Lelaki itupun kemudian turun dari motornya, tanpa membuka terlebih dahulu helm full face-nya. Saat itu aku sudah siap-siap akan mengeluarkan jurus seperti yang diajarkan di tempat latihan taekwondoku. Kemudian dia berjalan mendekat ke arahku, dan setelah jarak diantara kami semakin dekat, barulah dia membuka helmya."Kamu Dita 'kan?" ujar lelaki berhidung mancung tersebut.Aku yang masih sedikit takut hanya membalas perkataanya tersebut dengan anggukan kepala, sambil masih tetap waspada."Hemmm kamu nggak banyak berubah ya Dit. Ngapain sih wajah kamu kok tegang banget gitu?" katanya lagi sambil tersenyum.Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, sambil terus mengingat siapa lelaki yang ada di hadapanku ini. Karena kalau dari cara bicaranya, sepertinya kami sudah saling mengenal sebelumnya."Kenapa kamu mendekati saya?!" Pertanyaan itu
********* *********"Yes, pelanggan pertama nih. Hemmm langsung dua puluh juta loh hebat. Semoga saja uang yang dibawa ibu itu kurang, jadi Wisnu bisa lebih lama lagi di penjara, dan aku bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah." Senyum mengembang di wajah cantik Raisa."Semoga saja nanti pelangganku hanya orang-orang yang sudah tua. Jadi mereka tak akan menularkan penyakit ini pada terlalu banyak orang, karena sebentar lagi mereka juga akan mati."Kemudian Raisa masuk kedala, dan sekitar satu jam dia sudah keluar lagi, dan pakaian yang digunakan sama persis dengan saat kutemui dia di restoran tadi.Kemudian Raisa pun langsung berangkat menemui pelanggannya itu.Keadaan ruang tamu kemudian kembali hening, hingga pukul dua siang, duo Ibu tadi akhirnya sampai juga.
"Ini tadi pinjam ponsel temanku di sawah. Bapak mau minta tolong bisakah kamu meminjamkan uang lima puluh juta pada kami? Dengan jaminan sertifikat rumah? Bapak nggak mau sertifikat itu nantinya jatuh ke tangan orangblain saat kami tak bisa mengembalikan uangnya. Bapak lebih suka kalau kamu yang memilikinya nanti.""Mohon maaf Pak, kemarin Dita sudah berjanji pada Ibu untuk tak mencampuri urusan ini. Dan saya pribadi pun sesungguhnya sudah tak ingin tahu apapun tentang Mas Chandra, kecuali jika itu membahayakan nyawa saya.""Iya aku tahu Nduk. Maksudku begini, nanti kamu suruh orang lain untuk pura-pura jadi rentenir, dan meminjamkan uang pada istriku, bisa 'kan? Jadi Sari nggak bakal tahu kalau yang minjemin uang itu kamu. Soalnya aku ini pesimis, kayaknya nggak mungkin lagi bisa membayar hutang itu, uang dari mana lagi, aku kini sudah tidak punya apa-apa ya tinggal rumah itu saja. Jadi jika nanti Sari tak bisa memba
"Hari ini juga kalian sudah bisa mulai bekerja. Nanti aku akan memberikan seragam untuk kalian. Jangan lupa ajak juga keluarga kalian nanti bekerja di sini ya," ucapku sambil tersenyum."Terima kasih banyak, Bu. Kami akan pulang sebentar sekalian membawa satu orang teman kami untuk menghadap pada Ibu di sini. Ini dengan Bu siapa?" tanya si gondrong."Aku Dita, Pak. Ini uang buat kalian potong rambut dan merapikan sedikit penampilan, aku nggak mau punya satpam kayak preman, he-he. Ok!?" ucapku sambil menyerahkan empat lembar uang pecahan warna merah pada mereka."Siap Bos! Kami akan bekerja dengan baik di sini, dan kami bisa diandalkan, Bu." ucap yang lainnya."Iya-iya aku percaya kok. Mangkanya itu aku menjadikan kalian petugas keamanan di sini. Sudah sana buruan pulang dulu dan cepat balik ke sini."Mereka pun akhirnya pamit, lega rasany
Tunggu, jika sejak pukul dua belas hingga pukul satu siang ini, mereka semua ada di ruang tamu dan tanpa ada yang bermain ponsel, lalu siapa gerangan yang mengirimkan chat berisi ancaman pada pukul setengah satu siang tadi? Berarti benar dugaanku tadi masih banyak musuh yang ada di sekitarku. 'Jangan pernah lengah Dit, bahaya masih mengancammu dan juga usahamu'. Kini aku harus waspada tidak hanya pada orang luar melainkan pada orang dalam juga. Semua memiliki kemungkinan menjadi tersangkanya. Namun aku harus tetap slow dan tak boleh panik, Dita harus tetap kuat di depan orang lain. Akhirnya aku pun sampai di cafe ku. Alhamdulillah renovasinya sudah lima puluh persen selesai, kemungkinan seminggu ke depan sudah siap opening. Konsep cafe ini nantinya akan bernuansa alam namun tetap menunjukkan sedikit kemewahan tanpa mengesampingkan kenyamanan pengunjungnya. Pastiny
"Apa ada yang bisa saya bantu, Bu? Sepertinya Bu Dita sedang banyak masalah dan juga banyak yang meneror," perkataan Leo tadi segera membuyarkanku dari lamunan."Ah itu sudah biasa kok Le, cukup dengan kamu dan Felix selalu siap siaga menjagaku, itu saja sudah cukup.""Bu Dita ini memang wanita yang sangat tangguh. Jika wanita lain yang mengalaminya, saya tak yakin akan tetap bisa bertahan sendirian seperti ini. Saya sangat salut pada Bu Dita.""Wah terima kasih ya Le. Sebenarnya aku ini adalah wanita yang rapuh, namun sebisa mungkin tak ada yang melihat ketika aku sedang menangis atau down. Dan aku ingin menunjukkan pada semua lawanku, bahwa seorang wanita juga bisa berubah menjadi kuat jika di sakiti.""Benar sekali Bu. Semoga kedepannya nanti kehidupan Bu Dita akan lebih baik dan mendapatkan pria yang baik pula.""Amiiin terima kasih d
Masih ada waktu untuk melihat pergerakan Anton, sebelum aku sampai ke kantor, ku lihat ruangannya lima belas menit yang lalu.Tampak Anton baru saja masuk ke dalam ruangannya."Kenapa para pekerja itu begitu sigap sih? Hingga api itu tak bisa menyentuh area kantor!"Tentunya Anton kecewa karena misinya tak berhasil seratus persen. Lalu terlihat dia sedang menghubungi seseorang."Gimana sih kerjaanmu nggak bisa beres gini?" ucap Anton marah pada seseorang di seberang sana."Tak apa deh, yang penting gudang itu ludes terbakar. Tapi tadi kerjamu rapi 'kan?""Oke masalah itu bisa diatur!"Serapi apapun pekerjaan kalian, tetap saja akan terbongkar nantinya. Setelah menelepon orang dalam yang membantunya, terlihat Anton pun kembali menelepon, pasti itu adalah bosnya."Maaf Pak
Sesampainya di kantor polisi, kami langsung menunjukkan bukti yang baru saja kami dapat. Tentunya tanpa perlu melapor lagi, dan bersama dengan para penyidik yang menangani tentang kebakaran gudangku, kami pun segera menuju kediaman tersengka, menggunakan dua mobil.Kami harus menempuh perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai ke sana."Tetap awasi Ris, dan jangan sampai kita kehilangan jejak. Tolong kamu juga sekarang telepon Leo, tanyakan perkembanganya di kantor. Bilang padanya sekitar satu jam lagi kita akan sampai di kantor," ucapku pada Riska sembari menyetir.Riska mengangguk dan kemusian segera menelepon Leo."Keadaan di kantor masih aman Bu menurut Leo."Satu jam lagi berarti sekitar pukul dua belas di sana, aku harus mengantisipasi agar ketiga tersangka itu tak keluar kantor duluan. Sebuah ide terlintas di fi