"Jadi, keadaan anak saya sudah tidak memburuk lagi." Kata pak Andi.
"Benar, dia sudah melewati masa kritis dan kita tinggal menunggu saja dia untuk segera sadar." Kataku.
"Terima kasih, Mia! Saya tidak tahu harus berkata apa tapi kamu adalah penyelamat hidup saya. Dia adalah segalanya untuk saya. Saya hanya memiliki dia dan juga istri saya. Tapi keadaan istri saya masih belum pulih dan juga anak saya mengalami koma. Itu membuat saya kesepian sekali. Tapi akhirnya kamu bisa menyelamatkan dia." Kata pak Andi.
"Bukan saya yang menyelamatkan dia tapi tuhan. Kita hanya bisa berdoa dan berserah diri saja. Semua sudah diatur dan ditetapkan oleh tuhan." Kataku.
"Saya hampir melupakan itu tapi kamu mengingatkan saya. Terima kasih, Mia!" Kata pak Andi.
"Baik pak Andi, saya permisi sebagai masih banyak pasien yang harus ditangani." Kataku.
Saat aku pergi, pak Andi memegang tangan dan menahan aku supaya tidak pergi. Mungkin dia masih i
Pak Andi datang menemui aku dan menanyakan apa yang sedang terjadi."Kenapa ini? Ada apa? Dokter Mia, sebenarnya ada apa ini?" tanya pak Andi."Maafkan saya sebelum sudah membuat keributan di sini. Pak Andi mengatakan jika saya boleh meminta sesuatu dari anda. Saat ini saya ingin meminta itu." Jawabku.Suster itu langsung terkejut sebab pak Andi akan melakukan apa saja untuk aku."Apa? Katakan saja!" Kata pak Andi."Saya ingin pasien ini bisa saya operasi. Dia memang tidak memiliki biaya tapi keadaan anak ibu ini sedang slama bahaya. Sebagai seorang ayah yang baru saja anaknya terselamatkan pasti mengerti bagaimana perasaan ibu ini. Saya saja merasa sangat kasihan selain terhadap ibu ini. Jika saya bis melakukan sesuatu pasti saya lakukan sekarang juga. Saya ingin membayar biaya itu tapi uang saya tidak cukup. Di rumah sakit ini, biaya harus dibayar dengan penuh. Oleh karena itu, say ingin meminta ini kepada pak Andi." Katak
"Apa keadaan mami sudah membaik?" tanya anak pak Andi."Keadaan mami sudah membaik apalagi jika dia melihat kondisi kamu sekarang. Papi yakin dia bisa langsung sembuh dan akan senang melihat kamu." Jawab pak Andi."Aku juga sudah sangat merindukan mami. Aku ingin segera bertemu dengan mami." Kata anak pak Andi."Kamu fokus saja dengan masa penyembuhan dan nanti papi akan membawa mami ke hadapan kamu." Kata pak Andi."Baik, aku akan fokus kepada penyembuhan aku ini. Siapa dokter ini?" tanya anak pak Andi."Ini dokter Mia." Jawab pak Andi."Perkenalkan saya Mia, dokter di ruang sakit ini." Kataku."Dia dokter yang telah menyelamatkan kamu. Dia itu baik sekali dan bersedia melakukan apa pun demi pasien dia. Dia dokter hebat menurut papi." Kata pak Andi."Begitu, terima kasih. Saya senang dapat mengenal kamu." Kata anak pak Andi."Saya juga senang mengenal kamu." Kataku."Terima kas
Robi bercerita tentang dia di sekolah kepada aku."Dokter Mia, aku mendapat nilai terbaik di kelas." Kata Robi."Benarkah?" tanyaku sambil merasa bangga."Benar, aku senang sekali bisa mendapatkan nilai terbaik. Padahal biasanya aku tidak pernah belajar saat kelas mengadakan ujian. Tapi sekarang aku dapat nilai yang sangat memuaskan. Ini semua juga karena dokter Mia." Jawab Robi."Saya? Kenapa saya bisa membuat kamu mendapat nilai terbaik?" tanyaku sambil merasa heran."Sebab dokter Mia selalu menghibur aku disaat aku menceritakan tentang keluarga aku. Dokter Mia juga memberikan aku semangat untuk belajar." Jawab Robi."Begitu, bagus itu. Kamu memang harus semangat belajar. Saya bangga sekali mendengar kamu mendapat nilai terbaik di kelas." Kataku."Terima kasih, dokter Mia!" Kata Robi."Tidak, aku tidak melakukan apa apa. Aku yakin kamu akan menjadi juara sebab kamu sudah berusah
"Jadi begitu ceritanya, seharusnya kamu menghubungi nenek atau yang lainnya. Kami membuat kami khawatir saja." Kata nenek."Maaf, aku sudah membuat kain semua khawatir. Tapi aku tidak apa apa." Kataku."Syukurlah kalau begitu, kamu bisa pulang dengan selamat. Mama sudah sangat senang." Kata mama."Anak papa ini memang hebat sekali." Kata papa."Kamu hebat, Mia." Kata Aluna."Tidak, aku biasa saja. Untung saja hal yang paling aku takutnya tidak terjadi. Aku bisa menyelamatkan anak dari ibu itu. Tadinya aku terus dilarang oleh sustwe sebab peraturan rumah sakit dan aku hampir terlambat." Kataku."Kamu sudah menjadi dokter hebat seperti kakek kamu. Dia juga melakukan apa saja untuk pasien. Bahkan dia hampir tidak pulang selama beberapa hari hanya untuk menangani pasien saja." Kata nenek."Jadi, kakek juga seorang dokter?" tanyaku sambil terkejut."Benar, nenek memang memiliki impian
"Apa?" tanya Arya sambil terkejut. "Tidak ada, sudah pergi saja kalian berdua nanti terlambat." Jawab nenek. "Baik, nenek." Kataku. Aku dan Arya langsung masuk ke dalam mobil dan saat di perjalanan aku berbicara tentang Robi. Aku ingin meminta izin kepada Arya. Aku tidak ingin membuat Arya kesal. "Arya!" Kataku. "Ada apa, Mia?" tanya Arya. "Aku ingin membicarakan tentang Robi." Jawabku. "Ada apa? Memangnya dia kenapa? Apa dia mulai mendekati kamu? Atau dia mengutarakan perasaan dia terhadap kamu?" tanya Arya sambil terkejut. "Tidak, aku kasihan kepada dia. Dia tinggal sendiri dan hari ini dia akan mengambil buku nilai pukul 10 pagi. Aku akan menjadi wali dan datang ke sekolah dia. Apa kamu tidak masalah aku pergi ke sana?" tanyaku. Arya hanya diam dan tersenyum. "Kenapa kamu tersenyum?" tanyaku. "Tidak, aku merasa senang saja kamu memint
Saat aku memeriksa pasien dan waktu mendekati pukul 9 pagi. Ada pasien yang kritis dan harus segera diberikan tindakan. Dia harus segera dioperasi. Aku langsung membawa dia ke ruangan operasi. Aku tahu ini akan membantu aku terlambat ke sekolah Robi. Tapi nyawa pasien lebih penting. Aku harus meminta maaf nanti kepada Robi. Sepertinya aku akan sangat terlambat."Jika dokter tidak bisa, kami akan memanggil dokter yang lain." Kata suster Wulan."Tidak, saya bisa. Tidak masalah jika terlambat. Sebab dokter lain sudah sibuk dengan pasien yang lainnya." Kataku."Dokter Mia ini memang terbaik. Kalau begitu saya akan mempersiapkan semuanya." Kata suster Wulan.Kami langsung melakukan tindakan operasi. Dan butuh waktu 1 jam lebih untuk menyelesaikan operasi ini."Saya permisi." Kataku.Aku langsung bergegas pergi ke ruang kerja dan bersiap untuk pergi. Aku berniat naik motor supaya bisa cepat sampai. Saat sampai a
"Maaf dokter Mia, saya belum menceritakan tentang ini kepada dokter Mia. Saya dan Dika akan satu universitas. Kami sudah dimasukkan ke dalam jurusan yang sama yaitu bisnis. Padahal aku memang ingin mendaftar ke sekolah tentara. Dika juga ingin masuk ke jurusan kedokteran. Dia sangat ingin menjadi dokter." Kata Robi."Begitu, saya tidak menyangka masa depan kalian harus ditentukan oleh keluarga kalian. Tapi kalian harus tetap semangat dan melakukan itu. Sebenarnya saya juga menjadi dokter bukan karena keinginan sendiri. Ini adalah keinginan nenek saya. Tapi saya berusaha yang terbaik dan mewujudkan keinginan nenek." Kataku."Ternyata dokter Mia juga sama dengan kami. Menjadi dokter bukan keinginan dokter Mia." Kata Dika."Tapi sekarang aku sudah menyukai pekerjaan ini. Aku merasa senang sebab aku dapat menyelamatkan orang lain." Kataku."Jadi, dokter Mia tidak berniat menjadi seorang dokter?" tanya Dika."Benar, saya me
"Benar." Jawabku."Dia menyuruh kamu menangani pasien itu." Kata suster Wulan."Itu emang harus dilakukan tapi yang membuat aku tidak nyaman adalah dia tidak mengetahui apa pun sehibgudia selalu bertanya tanpa melakukan semuanya dengan benar. Untung saja aku yang menangani pasien itu bukan dokter lain. Jika itu dokter lain, dia pasti sudah dimarahi. Aku tidak tega juga melihat wajah dia yang ketakutan dan tidak mengerti tentang operasi." Kataku."Tentu saja, dokter akan memarahi dia. Seharusnya dia belajar saja dan memanggil aku dan dokter Mia. Bukan dia dan dokter Mia yang menangani pasien itu. Dokter Mia juga seharusnya menghubungi aku. Supaya aku bisa membantu dokter Mia." Kata suster Wulan."Aku juga tidak mengetahui bahwa dia adalah mahasiswa yang baru saja magang di rumah sakit ini. Aku pikir dia memang seorang suster. Aku baru mengetahui itu disaat operasi selesai dilakukan." Kataku."Ada ada saja. Dokter Mia ma