Beranda / Romansa / Our Secret Wedding / Bab 5 Sosok Asing Yang Ku Benci

Share

Bab 5 Sosok Asing Yang Ku Benci

Penulis: Cadiz Eitrama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 15:21:17

Rengganis terbangun dengan nyeri ringan di pelipis, seolah semalaman ia berada di dalam pusaran mimpi yang membakar sekaligus menyesakkan. Matahari belum benar-benar naik, hanya semburat oranye lembut yang menyusup di sela tirai hotel yang belum sepenuhnya tertutup.

Ia menggeliat pelan di bawah selimut satin putih. Tubuhnya terasa ringan dan hangat. Namun, rasa nyaman itu segera berubah menjadi beku ketika matanya menatap sosok pria yang tengah terlelap di sampingnya.

Rengganis membeku.

Itu bukan Javindra.

Rahang pria itu lebih tegas, kulitnya sedikit lebih terang, dan rambutnya... meskipun sama-sama hitam namun terlihat lebih lembut. Jantung Rengganis mencelos, debarannya bak genderang perang bertalu menandakan tanda bahaya. Ia menelan ludah, berusaha mengingat kembali detail semalam. Gelas wine, ciuman, sentuhan, napas berat, desahan, lalu ..

Tidak!

Ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Detak jantungnya menggila.

"Astaga... apa yang sudah aku lakukan?" bisiknya ketakutan.

Druwendra menggeliat pelan, mengerang lirih karena cahaya pagi yang mulai mengusik tidurnya. Ketika matanya terbuka perlahan dan melihat wajah Rengganis yang tegang dan pucat pasi, ia tahu ini adalah awal dari bencana.

"Lo ngapain tidur disamping gue hah?" bentak Dru yang lupa kejadian semalam.

"Hah??? harusnya saya yang tanya! kenapa Tuan Dru yang ada disamping saya? kemana Mas Javin?"

Druwendra menarik napas berat, menyusun kembali ingatan semalam yang samar-samar mulai nampak. Bukan Dru namanya jika tidak bisa menyelesaikan masalah. Ia duduk perlahan dan menatap tubuhnya yang masih tidak tertutup benang sehelai pun. Di ambillah bath rope hotel guna menutupi tubuh tegap nan berototnya tanpa memedulikan Rengganis yang memalingkan wajah ketika melihat benda pamungkasnya yang masih tegap sempurna saat bangun tidur.

Druwendra menarik napas kembali duduk di sebuah kursi meneguk segelas air putih dan menyulut rokoknya...

"Shhh... Ahhhh"

"So...?? would you talk something to me about last night Rengganis?" tanya Dru membuat Rengganis gemetar dan membalut seluruh tubuhnya menggunakan selimut dan badcover.

"No..!!! It's your fault right?" Teriak Rengganis.

"Oh... It's my fault?" ulang Dru dengan nada sinis.

"Bagaimana bisa anda Tuan Dru? anda pasti sengaja kan?" ucap Rengganis mulai menjatuhkan butiran-butiran bening dari mata indahnya.

"Wah... You said how can it was me?" Oh Come on Rengganis! Look at this!" ucap Dru menyuruh Rengganis melihat bercak-bercak tada gigitan dan kecupan merah di leher Dru.

"Jijik ga?" suara Dru kembali membuat Rengganis tak kuasa menahan tangis.

"Bahkan Tuhan ga ngerestuin perbuatan kotor Lo Ganis! Lo mau jebak Mas Javin dengan kebinalan lo kan?"

"Bangsat!" teriak Rengganis.

"Oh lo ngatain gue bangsat? bukanya lo lebih bajingan ya Ganis?" ucap Dru enteng sengaja memprovokasi Ganis padahal hati kecilnya sendiri mengutuk tindakan mereka semalam.

Sebajingan apapun seorang Druwendra Wedhatama ia tak pernah melakukan hubungan seks dengan siapapun, Jadi?? ya semalam baru pertama kali ia lakukan bersama Rengganis. Jujur saja ada perasaan yang sangat bersalah tapi tetap saja arogansi seorang Dru tidak mau mengungkapkan itu.

"Ganis... Lo yang keterlaluan semalem, Lo yang buat gue minum wine yang lo campur afrodisiak! Lo yang mulai api ini Ganis! Kalo Lo gak percaya ayo kita cek CCTV!" Terang Dru.

"BERHENTI!!!!" Rengganis memotong dengan nada tinggi. Suaranya pecah. Air matanya mulai menetes.

Ia tak bisa melanjutkan. Tangisnya pecah bahunya terguncang hebat, sementara Dru hanya mentapnya dengan menyesap batang rokok yang mengepul.

"Anda harusnya tampar saya! Anda bisa dorong saya! Anda bahkan bisa seret saya! tapi kenapa anda justru bertindak seperti ini kepada saya Tuan Dru?" tangisnya meledak.

"Kenapa anda malah...."

Ia tak bisa melanjutkan, tangisnya pecah. Segala rencana, seluruh strategi dan skenario liciknya semalam runtuh dalam satu pukulan telak bernama kenyataan.

Druwendra tidak mendekat, Ia lebih memilih menjaga jarak.

"Ahhhh....." teriak Rengganis saat ingin memiringkan badanya.

"Hey... are you ok?"

"S..sakit"

"Lo mau kemana?"

"Ke kamar mandi, saya harus berangkat ke kantor."

"Oh mau nemuin Mas Javin? dia gak akan berangkat!"

Glek.... saat nama Javindra kembali disebut, dadanya kembali sesak dihantam kenyataan. Astaga bagaimana jika Javin tahu?

"Ughhh..." sakit itu kembali membuatnya tersadar, sungguh benar-benar sakit. Rasa nyeri bercampur perih pada organ kewanitaannya.

Dru meneleng sejenak dan melihat noda darah yang bercecer di sprei berwarna putih itu.

"You are virgin?" ucap Dru spontan tanpa rem.

Oh Tuhan.... Dru benar-benar merenggut keperawanan Rengganis.

Ah sial!!!

Rengganis tak mempedulikan ucapan Dru namun rasa sakitnya kembali membuatnya berpekik.

"Agrghhttt it's so hurt! really hurt!"

"I'm so sorry" ucap Dru mendekat dan menenangkan Rengganis dalam pelukanya meskipun Rengganis meronta Dru tetap memeluknya erat.

Druwendra mengeratkan pelukanya, menahan tubuh Rengganis yang terus bergetar hebat. Meski awalnya ia keras, kini nada suaranya melembut, menyatu dengan rasa bersalah yang mulai membungkam keangkuhannya.

"Ssst... udah, tenang dulu. Gue gak akan nyakitin lo lagi, I'm promise." bisiknya pelan, jemarinya membelai lembut punggung Rengganis yang dipenuhi ketegangan.

"Aku benci kamu! Benci diriku sendiri!!!" gumam Rengganis lirih dalam dekapan dada Dru, suara itu sekaan pecah seiring isakan yang makin pelan dengan suaranya yang parau.

Dru menutup mata dan mencengkram kuat punggung Rengganis yang hanya tertutup selimut, seolah itu satu-satunya cara agar rasa bersalahnya tak meledak jadi amarah pada dirinya sendiri. Ia tak pernah membayangkan, skenario terbodoh dalam hidupnya akan terjadi seperti ini, dengan wanita yang selama ini judtru selalu ia anggap sebagai tanda bahaya keluarga Wedhatama.

"Gue benci ini semua!" ucap Dru dengan nada yang nyaris patah. "But life must go on right? so... gue mau tanggung jawab!"

Rengganis mendongak pelan, matanya yang sembab menatap lurus ke arah mata Dru. "Tanggung jawab? anda pikir sesederhana itu?"

"Gue gak bilang ini sederhana!" Dru menghela napas panjang. "Tapi lo nggak sendirian! Gue bakal tanggung jawab!"

"Tanggung jawab dengan cara apa? Ngasih gue uang supaya tutup mulut hah? atau menikah diam-diam supaya keluarga Lo yang kaya raya itu gak malu hah?" suara Rengganis meninggi menjelma bagai badai yang siap menerjang.

"Ya... Gue bakal nikahin Lo!" jawab Dru begitu tenang dan langsung membuat Rengganis terpaku ditempat.

"Gue gak pernah main perempuan. Dan Lo tahu itu! Ini salah lo... dan salah gue juga intinya disini kita sama-sama salah, Gue gak mau judge lo yang sepenuhnya salah karena lo yang paling menderita disini, dan kalau lo beneran perawan tadi malam...." suara Dru merendah, menahan perih dalam hatinya sendiri. "Gue nggak akan biarin lo ngadepin ini sendirian. Gue gak sebrengsek itu!."

"Tapi Lo gak cinta Dru! Kita gak saling cinta! and I know you hate me!" suara Rengganis nyaris seperti gumaman. "And I hate you too..."

"Persetan dengan cinta, Gue bilang gue bakal tanggung jawab!"

Rengganis kembali terisak kali ini bukan karena rasa sakit tapi karena rasa takut akan halan panjang dan berliku yang menantinya.

"Gimana Mas Javin Dru? Aku takut... you know I love him!"

Deg....

~TBC~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Our Secret Wedding   Bab 26 Luruh

    Suara pintu kamar Dru menutup pelan. Rengganis berdiri mematung di dekatnya, kedua tangannya gemetar, menggenggam erat lengan sweater lusuh yang tadi sempat ia tarik asal dari gantungan.Dru tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap sekilas, lalu berjalan ke meja kecil di pojok kamar, membuka jendela sedikit agar udara malam masuk. Dingin. Tapi ia tahu perempuan di belakangnya lebih beku dari cuaca di luar sana.Rengganis menghela napas panjang, mencoba mengatur detak jantungnya yang terasa kacau. Tubuhnya lelah. Bukan sekadar karena hari yang panjang, tapi karena hatinya sudah nyaris mati rasa."Aku boleh di sini?" suaranya nyaris hilang, pelan sekali.Dru tidak menjawab. Hanya anggukan kecil, nyaris tak terlihat. Lalu ia menarik kursi ke dekat jendela, duduk membelakangi Ganis, matanya menatap kosong ke luar. Malam begitu sunyi. Hanya sesekali suara kendaraan dari jalan besar terdengar sayup.Rengganis berdiri di tempatnya, menatap punggung Dru. Ragu. Ingin bicara, tapi kata-kata hany

  • Our Secret Wedding   Bab 25 Takdir yang Menertawakan

    Rengganis berdiri terpaku di ruang tengah rumah keluarga Wedhatama, memeluk buku catatan kecil yang biasanya ia pakai untuk mencatat agenda kerja Javin. Tapi hari ini, kertas-kertas itu dipenuhi dengan daftar vendor catering, nama desainer kebaya, dan referensi tema pernikahan.Pernikahan Javin.Dan ia... sekretaris yang dipercaya mengoordinasi semuanya."Kamu cekkan ke Panji ya, Ganis," titah Nyonya Wedhatama sambil menunjuk brosur undangan yang ada di tangannya. "Kita tetap mau gaya klasik modern. Tapi tolong lihat juga pilihan kertasnya, jangan yang terlalu tipis.""Baik, Nyonya," jawab Rengganis lirih."Dan jangan lupa, reservasi tempat buat siraman calon pengantin. Kita mau yang ada kolam ikan itu, di Cipete.""Dicatat, Nyonya."Dari sudut ruangan, Javin berdiri dengan tangan di saku celana. Ia memperhatikan semua ini dalam diam, sesekali mencuri pandang ke arah Rengganis. Tapi tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Mereka sekarang hanya dua orang asing yang pura-pura pro

  • Our Secret Wedding   Bab 24 Luka dan Kelamnya

    Dru duduk sendirian di ruang tamu rumah kontrakan mereka. Lampu sudah dimatikan sejak satu jam lalu, tapi matanya masih terbuka. Rengganis sudah masuk kamar lebih dulu tanpa sepatah kata pun, sejak kejadian di mobil tadi. Ia tak menolak ciumannya, tapi juga tak berkata apa-apa setelahnya.Itu membuat segalanya terasa menggantung seperti jembatan yang retak tapi belum runtuh.Dru meneguk teh dingin yang sudah hambar, lalu membuka ponselnya. Jarinya membuka galeri, dan berhenti di satu folder: Mira.Senyumnya menyakitkan, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu."Jangan pernah jatuh cinta terlalu dalam, Dru. Karena kalau orang itu pergi, kamu akan kehilangan seluruh warna dunia."Kata-kata Mira dulu terasa berlebihan. Tapi saat perempuan itu benar-benar pergi tanpa peringatan, tanpa kesempatan mengucapkan selamat tinggal hingga hidup Dru memang berubah jadi abu-abu.Mira adalah cinta pertamanya. Perempuan yang dia kira akan menjadi akhir dari perjalanannya. Mereka bertemu di London saat D

  • Our Secret Wedding   Bab 23 I'll be With You

    Hujan deras mengetuk atap restoran bintang lima di bilangan Jakarta Selatan. Lampu-lampu kristal berpendar hangat, membuat ruangan seolah ingin memeluk siapa pun yang sedang terluka. Tapi bagi Rengganis, ruangan itu adalah ruang interogasi berbalut elegansi. Ia duduk di seberang Javin dengan tangan mengepal di pangkuan. "How are you Mas Javin?" bisiknya pelan. "Kenapa kamu tiba-tiba ngajak makan malam?" Javin tak menjawab langsung. Tatapannya tajam namun terluka, seakan sedang mencari jejak seseorang yang ia kenal dalam diri perempuan di depannya. "I'm fine... I just wanna talk cause i miss you." Ia tersenyum kecil. "Udah lama kita nggak benar-benar bicara. Kamu berubah, Ganis." Rengganis menggigit bibir. Ia sudah menyiapkan puluhan jawaban palsu, tapi semua lenyap begitu saja saat melihat wajah Javin yang tulus. "Berubah gimana?" tanyanya sambil menghindari tatapan. "Kamu menghindar dari aku. Pandanganmu penuh rasa bersalah. Dan kamu… kamu jadi sering sama Dru." Nama itu

  • Our Secret Wedding   Bab 22 Curiga

    Tatapan Javin tak bisa lepas dari sosok Rengganis yang keluar dari ruang meeting. Ada kegugupan yang tidak biasa di wajah perempuan itu. Dan itu membuatnya tidak tenang. Sudah dua minggu belakangan, sikap Rengganis berubah. Ia lebih pendiam, lebih tertutup. Bahkan, sesekali seperti menghindari kontak mata dengannya. Javin awalnya mengira itu hanya efek dari beban kerja atau kelelahan. Tapi sekarang… dia tidak yakin lagi. Apalagi sejak Dru kembali ke Jakarta dan “secara kebetulan” ikut masuk ke perusahaan keluarga mereka sebagai bagian dari tim merger dan akuisisi. Dru—Druwenda Wedhatama—adiknya sendiri. Adik kandung yang sudah dua tahun lebih tak pernah tinggal satu kota dengannya. Adik yang sejak dulu dikenal misterius dan jauh. Sekarang, tiba-tiba menjadi terlalu dekat dengan Rengganis. Terlalu dekat. Rengganis berjalan cepat menuju ruang kerjanya. Napasnya tak beraturan, bukan karena lelah, tapi karena ia tahu seseorang memperhatikannya. Javin. Tadi saat meeting, tatapan pria

  • Our Secret Wedding   Bab 21 Jarak

    Langit Jakarta tak pernah benar-benar gelap. Lampu-lampu kota menyala tak tahu waktu, sama seperti hati Rengganis yang kini tak lagi tahu harus memihak siapa. Sudah dua minggu sejak kepulangannya dari Bali—tempat di mana statusnya sebagai istri pria asing bernama Druwenda diikrarkan secara sah, meski hanya berdua, meski tanpa restu, meski tanpa cinta.Ia duduk di meja kecil apartemen Dru yang kini ditinggali mereka berdua, Ia mencoba menyelesaikan laporan mingguan untuk Javin. Tangannya menari di atas keyboard, tapi pikirannya hanyut. Nama Javin tertera jelas di bagian penerima laporan, tapi rasanya seperti menulis untuk seseorang yang hidup di masa lalu."Jangan telat meeting besok," pesan singkat dari Javin masuk ke ponselnya. Singkat. Formal. Tidak seperti biasanya.Dulu, sebelum semuanya berubah, Javin akan menelepon hanya untuk menanyakan apakah Rengganis sudah makan. Sekarang, hubungan mereka tinggal serpihan yang menyakitkan. Dan Rengganis memilih untuk membiarkannya hancur per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status