Share

Orang Ketiga Di Pernikahanku
Orang Ketiga Di Pernikahanku
Penulis: Mayangsu

Bab 1 - Ternyata Ada Wanita Lainnya

“Kukira akulah pemeran utamanya.

Ternyata, aku hanyalah orang ketiga dalam hubungan kita.”

-Sheril

***

Dipaksa menikah dengan CEO tampan dan kaya raya? Jelas saja aku mau! Mana ada terpaksa-terpaksanya. Itu, mah, namanya terpaksa tapi nikmat!

Hari ini... aku menikah dengan cinta pertamaku.

Ketika pria itu mengucap ijab kabul, menyematkan cincin di jari manisku, dan mengecup keningku penuh kasih di hari pernikahan kami. Rasanya semua itu seperti mimpi.

Aku senang karena dia menjadi cinta pertama dan terakhirku.

Kebanyakan tamu undangan yang datang di pernikahan kami tampak asing bagiku. Mungkin mereka rekan bisnis Papa, atau kalau tidak tamu penting suamiku.

Kami menyalami mereka satu per satu. Sesekali mereka meminta berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

“Selamat, ya, atas pernikahan kalian berdua. Semoga Samawa,” ucap seorang tamu wanita yang mengenakan setelan tunik batik berwarna cokelat ketika menyalami kami berdua.

“Iya. Terima kasih,” jawab suamiku saat menjabat uluran tangannya.

Entah mengapa, mungkin ini hanya perasaanku saja atau bagaimana, aku merasa tadi ekspresi Mas Ais sedikit berubah. Seperti kikuk.

Aku mengedikkan bahu, acuh. Mungkin mereka teman lama.

Setelah menyalami para tamu undangan. Aku duduk bersama dengan keluarga besar kami sembari mengobrol hangat. Membahas segala hal mulai dari setelah ini kami akan honeymoon ke mana? Apakah nanti kami tinggal bersama dengan mertuaku atau hidup memisah? Ah, dan tentunya masih banyak lagi topik pembicaraan kami.

“Sheril. Suami kamu ke mana?” tanya Umi Anha alias Ibu mertuaku kepadaku.

Aku mengedarkan pandangan ke sekitar untuk mencari keberadaan Mas Ais. Memang dia tidak berada di sini.

“Nggak tahu, Umi. Mungkin Mas Ais lagi ke kamar mandi.”

“Oh, iya. Umi bisa minta tolong nggak sama kamu? Tolong cari si Ais, ya. Soalnya bentar lagi tamu kita dari Semarang mau dateng. Nggak enak kalau nanti mantennya nggak ada di sini,” pinta Ibu Mertuaku dengan lembut.

Aku mengangguk. Kemudian berdiri dari posisi dudukku hendak mencari Mas Ais.

Ketika aku berjalan hendak ke kamar mandi. Aku mendengar suara sayup-sayup yang menggelitik indra pendengaranku. Merasa penasaran, aku mencari di mana sumber suara itu berasal.

Dua belokan dari arah kamar mandi suara itu semakin terdengar semakin jelas.

Dengan hati-hati aku melongokkan kepalaku untuk mengintip apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Seketika, mataku membola. Tubuhku dingin, kaku membeku.

Di depan sana, aku melihat Mas Ais berdiri termangu berhadap-hadapan dengan seorang wanita yang entah siapa namanya pun aku tak tahu. Tapi yang jelas, seingatku wanita itu adalah salah satu tamu yang tadi menyalami kami.

Mas Ais menengok ke kiri dan kanan, seolah sedang memastikan tidak ada orang lain yang melihat keberadaan mereka berdua.

“Kamu bilang kamu cinta sama aku! Kamu bilang kamu mau nikahin aku tapi nyatanya kamu malah nikahin cewek lain!” ucap wanita tersebut sambil memukul bahu suamiku. Ia menangis hebat.

Sedangkan aku? Berdiri terpaku dengan wajah pasi.

“Pantes aja kamu selama ini ngilang dan nggak bisa dihubungi!” tambahnya, lagi.

“Hei, dengerin aku. Kamu tahu sendiri, kan, posisi aku kayak gimana. Ini semua di luar kendaliku.”

Aku mengerjap, masih bertanya-tanya dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi?

“Dara....” Mas Ais hendak menyentuh wanita yang ternyata bernama Dara tersebut. Tetapi Dara menepis tangannya.

“Kamu bohongin aku!”

“Dara... Aku nggak cinta, Dar sama dia. Tolong dengerin penjelasanku dulu.”

Tercengang. Jantungku berdenyut ngilu tatkala mendengar Mas Ais yang beberapa jam lalu telah resmi menjadi suamiku mengatakan hal tersebut.

Tanganku mengepal kuat-kuat.

Kalau Mas Ais tidak mencintaiku, kenapa dia menerima perjodohan ini?!

Kalau ternyata dia sudah memiliki kekasih, harusnya dia tidak tidak menikahiku sejak awal, bukan?!

Aku marah, kecewa, tapi nyatanya aku tak dapat berbuat apa-apa.

“Pernikahan ini bukan kemauanku. Orang tuaku yang ngejodohin kami.”

“Tapi kamu bisa nolak, kan?!” teriak Dara tidak terima.

Dan yang membuat hatiku mencelos adalah suamiku menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Pelukan yang teramat erat seolah dialah pihak yang takut ditinggalkan.

Kakiku lemas. Belum cukup sampai di sana. Mas Ais juga mengatakan hal kedua yang tak kalah membuatku terpukul....

“Dara... jangan nangis lagi. Aku nggak punya perasaan apa pun sama dia. Untuk saat ini aku nggak bisa ninggalin dia karena aku nggak mau buat orang tuaku kecewa. Dara... Aku janji sama kamu kalau dia minta pisah. Maka di saat itulah aku bakalan nyeraiin dia.”

Tanpa terasa bulir bening jatuh menetes di pipiku.

“Tunggu beberapa bulan lagi. Setelah kami resmi bercerai. Nanti aku bakalan nikahin kamu dan kita bisa hidup bersama-sama, Dara.”

Aku menangis.

Hari ini... Pernikahan dan semua mimpi-mimpiku hancur.

Ternyata aku terlalu jumawa. Padahal kukira akulah pemeran utamanya. Nyatanya aku hanyalah orang ketiga dalam hubungan kita.

“Mas Ais!” ucapku tanpa terduga. Buru-buru aku menutup mulutku dan bersembunyi supaya tidak terlihat oleh mereka berdua.

Aku terkejut. Kenapa pula aku malah memanggilnya?!

Lalu Mas Ais.....

***

I* penulis: Mayangsu_

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
aku baca ulang kisah mu mbak...
goodnovel comment avatar
Rinaray Uyahmandaun
awal pernikahan suda di sakiti
goodnovel comment avatar
karmelius T. Kapisa
sedikit demi sedikit mulai menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status