Share

Bab 2. Jangan Egois!

last update Last Updated: 2024-05-14 15:19:37

Nada menatap Dirga tak percaya, kenapa suaminya sejahat itu padanya?

“D-Delisha?” bibir Nada terbata.

Dirga dan Delisha memang satu tempat kerja, mereka sama-sama guru di sebuah sekolah internasional. Nada tidak pernah sekalipun mencurigai sahabatnya itu, walaupun berkali-kali mendapati pesan Delisha masuk ke ponsel suaminya.

Ia kira, itu hanya masalah pekerjaan. Saat Dirga sering izin pergi bersama Delisha pun ia tidak terlalu memikirkannya.

“Sejak kapan, Mas… K-kenapa kamu tega….” air mata Nada mengalir, membuatnya tidak bisa menyelesaikan kata-katanya.

Dirga hanya menundukkan kepala. “Mas mohon, izinkan Mas mengkhitbah Delisha, Nad.”

Nada berdiri, sama sekali tidak menjawab permohonan Dirga tersebut. Lantas, ia berbalik memutar tubuh. Ia memilih pergi menaiki tangga menuju kamarnya tanpa menjawab keinginan Dirga.

Tidak akan mencium bau surga bagi para wanita yang meminta cerai pada suaminya tanpa alasan.

Nada menangis sesegukan di kamarnya, kenapa harus sesakit ini? Kenapa harus ada orang ketiga di rumah tangganya.

Sekuat apa pun istri pertama, tetap saja hatinya akan tergores luka jika melihat suaminya masuk ke kamar istri kedua.

Tak pernah Nada bayangkan juga jika suatu hari nanti Delisha masuk ke rumah ini. Kemudian Dirga akan tidur dalam satu kamar yang sama dengan Delisha.

Mereka akan tidur sembari berpelukan seperti yang sering ia lakukan dengan suaminya. Membayangkannya saja sudah membuat hatinya hancur apalagi jika itu benar-benar terjadi.

***

Setelah kejadian kemarin sore saat Dirga meminta mengizinkannya untuk boleh berpoligami, Nada masih belum memberikan jawabannya. Hatinya masih belum bisa menerima.

Ia tidak menyapa suaminya di pagi hari, hanya membuatkan sarapan, sebelum kembali ke kamar tamu. Baru setelah Dirga pergi bekerja, Nada keluar kamar.

Ia berniat menenangkan diri, dan akhirnya memutuskan pergi ke masjid As-Salam, tempat di mana dulu sang suami mengkhitbahnya. Tak berselang lama kemudian, seseorang menghampiri dan duduk di samping Nada tanpa persetujuan.

“Nad,” sapa wanita itu.

Delisha, orang itu Delisha. 

Nada menoleh menatap Delisha sebentar lalu kembali berpura-pura fokus pada Al-Quran yang sejak tadi ia pegang. Tak ada rasa canggung, keraguan apalagi rasa bersalah yang terlihat di wajah wanita itu.

"Maafkan aku Nad. Maaf aku telah lancang mencintai suamimu," ucap Delisha langsung.

Nada berhenti membaca Al-Quran. Ia menggigit bibir bawahnya kuat. Rasa sesak kembali terasa. Nada masih membungkam mulutnya, tak mau bicara apalagi menatap wajah wanita itu lagi.

"Berbagilah denganku, Nad. Aku mohon," ucap Delisha.

Mata Nada mulai berkaca-kaca dan setetes air mata membasahi halaman Al-Quran yang dipegangnya. Nada masih tak habis fikir dengan apa yang wanita itu katakan, tidakkah wanita itu sedikit saja mempunyai rasa malu?

Ingin rasanya Nada menampar dan mencaci maki wanita di sampingnya, tapi akal sehatnya mengatakan jangan! Ia tepat berada di hadapan rumah Allah, mana mungkin ia mencaci ciptaan-Nya tepat di hadapan pencipta-Nya.

"Kami saling mencintai, Nad. Aku mohon, izinkan kami untuk menikah, jangan jadi penghalang cinta kami, Nad.”

Nada mengangkat kepalanya. “Tidakkah kamu punya malu mengatakan itu kepadaku, Del?”

"Kamu tentu mengerti agama kan, Nad? Jika Mas Dirga menemui aku setiap hari, hanya akan menumpukkan dosa! Aku wanita yang jelas haram untuknya, jadi aku memintanya untuk halalkan aku. Aku juga tidak mau terus menumpukkan dosa!"

Nada menutup Al-Quran setelah mengucapkan shadaqallah di dalam hati. Ia menatap Delisha dengan mata yang memerah. Tangannya sudah mencengkeram Al-Quran tersebut.

Nada merasa kasihan dengan janin yang dikandungnya. ‘Maafkan Bunda, Nak. Kamu harus mendengar ucapan menjijikan itu dari mulut wanita ini.’

“Kami saling mencintai,” Delisha masih belum puas, jadi ia berkata lagi. “Lagipula aku tau kamu tidak mencintai Mas Dirga. Aku tau kamu mencintai Kak Farhan. Iya kan?"

Nada sontak menatap sinis ke arah Delisha, ia tak mengerti dengan apa yang Delisha katakan.

“Apa?” sahut Nada.

"Aku mohon, kamu jangan egois! Kamu bahkan gak mencintai Mas Dirga. Jadi, biarkan aku dan Mas Dirga bersama," ucap Delisha, sebelum wanita itu berdiri dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Nada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   105.

    Marwah tak henti-hentinya menangis. Bagaimana tidak, pria yang hidup dengannya hampir 30 tahun itu kini mengkhianati cinta dengan menikah lagi tanpa sepengetahuannya.Dan yang lebih gila, sang suami menikahi wanita yang lebih pantas menjadi putrinya. Lebih gila lagi, wanita itu adalah wanita yang hampir saja merusak rumah tangga putra mereka dan sempat menjadi simpanan putra mereka. Hatinya hancur, sakit tak terkira. Dadanya terasa sesak, nyeri seperti ribuan jarum berhasil menusuk hatinya. Tenggorokannya juga tercekat, hingga rasanya sulit sekali menarik napas dan menghirup udara. Ia begitu sangat sulit bernapas seperti ikan yang dilempar ke daratan."Mah?" panggil Dendi. Pandangan Marwah lantas beralih pada asal suara. Dilihatnya sang suami yang baru saja membuka pintu. Marwah yang sejak tadi duduk di tepi ranjang seraya terisak itu sontak beranjak dan berkata, "Kamu? Mau apa kamu ke sini, huh?" tanya Marwah dengan nada yang ketus. Nada suaranya juga terdengar gemetar."Aku minta

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   104. Balas Dendam Part 2

    "Mau apa kamu ke sini?" Nada berbicara dengan ketus saat melihat Delisha yang baru saja datang. Delisha tak menjawab, ia malah memutar kedua bola matanya malas saat Nada bertanya. "Maaass?" ucapnya memanggil suaminya semakin mengacuhkan. Nada yang merasa geram itu lantas mendekati Delisha, kemudian memegang pergelangan tangan Delisha dan menariknya keluar. "Mau apa kamu? Lepas!" ucap Delisha dengan nada yang ketus saat Nada menariknya kasar. Sedang Nada, ia tidak peduli, ia malah semakin kasar menarik Delisha untuk keluar. Karena jujur saja, ia benar-benar geram dan muak sekali menghadapi Delisha yang kini tingkahnya semakin di luar batas. "Sayang?" panggil Dirga mengikuti sang istri yang berjalan keluar. Nina dan Ryan juga mengikuti langkah kaki Nada yang berjalan keluar. "Pelan-pelan, aku sedang hamil!" ketus Delisha, ia melepas dengan kasar tangan Nada saat mereka sudah berada di ruang depan. "Bagaimana kalau aku terjatuh dan bayiku kenapa-kenapa, huh?" "Bagus kalau

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   103. Berkaca Dirilah

    Dendi sama sekali tidak memperdulikan ucapan Delisha yang melarangnya untuk pulang. Walau wanita itu terus berteriak hingga membuat gendang telinganya terganggu, Dendi terus melangkah pergi. Setelah hampir 30 menit berada di perjalanan, akhirnya mobil yang Dendi kemudikan berhenti juga di depan sebuah halaman. Ia lantas keluar dari mobil dan masuk."Assalamualaikum," salam Dendi begitu masuk rumah. Dilihatnya rumah yang terlihat ramai dengan anak dan juga menantunya. Terkecuali putri sulungnya. Alih-alih mendapatkan sambutan baik dari anak dan menantunya, ia malah di tatap dengan tatapan sinis. Apalagi Nina, putrinya itu menatapnya dengan tatapan yang terlihat benci penuh amarah."Mau apa Papa ke sini?" tanya Nina dengan nada yang ketus. Menatap sang ayah dengan tatapan benci. Karena jujur saja ia sama sekali tidak menyangka dan juga tak percaya jika sang ayah yang selama ini ia hormati, ia segani dan ia anggap sebagai panutannya dan bahkan ia berharap bisa mempunyai suami yang pers

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   102. Balas Dendam

    "Kenapa kamu datang ke acara pernikahan Nina? Sudah aku bilang untuk jangan bertingkah!" ucap Dendi dengan nada yang ketus pada Delisha. Walau diketusi, Delisha nampak acuh tak acuh. Ia duduk bersandar pada sofa seraya memainkan jari-jari lentiknya dan raut wajahnya terlihat santai seolah tak terjadi apa pun. 'Aku menunggu hari ini dengan tidak sabar, mana mungkin melewatkannya begitu saja,' ucap Delisha di dalam hati, "Dan akhirnya, semua yang terjadi hari ini benar-benar sesuai dengan ekspektasiku. Mereka semua nampak sangat kaget dan si Marwah itu hancur! Setelah urusanku dengan si Marwah itu selesai, tiba nantinya giliranmu Nada," batin Delisha lagi. Senyuman nampak terlihat di bibirnya saat ia sibuk dengan isi hati dalam lamunannya. Melihat Delisha yang malah tersenyum saat ia sedang banyak bicara, Dendi mulai geram dan kesal sekali. "Delisha! Aku sedang berbicara denganmu! Tatap suamimu jika sedang bicara!" "Apa sih? Berisik!" ucap Delisha mulai menatap pria paruh baya yan

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   101. Tidak Habis Pikir

    "Apa? Jadi si Delisha itu sekarang istri dari ...." Ryan menatap Dirga tak percaya setelah mendengar pria itu bercerita tentang apa yang terjadi tadi siang. Kini, mereka semua sedang berkumpul di kediaman rumah Marwah. Nina dan Ryan nampak terlihat sangat shock. Hari di mana seharusnya menjadi hari paling membahagiakan, malah menjadi sebaliknya. Bahkan mereka yang seharusnya malam ini menikmati waktu bersama, harus mengesampingkannya dulu karena masalah yang dibuat oleh Delisha. Mendengar respon Ryan setelah ia bercerita, Dirga mengangguk. "Iya, perempuan sialan itu tadi mengatakannya dan Papa sama sekali tidak mengelak. Dia malah meminta maaf pada Mama, itu artinya yang dikatakan oleh si Delisha itu memang benar." Ryan dan Nina tak bersuara, sama-sama bingung bagaimana harus merespon. Apalagi Nina, ia begitu sangat shock mendengar ayahnya kembali menikah lagi dengan seorang wanita yang lebih pantas menjadi anaknya. "Demi apa pun aku benar-benar tidak habis pikir!" ucap Ryan,

  • Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku   Bab 100. Status Sebagai Ibu Mertua dan Ibu Tiri

    "Apa maksud dari ucapanmu, huh?" tanya Nada, ia pun sama bingungnya. Pikiran buruk mulai terlintas di pikirannya. Apalagi melihat Delisha yang dengan berani menyelipkan tangan di siku lengan ayah mertuanya. Sedang ia tahu, jika keluarga suaminya adalah keluarga yang cukup agamis. Jelas tidak mungkin jika sang ayah mertua tetap diam saat di sentuh oleh wanita lain selain mahramnya. Jika demikian, itu artinya ...."Kok kamu masih tanya sih, Nad. Masa apa yang aku lakukan masih belum jelas dan tidak membuat kalian mengerti." "Delisha? Cukup! Kamu pergi dari sini dan jangan membuat keributan!" ucap Dendi."Apa sih, Mas? Kamu diam dan jangan banyak bicara! Aku sudah cukup lama menunggu hari ini tiba!" jawab Delisha. "Mas? Dia memanggil kamu Mas, Pah?! Apa maksudnya ini, huh?" tanya Marwah pada sang suami. Suaranya sedikit gemetar saat berbicara."Papa akan jelaskan nanti saat di rumah, Mah," jawab Dendi."Kenapa harus nanti sih, Mas? Sekarang saja," jawab Delisha dengan senyuman yang se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status