu sama lain, karena ia akan keluar mengantar tunangannya, Sia bertemu dengan WO yang akan mengurusi pernikahan mereka tiga bulan lagi.
***
Diruang tamu, tampak dua pasang suami istri yang saling bersahabat mulai dari zaman kuliah hingga usia paruh baya ini, tengah membicarakan hal penting menyangkut kedua putra dan putri mereka yang tanpa sengaja menjalin hubungan. Tampak keempatnya sangat antusias membahas kelanjutan hubungan keduanya, “Nad, aku tidak sabar menjadikan my sweetheart menantuku,” kata Nia pada ibu dari gadis yang sangat ia sayangi.
Nadhine tersenyum mendengar perkataan sahabatnya dan menjawab tidak kalah antusiasnya, “Aku pun begitu Ni, aku dan mas Ardian ingin melihat Rissa segera menyusul Gavin dan Sia bertunangan dengan si boy. Sebenarnya kami berdua ingin kalian datang kemari untuk membicarakan hubungan mereka,” ucap Nadhine yang diangguki Ardian.
Adam dan Nia saling pandang dan menerbitkan senyuman seraya menjawab, “Sepertinya kita ditakdirkan untuk menjadi keluarga, bagaimana bisa pemikiran kita sama Ar. Aku dan Nia sudah jauh – jauh hari ingin membicarakan ini pada kalian, tapi karena kesibukan ku dan Nia yang tidak ada hentinya menjadikan kami menunda nunda untuk kemari,” jawab Adam dengan menatap kedua sahabatnya. Ardian dan Nadhine yang mendapat persetujuan untuk membahas hubungan kedua putra dan putri mereka pun segera mengutarakan apa yang akan dibahas, tanpa mereka ketahui bahwa putra dan putrinya tampak saling mendiamkan di ruang keluarga.
Rissa yang mendapati perlakuan Ken yang dingin dan masih ditatap dengan tajam seketika berdehem memecahkan keheningan,
“Ehem.. By, apa aku boleh kekamar dulu untuk mandi ?” tanyanya.
Sedang Ken yang masih tetap dengan tatapan tajamnya hanya menjawab Rissa dengan singkat,
“Ya, cepatlah.”
Rissa yang mendapatkan jawaban datar dari sang kekasih segera beranjak ke kamar sambil menggerutu, “Dasar kulkas, bisa mati beku aku. Huh..” batin Rissa.
Ken yang menatap kepergian Rissa segera mengeluarkan ponselnya yang berdering bersamaan kekasihnya itu pergi. Ia pun melihat pesan yang dikirimkan Jaden sahabat sekaligus asisten yang membantu pekerjaannya. Jad mengirimkan beberapa file – file pekerjaan yang berisi proposal untuk dipelajari Ken pada meeting besok bersama para kliennya.
Sedangkan Rissa yang sudah berada di dalam kamar mandi, ia tengah melamun memikirkan pertemuannya dengan Kazu pagi tadi. Dalam hati kecilnnya, sebenarnya ia masih menyimpan sedikit rasa sayang pada sosok Kazu. Namun, rasa kesal dan sakit hatinya telah menutup dan menjadikan kebencian pada Kazu terutama pada gadis perak teman sekampusnya yang merebut Kazu darinya.
“Sialan, kenapa aku memikirkan si brengsek itu?” umpat Rissa sambil memakai bathrobe dan berjalan keluar dari kamar mandi setelah kurang lebih 20 menit mandi dan menuju walk in closet mengambil tank top dan cardy warna mocca yang senada untuk ia kenakan dan memadukkannya dengan mini skirt dengan motif plaid. Selesai memakai pakaiannya, ia menuju meja rias untuk memakai rangkaian skincare yang cocok dengan kulitnya, lanjut dengan mascara, serta mengoleskan sedikit blush on pink dan terakhir ia mengoleskan lipbalm pada bibirnya agar terkesan segar.
Selesai dengan riasan naturalnya ia memilih anting kecil sebagai aksesorisnya, dan mengambil bucket bag mini serta sneakers putih kesayangannya sebagai penunjang penampilannya agar terlihat lebih fresh dan elegan. Setelah dirasa sudah sempurna, ia beranjak dari sofa didalam kamarnya dan menuju pintu untuk turun keruang keluarga menemui sang kekasih yang mendiamkannya.
***
Diruang tamu kediaman Ardian,
Kedua pasang pasutri yang terlihat telah selesai berdiskusi tentang bagaimana kelanjutan hubungan kedua putra dan putrinya, mereka tengah berjalan beriringan dengan tawa yang terdengar bahagia menuju ruang keluarga dimana anak mereka berada disana tadi.
“Dimana my sweetheart son?” tanya sang mommy melihat putranya sedang sendirian dengan memainkan ponselnnya. Ken yang mendapat pertanyaan dari sang mommy segera mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menghadap pada mommy,
“Si cerewet sedang mandi mom,” jawabnya dengan datar. Mendengar jawaban datar dari sang putra, mom Nia berjalan dengan cepat menghampiri sang putra sembari memukul lengan kekarnya dan mencubit perutnya dengan gemas,
“Son, kau itu sangat datar seperti jalan aspal dan kaku seperti batu beton. Apa kau itu tidak bisa sedikit saja menjawab dengan nada yang menyenangkan ?” sinis mom Nia.
Melihat ibu dan anak itu yang tengah sinis, sang daddy menghampiri keduanya dengan tatapan tegasnya, “Son, jangan berperilaku tidak sopan pada mommy dan terlebih kita ada dirumah om Ardian. Apa kau tidak malu?” tanya dad Adam pada putranya yang masih beradu mulut dengan sang mommy. Melihat sahabatnya memarahi putranya, Ardian dan Nadhine saling pandang dan terlihat menahan senyum agar tidak terlihat ketiga makhluk yang saling memberi tatapan tajam.
“Tidak dad,” jawab sang putra santai.
“Astaga son, kau sungguh membuatku malu dengan sahabat – sahabatku,” jawab dad Adam dengan menahan malu terhadap kedua sahabatnya yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Ardian dan Nadhine berjalan mendekati ketiganya bermaksud menengahi ketiganya,“Sudahlah dam, kau ini seperti kepada siapa saja. Santai saja, jangan terlalu memarahi putramu ini,” ucap Ardian sambil menyuruh Adam dan Nia untuk duduk. Ken yang merasa ada membelanya pun menerbitkan senyuman yang menjengkelkan bagi kedua orang tuanya.
“Hufft.. baiklah ar, maafkan kelakuan Ken yang tidak sopan,” jawab Adam sambil duduk dan menarik Nia untuk duduk di dekatnya.
“Sudah, sudah lebih baik kalian cicipi cookies buatanku. Aku sengaja membuatkannya untuk kau dan Ken,” ucap Nadhine pada Nia yang masih menatap jengkel pada sang putra.
“Wah, memang cookies buatanmu sangatlah enak nad. Aku bahkan tidak bisa berhenti untuk menguyah haha,” jawab Nia dengan berbinar mendengar cookies buatan Nadhine.
“Dasar ibu dan anak sama saja, membuatku malu pada sahabatku,” gerutu Adam pelan dan masih terdengar oleh Ardian, mendengar gerutuan sahabat baiknya Ardian menepuk bahu Adam pelan dan tersenyum juga menaik turunkan kedua alisnya. Hal itu membuat Adam bertambah jengkel dengan ejekan Ardian dan hanya bisa mendengus kesal, lalu keduanya tertawa lebar melihat kedua istrinya saling membahas kue – kue.
Tedengar suara riuh dari ruang keluarga dimana kedua orang tuanya juga orang tua dari kekasihnya saling melempar tawa dan ejekan – ejekan khas mereka yang membuat Rissa yang mendengarnya pun ikut menyunggingkan senyuman. Ketika ia menuruni anak tangga terakhir, terlihat lima pasang mata menatapnya dengan kagum. Rissa yang merasa canggung ditatap seperti itu membuat kedua pipinya menimbulkan semburat merah yang terlihat menggemaskan.
“Oh my sweetheart, lihatlah dirimu sangat cantik. Nad, putrimu sangat cantik dan menggemaskan. Aku tidak sabar memilikinya untuk menjadi menantuku,” ucap Nia tanpa melihat sang putra yang terlihat salah tingkah dengan ucapannya sehingga membuat kedua telinganya memerah. Adam yang menyadari tingkah putranya langsung menggodanya,
“Wah, calon menantu daddy sangat cantik dan hebat sekali sudah bertahan dengan putraku yang seperti tembok beton ini,” ucapnya dengan menatap Rissa yang masih berdiri di depan mereka yang sungkan untuk duduk.
Nadhine dan Ardian yang mendengar kedua sahabatnya memuji kecantikan sang putri pun hanya tertawa dan menyuruh sang putri untuk duduk di dekat Ken yang masih mencuri pandang padanya,
“Sudahlah kalian jangan memujinya terlalu berlebihan, kalian tidak tau saja bagaimana jika dia sudah dirumah dan tidak ada tamu. Kalian akan kaget melihatnya, bukan begitu honey ?” tanya Nadhine menggoda putrinya yang malu setengah mati dihadapan Ken dan kedua orang tuanya.
“Mam, kau jangan membuatku malu,,” keluh Rissa pada Nadhine.
“Haha,, honey, apa kalian akan pergi?” tanya Ardian pada putrinya yang cemberut karena ulah sang istri.
“Emm, sebenarnya kita akan pergi nonton pap,” jawab Rissa dengan melihat ke arah sang kekasih yang masih diam dan menatap ponselnya.
“Sebelum kalian pergi ada yang harus kami katakan dengan kalian berdua,” kali ini suara Adam yang berbicara. “Apa yang ingin kalian bicarakan kepada kami berdua dad?” tanya Rissa.
20 menit kemudian,
“What ??!!!” ucap Ken dan Rissa bersamaan sambil menatap pada keempat paruh baya dihadapan mereka.
“Apa kalian sedang bercanda dan mengerjai kami berdua ?” ucap Rissa.
“Tidak honey, mama pikir itu pilihan yang tepat. Setelah kakakmu menikah beberapa bulan kemudian kalian akan bertunangan dan menikah juga,” jawab Nadhine santai sambil menyesap tehnya dan mendapat anggukkan kepala dari ketiga paruh baya yang terlihat santai memandang kearah kedua makhluk yang masih saling mendiamkan satu sama lain itu.
“Apa kalian tidak ingin cepat – cepat terikat ? atau kalian berdua masih memiliki masa lalu yang belum bisa dilupakan ?” tanya Nia memandang keduanya dengan tatapan tajam menusuk tidak ada lagi seulas senyum di wajahnya.
“Aku tidak memiliki masa lalu yang tidak penting seperti itu mom, kau bahkan tau jika aku tidak suka memikirkan hal – hal seperti itu,” jawab Ken dengan penuh penekanan dan terdengar seolah sedang menyindir Rissa yang terlihat masih belum bisa menerima pengkhianatan Kazu dua setengah tahun lalu. Rissa mendapat pertanyaan yang menohok sontak menjawab dengan menatap kesal pada Ken yang menatapnya tajam dengan mata elangnya.
“Aku juga tidak memiliki masa lalu yang kau maksud itu mom,” jawab Rissa dengan tersenyum kaku. Mendengar jawaban dari dua makhluk didepannya itu membuat Adam dan Nia lega, berbeda dengan Ardian dan Nadhine yang merasa bahwa putrinya masih terjebak dengan kisah percintaannya dengan Kazu yang berakhir dengan dikhianati itu.
“Baiklah, jika kalian menginginkan hubungan kami terikat. Aku tidak masalah dengan itu semua, aku setuju untuk menyelenggarakan pertunangan kami setelah pernikahan Gavin dan Sia. Bagaimana menurutmu by?” tanya Ken pada Rissa yang tiba – tiba melamun,
“Eh,, emm.. itu aku juga setuju by. Aku terserah para tetua saja mau bagaimana, aku ikut saja,” jawab Rissa dengan mantap. Keempat paruh baya yang mendengar tidak adannya penolakan dari kedua pasang kekasih yang baru saja menjalin hubungan setahun terakhir itu saling berpelukan, dan tertawa bahagia karena niatnya untuk menikahkan kedua putra dan putrinya bisa terlaksana sebentar lagi tanpa melalui proses perjodohan seperti drama – drama yang biasa Rissa dan Nara tonton.
***
BAB 15 – IT’S TIME Zelle yang baru saja menerima panggilan dari sang bos itu pun menghela nafasnya panjang dan bersungut – sungut karena Ken telah membuang waktunya yang berharga itu. “Bukankah kadar itu yang bilang, kalau jangan menyia – nyiakan waktu barang sedetik saja untuk hal yang tidak penting. Cih.. pria itu selalu melanggar peraturan yang dibuat sendiri.” Ia pun kembali menyelesaikan pekerjaannya, di sela – sela pekerjaannya ponselnya mengeluarkan suara notifikasi pesan yang masuk. Diliriknya benda pipih yang tergeletak itu dengan malas, melihat nomor yang tak dikenal tertera pada layar ia pun dengan acuh membiarkannya. Namun, tidak sampai lima menit benda pipih itu meraung – raung untuk minta disentuh sang pemilik karena bukan pesan lagi melainkan sebuah panggilan. “Halo?” sapanya pada penelepon. Hening dan hanya ada suara angin yang terdengar, Zelle mengerutkan dahinya dan sekali lagi menyapa penelepon itu namun tetap saja
BAB 14 – NOWSemua karyawan CJ-L hadir di aula gedung CJ-L yang dikhususkan untuk tempat acara – acara penting milik perusahaan seperti : rapat besar, briefing anggota per divisi, dll. Aula itu mampu menampung kurang lebih 500 orang. Lumayan besar bukan untuk ukuran perusahaan yang belum besar seperti milik Arn company, Diego company bahkan Salvino grup.Jarvis dan Citra selaku pemilik juga pimpinan CJ-L juga turut hadir di aula itu dengan menggendong seorang bayi mungil perempuan yang cantik dan gembul.“Selamat pagi untuk semua karyawan CJ-L yang bisa hadir di aula pada hari ini. Saya dan istri selaku pimpinan perusahaan CJ-L, ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan – rekan sekalian atas dedikasi yang telah diberikan kepada perusahaan. Tanpa adanya peran serta dari rekan – rekan sekalian, mustahil perusahaan kita masih berdiri dan bisa berkembang sejauh ini melihat banyaknya perusahaan &ndas
BAB 13 – ONE MORE TIMEKeenan sudah siap dengan pakaian casualnya dan tampak lebih gagah dan lebih tampan. Saat akan bergegas keluar dari resort, langkahnya terhenti karena ulah si pria sengklek datar di depannya.“Wahh, harum sekali pria perjaka satu ini. Mau kemana dengan aroma tubuh yang wangi dan segar ini?? Apa kau sedang berusaha menggoda iman betina di luaran sana???” sinis Jad dengan mencebikkan bibirnya.“Cihh, dasar pria gila. IRI?? BILANG BOS?!!”“Kau kan tahu, aku sedang ada janji dengan Claire dan juga ingin bertemu Alex membahas kerja sama kita,” lanjut Ken santai.“Alaahhh, bilang saja kau mau main api dengan wanita gila itu. Kau hanya mencari alasan bertemu Alex padahal semua itu hanya buat kedok untuk bertemu masa lalumu yang gilanya sama denganmu itu. Cihhh, dasar pria laknat. Sudah diberi ganti yang lebih baik dan layak, malah main – main dengan yang usang dan
BAB 12 - FINE Apartemen Grand City Gabby Zellean Owen, wanita berusia sekitar 29 tahun itu terlihat lebih segar dan sehat setelah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih bertengger di kepalanya. Ia berjalan ke arah sofa dekat tempat tidurnya dan mengambil benda pipih dengan harga yang tidak murah itu, ia melihat beberapa panggilan tidak terjawab pada daftar panggilan. Zelle mengernyitkan dahinya dengan masih menggenggam ponselnya dan membuka panggilan tidak terjawab itu, “Tidak biasanya Clarissa menghubungi ku hingga sepuluh kali. Ada apa dengannya?” gumamnya. Zelle memutuskan untuk meletakkan ponselnya kembali setelah mengirim pesan pada Rissa untuk menunggunya sebentar karena ia akan menghubunginya kembali setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke meja rias dan mengeringkan rambutnya, ia berpikir sejenak dan menerka – nerka mengapa wanita si kulkas beton itu menghubunginya di jam
BAB 11 - I'M SO TIRED Di sebuah resto hotel, terlihat seorang pria dan seorang wanita tengah menikmati menu sarapan yang tersaji dengan keheningan yang tercpita diantara keduanya. Wanita cantik itu tampak elegan dengan style yang simple dan minimalis, ia menggunakan atasan putih dengan blazer polos warna cream dipadukan dengan short pants hitam membuat tampilannya terkesan casual, classy dan modern. Ia mengenakan strappy sandals warna hitam untuk menyempurnakan penampilannya dan ia juga menggerai rambut panjang hitamnya. “Ehm.. Vino, apa hari ini kau sibuk?” tanya Claire dengan hati – hati. Ken yang mendengar pertanyaan Claire pun mendongakkan kepalanya menatap pada wanita cantik yang duduk di hadapannya, meletakkan sendok dan garpu di samping piring. “Ada apa kau menanyakan aku sibuk atau tidak?” “Apa kau tidak ingin pergi ke tempat dulu kita biasa jalan – jalan Vin?” “Hmm, kenapa? Kau ingin kesana ???” tanya Ken masih dengan wajah d
BAB 10 - ARE YOU OKAY Resort World Sentosa Singapore, Kedua pria tampan namun datar itu tengah membicarakan masalah pekerjaannya, disela – sela pembicaraan itu Jad membicarakan keadaan Zelle yang terlihat tidak sedang baik – baik saja saat mendengar suara wanita itu terisak dan tidak mau membicarakan ataupun menjawab pertanyaannya dan juga Ken. “Kau yakin Rio dan Doni bisa menjaga betina datar itu? Aku masih penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh si botak gempal itu pada betina datar”. “Kita tunggu saja laporan dari Rio, dia dan Doni sudah mengurus semua. Aku sudah memerintahkan Rio untuk meminta rekaman cctv dari hotel Arai, semoga saja dia bisa berhasil membujuk pihak hotel untuk memberikan salinan itu,” jawab Ken menatap Jad yang masih tampak khawatir dengan keadaan Zelle. Ia juga mengkhawatirkan keadaan si betina datar, namun ia tidak mau gegabah dalam bertindak untuk segera memutuskan kontrak kerja sama m